Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

SS Moreton Bay © sea.museum

Hubungan Indonesia - Australia memang tidak selamanya manis-manis saja. Banyak periode pasang surut antar hubungan kedua tetangga yang berbatasan wilayah teritorial ini, dari dulu hingga sekarang. Namun siapa sangka, pada awal-awal kemerdekaan Indonesia, Australia adalah salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia dengan secara terang-terangan 'memusuhi' Belanda. Salah satu yang paling fenomenal adalah Black Armada, atau Armada Hitam.

Para pekerja pelabuhan di Australia merupakan kelompok warga Australia pertama yang menunjukan dukungannya bagi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Mereka memboikot seluruh kapal-kapal dari Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia melalui pengerahan kapal-kapal militer lewat pelabuhan-pelabuhan di Australia.

Peristiwa ‘Black Armada' ini dimulai ketika sejumlah buruh pelabuhan asal Indonesia di pemukiman Woolloomooloo, Sydney mendengar kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui berita yang disiarkan pada radio gelombang pendek. Awalnya, pada suatu hari di bulan Agustus, seorang pekerja kapal bernama Tukliwon mendengar berita radio yang menggembirakannya di kantor Serikat Pelaut Indonesia (Sarpelindo) di Woolloomoolloo. Berita penting pertama, Jepang sudah menyerah kalah. Dan yang kedua lebih penting lagi: proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah dibacakan.

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

Seorang pekerja pelabuhan dari Indonesia, sedang berorasi di depan para peserta demo pro-kemerdekaan Indonesia | Sea.museum

Beberapa hari kemudian Tukliwon dan sejumlah rekannya sesama buruh di kapal ferry milik Belanda diminta untuk kembali berlayar menuju Jawa, Indonesia, untuk mendukung agrasi militer Belanda. Namun karena mendukung kemerdekaan Indonesia, mereka menolak perintah tersebut. Tak hanya itu, Tuk, panggilan Tukliwon, menyebarkan berita kemerdekaan tersebut ke rekan-rekan mereka, juga sesama pekerja pelabuhan warga negara Australia.

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

SS Moreton Bay, salah satu "korban" peristiwa Black Armada | sea.museum

Beberapa minggu kemudian, ada kabar lagi. Bahwa otoritas Belanda yang berkantor di Australia menyatakan akan mengerahkan kapal-kapalnya menuju Indonesia, dan itu berarti buruh-buruh kapal di pelabuhan-pelabuhan harus segera bersiap mengangkat sauh. Para pelaut dari Indonesia menolak bekerja dengan kapal-kapal Belanda, yang disinyalir terkait dengan Nederlandsch Indië Civil Administratie (NICA).

Pemogokan makin merajalela. Para buruh yang mogok itu sadar bahwa kapal-kapal Belanda yang berangkat ke Indonesia nantinya akan menyiksa dan menjajah lagi Indonesia. Kapal-kapal itu juga dicurigai memuat senjata dan amunisi. Membiarkannya adalah dosa besar bagi para buruh itu.

Boikot ini menyebar ke seluruh pekerja pelabuhan, dan membuat puluhan kapal-kapal besar Belanda tak jadi berangkat. Kejadian ini menjadi perhatian luas, dan mendapat dukungan dari para elit Australia, para pemimpin partai, dan serikat-serikat buruh di negara tersebut.


Kapal-kapal Belanda pun tak kunjung berlayar ke Indonesia. Muatan-muatan tertahan. Gerakan pemogokan buruh-buruh Australia, yang mendukung kemerdekaan Indonesia itu, dikenal sebagai Armada Hitam. Sesuatu yang jarang kita ketahui.

Armada Hitam adalah nama yang diterapkan untuk kapal dagang dan militer Belanda yang dilarang berlayar ke negara Indonesia yang baru diproklamasikan dari pelabuhan-pelabuhan Australia karena pemogokan daerah pelabuhan atau larangan hitam oleh serikat pekerja maritim dari tahun 1945 sampai 1949.

Pada 15 Agustus 1945, Kekaisaran Jepang mengumumkan menyerah kepada Sekutu, yang mengakhiri Perang Dunia Kedua dan pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Dua hari kemudian, pada 17 Agustus, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, namun Belanda menolak untuk mengakui klaim tersebut dan berusaha untuk memaksakan kembali kekuasaan Belanda atas bekas koloninya.[1]

Larangan tersebut dimulai pada 23 September ketika para awak kapal empat kapal Belanda yang berlabuh di Sydney melakukan suatu aksi pemogokan duduk, menolak untuk bekerja pada kapal berbendera atau sewaan Belanda, mengenai perselisihan gaji dan mengklaim bahwa peralatan pada kapal tersebut dimaksudkan untuk digunakan untuk menekan gerakan kemerdekaan. Para pelaut Indonesia membuat suatu permohonan kepada Federasi Pekerja Pelabuhan Australia (WWF) untuk bergabung dalam boikot tersebut, dan sekretaris federal WWF Jim Healy mengatakan bahwa serikat pekerja tidak akan menjadi pihak yang membantu penindasan terhadap pemerintah Indonesia merdeka yang terpilih.[2]

