Jakarta (ANTARA News) - Pada bulan Rajab 1437 Hijriah ini usia Nahdlatul Ulama (NU) sudah mencapai 93 tahun karena NU lahir pada 16 Rajab 1344 Hijriah, sedangkan menurut kalender Masehi mencapai 90 tahun karena NU lahir pada 31 Januari 1926. NU lahir dari hasil istikharah Ulama Besar KH Khalil Bangkalan dan KH Hasyim Asy'ari dengan isyarah tongkat dan tasbih. KH R Asad Syamsul Arifin yang saat itu masih remaja dan menjadi santri Kiai Kholil disuruh mengantar tongkat dengan membaca surat Thoha: 17-23 dan tasbih dengan membaca "Ya Jabbar ya Qahhar". Dengan isyarah dan istikharah dari para Ulama, maka NU didirikan, dan penggerak utama berdirinya NU adalah munculnya ajaran-ajaran Islam yang menyimpang dari paham Ahlussunnah wal jamaah. Di sisi lain kondisi sosial dan politik saat itu sangat membutuhkan kehadiran dan peran para ulama. Maka kemudian dalam AD/ART NU dicantumkan bahwa tujuan NU adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut paham ahlussunnah wal jamaah (aswaja) untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam. Dengan tujuan yang mulia itu, NU didirikan dalam bentuk organisasi yang terdiri atas Mustasyar (kiai-kiai sepuh berpengaruh), Syuriyah (kiai atau pakar yang memiliki keahlian), dan Tanfidziyah (pelaksana program). Alhamdulillah berkat adanya NU para ulama dapat berperan dalam proses kemerdekaan Negara RI serta ikut serta mengisi, membangun, dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ada pun dari sisi keumatan NU melalui program-program Pengurus Besar (PB), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC), Majelis Wakil Cabang (MWC), Ranting, dan Kelompok Anak Ranting (KAR) yang berbasis masjid terus mengembangkan misinya dalam menanamkan ajaran aswaja di tengah masyarakat. Gerakan keumatan yang sangat berpengaruh adalah melalui jalur pondok pesantren, guru ngaji, dan pendidikan diniyah yang didirikan oleh warga NU, sampai ada jargon bahwa "NU itu Pondok Pesantren besar dan Pondok Pesantren adalah NU kecil". Misi ajaran para kiai NU dari para gurunya terus dikembangkan di tengah masyarakat. Para kiai NU membentuk Jamiyyah Yasin dan Tahlil, Manaqib, jamaah muslimatan, kelompok shalawat, dan istighatsah. Para kyai NU juga memiliki peran kemasyarakatan seperti pada acara ngupati dan mitoni (bagi Ibu hamil), kelahiran (memberi nama anak, aqiqah, sunatan), pernikahan, kematian (memandikan, mengkafani, menguburkan, tujuh harian, 40 hari, 100 hari, 1.000 hari, dan haul) serta hari-hari besar Islam. Di sela-sela acara tersebut para kiai NU membawa missi ajaran Aswaja yang akhirnya berkembang menjadi tradisi masyarakat yang mengakar. Seiring dengan perkembangan zaman, NU dalam muktamarnya terus membuat keputusan-keputusan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi bangsa dan negara. Maka kemudian dibuat program-program yang tidak hanya menitikberatkan pada sisi ritualitas keagamaan, tapi juga pada bidang pendidikan dan sosial. Melalui lembaga dan perangkat badan otonomnya seperti Muslimat, Fatayat, Gerakan Pemuda Anshor, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU), kemudian NU mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat Taman Pendidikan Quran (TPQ), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Selain itu NU membangun rumah sakit dan koperasi serta membuat media cetak maupun elektronik (ada koran Duta masyarakat, Harian Bangsa, majalah, buletin, TV 9, dan NU online). Ormas Islam itu juga membentuk Aswaja Centre dan Himpunan pengusaha NU (HPN) untuk menggerakkan dan memajukan ekonomi umat serta aksi-aksi sosial dalam memberi pelayanan kepada umat. Di sisi lain, NU mengembangkan sayap tidak hanya di wilayah Indonesia. PBNU membentuk Pengurus Cabang Istimewa (PCI) di luar negeri. Bahkan PBNU diberi tempat untuk menyampaikan pidato di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada saat dunia ditimpa oleh gerakan terorisme dengan istilah "jihad" yang secara tekstual mengambil dari referensi Islam, NU diminta oleh dunia internasional untuk menjelaskan ajaran Islam "Rahmatan lilalamin melalui" forum-forum dialog di berbagai negara. Upaya NU untuk mengayomi ummat (riayatu al-ummah) dan memberikan sumbangan pada negara telah nyata adanya, baik melalui peran NU secara organisasi maupun melalui tokoh tokoh NU yang telah mengabdi di berbagai instansi pemerintahan. Dituduh langgar (A041/A011) Oleh HM Misbahus Salam*)Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © ANTARA 2016
|