Pada hari berikutnya, tiga kapal di Brisbane ditahan karena larangan tersebut, serta SS Karsik di Melbourne.[3] Komite perselisihan dari Dewan Perdagangan dan Perburuhan menyetujui larangan serikat pekerja tersebut, yang menyatakan enam kapal di Brisbane sebagai "hitam".[4]

Pemerintah Belanda menanggapi boikot tersebut, dengan bersikeras bahwa setiap peralatan dan personel militer di kapal-kapal tersebut adalah untuk tujuan memerangi milisi pro-Jepang di Indonesia. Komandan Huibert Quispel dari Dinas Informasi Pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa kapal-kapal itu merupakan "kapal belas kasih" yang membawa makanan, pakaian, dan persediaan obat-obatan untuk rakyat Indonesia, dan dengan memboikot mereka, serikat pekerja militan Australia hanya akan membantu pihak Jepang dan "Quisling pemerintah yang disponsori Jepang" di Indonesia.[5]

Pada Desember 1949, setelah pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia, sebuah konferensi dari 17 serikat pekerja mengesahkan sebuah mosi yang diajukan oleh Healy untuk mencabut larangan hitam terhadap pelayaran Belanda, mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung selama lebih dari empat tahun.[6]

  1. ^ Vickers, Adrian (2013). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press. hlm. 9. ISBN 1139619799. 
  2. ^ "Sydney Boycott Of Dutch Ships". The Barrier Miner. Broken Hill, NSW. 24 September 1945. hlm. 3. Diakses tanggal 4 September 2015 – via National Library of Australia. 
  3. ^ "JAVANESE HOLDING UP DUTCH SHIPS". The Advocate. Burnie, Tas. 25 September 1945. hlm. 5. Diakses tanggal 4 September 2015 – via National Library of Australia. 
  4. ^ "DUTCH SHIPS "BLACK" OVER JAVA TROUBLE". The Courier-Mail. Brisbane. 25 September 1945. hlm. 3. Diakses tanggal 4 September 2015 – via National Library of Australia. 
  5. ^ ""BLACK" BAN ON DUTCH MERCY SHIPS". Townsville Daily Bulletin. Qld. 25 September 1945. hlm. 1. Diakses tanggal 4 September 2015 – via National Library of Australia. 
  6. ^ "DUTCH SHIPPING". Kalgoorlie Miner. WA. 2 December 1949. hlm. 5. Diakses tanggal 4 September 2015 – via National Library of Australia. 

  • Black Armada – 2015 exhibition at the Australian National Maritime Museum

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Armada_Hitam&oldid=18799354"

Jakarta -

Pekerja pelabuhan di Australia merupakan kelompok warga Australia pertama yang menunjukan dukungannya bagi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Peristiwa ‘black armada' atau ‘armada hitam' yang memboikot tugas bongkar muat di ratusan kapal Belanda merupakan bukti dukungan tersebut. Cuplikan sejarah inilah yang diangkat kembali dalam sebuah Pameran Sejarah RI-Australia di Sydney.

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada


Kapal SS Moreton Bay merupakan salah satu kapal Belanda yang menjadi sasaran boikot pekerja pelabuhan Australia dalam peristiwa 'Black Armada' pada 24 September 1945.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pameran bertajuk 'Black Armada' yang diselenggarakan di Museum Kelautan Nasional Australia - Australian National Maritime Museum (ANMM) di Sydney ini dibuka mulai tanggal 20 Agustus 2015 kemarin dan akan berlangsung hingga 6 bulan mendatang.

“Semangat kerjasama dan persahabatan antara Indonesia dan Australia seperti terlihat pada masa-masa awal perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dalam menghadapi agresi Belanda tahun 1945-1949, perlu terus dipupuk dan ditonjolkan, termasuk kepada kalangan generasi muda di kedua negara,” demikian kata Duta Besar RI untuk Australia ;Nadjib Riphat Kesoema ketika membuka pameran ini (20/8) lalu.

;

Pembukaan pameran ini dihadiri dari 100 orang dari berbagai latar belakang, mulai dari Kepala Museum Maritim Australia, Peter Dexter, diplomat asing, pebisnis, akademisi, sejarawan hingga masyarakat umum ini.

;

Pameran ini sendiri bertujuan memberikan gambaran mengenai kedekatan Indonesia dan Australia pada awal berdirinya negara Indonesia.

;

Hal tersebut antara lain ditunjukkan oleh dukungan para pekerja pelabuhan Australia pada bulan September 1945 yang memboikot kapal-kapal Belanda yang akan mengangkut amunisi dan tentaranya kembali ke Indonesia. Peristiwa ini kemudian lebih dikenal dengan 'Black Armada'.

;

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema ketika menyampaikan pidato dalam pembukaan pameran Black Armada Exhibition di Museum Maritim Nasional Australia (ANMM) di Sydney, 20/8 lalu. ;

Peristiwa ‘Black Armada' ini sendiri berawal ketika sejumlah buruh pelabuhan asal Indonesia di pemukiman Woolloomooloo, Sydney mendengar kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui warta berita pada siaran radio gelombang pendek ;

Keesokan harinya, salah seorang buruh di Kapal Belanda bernama Tukliwon yang berusia 20 tahun menyampaikan kabar kemerdekaan Indonesia dari Belanda

itu pada rekan-rekannya sesama buruh pelabuhan di Australia yang berjanji akan memberikan dukungan.

;

Beberapa hari kemudian Tukliwon dan sejumlah rekannya sesama buruh di kapal ferry milik Belanda diminta untuk kembali berlayar menuju Jawa, Indonesia,

Namun karena mendukung keduanya menolak perintah tersebut demi mendukung kemerdekaan tanah air mereka.

;

Aksi mereka ini langsung memicu dukungan dari serikat pekerja pelabuhan Australia yang langsung memerintahkan anggotanya untuk mengembargo seluruh kapal ;yang membawa amunisi dan material lain yang akan digunakan untuk menyerang Pemerintah Indonesia.

;

Pada 24 September 1945, terjadilah boikot besar-besaran terhadap kapal-kapal milik Belanda di Pelabuhan Brisbane dan Sydney, sebelum akhirnya menyebar ke Melbourne dan Fremantle. Aksi boikot ini dengan cepat juga mendapat dukungan dari asosiasi pekerja pelabuhan yang lain mulai dari tukan masak, teknisi mesin, tukang cat kapal, tukang kayu, dan lain-lain.

;

Akibat aksi ini ;lebih dari 400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Indonesia, karena tidak ada pekerja pelabuhan yang membantu memasukan barang ke geladak, menyiapkan bahan bakar dan lain-lain. Dan secara signifikan melumpuhkan kekuatan militer Belanda.

;

Aksi boikot oleh pekerja pelabuhan Australia ini semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada 28 September 1945. Pekerja pelabuhan di Sydney menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor kapal Belanda dan juga kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk besar berisi desakan agar Belanda meninggalkan Indonesia - 'hands Off Indonesia'.

;

Perintah ini dikuatkan dengan seruang langsung kepada anggota serikat pekerja pelabuhan Australia agar tidak memberikan tumpangan pada tentara dan pekerja Belanda, tidak mengangkat amunisi dan barang-barang lain seperti makanan dan lainnya ke kapal Belanda. Dan semua yang berkaitan dengan

Belanda merupakan barang terlarang yang harus diembargo.

;

Dan Sebaliknya, sebulan kemudian pada Oktober 1945, Australia memfasilitasi kembalinya lebih dari 1400 para tawanan perang Belanda asal Indonesia yang berada di Australia, ke tanah air dengan menggunakan kapal kargo Australia, Esperance Bay dari pelabuhan Sydney. ;

;

Dukungan dan simpati Australia terhadap perjuangan Indonesia juga diwujudkan dengan terus menekan dan mengutuk agresi Belanda.

;

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

KI-KA : Kepala Dewan ANMM, Peter Dexter, kurator pameran, Stephen Gapps, Dubes RI untuk Indonesia, Nadjib Riphat Kesoema dan Direktur dan CEO ANMM, Kevin Sumption dalam acara pembukaan Pameran Black Armada Exhibition di Sydney.

;

;

Aksi dukungan heroik dari serikat pekerja pelabuhan Australia pada peristiwa ‘Black Armada' di awal kemerdekaan Indonesia ini nyaris terlupakan oleh masyarakat di kedua negara. ;

;

Oleh karena itu penyelenggaraan pameran ini diharapkan dapat menyegarkan kembali ingatan warga kedua bangsa akan semangat kerjasama dan persahabatan yang telah ditunjukan oleh sesama pekerja pelabuhan Indonesia dan Australia pada tahun 1945-an tersebut.

;

Menurut Dubes RI, kini kerjasama kedua negara lebih dari sekedar sejarah Black Armada. Indonesia dan Australia bahkan terus membangun kemitraan yang dapat mengatasi berbagai tantangan modern, baik dalam konteks bilateral, regional maupun global.

;

Dubes RI mengakui bahwa antara Indonesia dan Australia memang memiliki banyak perbedaan latar belakang dan sejarah. Namun, justru karena adanya perbedaan itulah, kedua negara perlu terus melakukan dialog secara konstruktif agar lebih saling memahami dan menghargai serta saling percaya.

;

Ditambahkan oleh Dubes RI bahwa potensi kerjasama kedua negara sangat besar di berbagai sektor, termasuk bidang ekonomi mengingat perekonomian Indonesia dan Australia sama-sama tumbuh pesat.

;

Apa yang anda ketahui tentang peristiwa black armada

Dubes RI, NAdjib Riphat Kesoema bersama Arthur Lock dan Anthony Liem dari Indonesian Australian Association.

;

Pameran ini merupakan kerjasama antara ANMM dengan KBRI Canberra, Kedubes Australia di Jakarta dan KJRI Sydney. Selama berlangsungnya pembukaan pameran, juga dipertunjukkan musik gamelan Jawa dari KJRI Sydney.

;

Pameran serupa akan diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg ;Yogyakarta yang rencananya akan dibuka pada tanggal 31 Agustus 2015.

;

(nwk/nwk)