2.5 Pengertian Elemen Dasar Desain
Elemen atau unsur merupakan bagian dari suatu karya desain karena elemen- elemen tersebut saling berhubungan dan masing-masing memiliki sikap tertentu
terhadap yang lainnya. Elemen-elemen visual tersusun dalam satu bentuk organisasi dasar prinsip-prinsip desain. Dalam sebuah desain terdapat beberapa unsur atau
elemen yang diperlukan, diantaranya: Titik titik merupakan salah satu unsur visual yang dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik merupakan
bagian kecil dari garis, karena pada dasarnya suatu garis dibentuk oleh adanya hubungan titik-titik yang sangat dekat.
a. Garis dikenal sebagai goresan atau coretan, dan batas limit suatu bidang atau
warna. Ciri khas dari garis adalah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis memiliki fungsi tertentu yang pada dasarnya digunakan untuk
mengarahkan gerakan mata. Garis terdiri dari empat macam, yakni garis
vertikal, horizontal, diagonal, dan garis yang berbentuk gelombang. b.
Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Bidang
bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan
tertentu, serta dengan mempertemukan potongan hasil goresan serta garis. c.
Ruang lebih mengarah pada perwujutan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu.
d. Warna merupakan elemen desain yang sangat berpengaruh terhadap desain,
karena akan membuat suatu komposisi desain tampak lebih menarik.
e. Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Pengertian lain menyebutkan
bahwa tekstur merupakan gambaran dari suatu permukaan benda. Dalam penerapannya tekstur dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu
kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta intensitas
warna Supriyono, 2010:57. 2.6
Pengertian Layout
Layout adalah tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep pesan yang dibawanya. Definisi layout
dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-layout itu sama dengan mendesain
Rustan, 2008:2. Menurut Tom Lincy, prinsip layout yang baik diperlukan adanya: Kesatuan,
komposisi yang baik dan enak untuk dilihat, Variasi,agar tidak monoton membosankan, Keseimbangan dalam layout sehingga terlihat sepadan, serasi, dan
selaras, Irama, yang berupa pengulangan bentuk atau unsur-unsur layout dan warna, Harmoni adalah keselarasan atau keserasian hubungan antara unsur-unsur yang
memberikan kesan kenyaman dan keindahan, Proporsi merupakan suatu perbandingan, Kontras merupakan perpaduan antara warna gelap dan terang
Kusrianto, 2007:277. Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini
bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah
menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Prinsip layout
adalah juga prinsip dasar desain grafis, antara lain: a.
Urutan Sequence Dalam desain, tidak semua informasi bisa ditampilkan sama kuat karena dapat
membuat pembaca kesulitan menangkap pesan. Sequence adalah mengurutkan informasi dari yang harus dibaca pertama sampai yang bisa dibaca setelah pesan
utama. b.
Penekanan Emphasis Dalam desain, penekanan dapat diberikan terhadap informasi utama agar
menjadi pusat perhatian. Penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: memberikan ukuran yang jauh lebih besar dibanding elemen lain,
memberi warna yang kontras dengan latar belakang dan elemen lain, meletakkan elemen diposisi yang menarik perhatian, dan menggunakan bentukstyle yang
berbeda dengan sekitarnya. c.
Keseimbangan Balance Pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pembagian berat
bertujuan menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat.
d. Kesatuan Unity
Prinsip kesatuan adalah memadu-padankan semua elemen desain agar saling berkaitan dan tersusun dengan tepat Surianto Rustan, 2009:74.
2.6.1 Grid System
Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai
perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid system seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga
konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah kompisisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk
menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.
2.6.2 The Golden Section
Sebelum kita bisa membuat grid, kita memerlukan sebuah halaman untuk meletakkannya. Di bidang seni grafis, proporsi agung menjadi dasar pembuatan
ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan sebuah desain. Proporsi agung sudah ditemukan sejak jaman kuno untuk
menghadirkan proporsi yang sangat sempurna dan indah. Membagi sebuah garis dengan perbandingan mendekati rasio 8 : 13 berarti
bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis
yang lebih panjang tadi.
2.6.3 The symetrical grid
Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik
margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki
bidang yang lebih lebar. Layout klasik yang dipelopori oleh Jan Tschichold 1902- 1974 seorang typographer dari Jerman ini didasari ukuran halaman dengan proporsi
2 : 3. Sistem Layout digunakan hampir pada semua bidang yang berhubungan
dengan desain visual, anda mungkin pernah mendengar kata layout berita, layout rumah, layout web dll.
2.7 Teori Tipografi
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi
dalam sebuah media terpan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan
nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk
menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual Adi Kusrianto, 2006;2
menuturkan latar belakang tipografi atau ilmu tentang huruf dimulai sejak manuia berusaha menuangkan pesan-pesan yang ingin disampaikannya melalui tulisan.
Mengenal latar belakang itu diperlukan agar pembaca dapat memahami perkembangan dari tahap ke tahap budaya manusia dalam hal tulis menulis.
Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan
kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dikenal pula seni tipografi, yaitu
karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.
Dalam suatu karya desain, semua elemen yang ada pada void ruang tempat elemen-elemen desain disusun saling berkaitan. Tipografi sebagai salah satu
elemen desain juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen desain yang lain, serta dapat mempengaruhi keberhasilan suatu karya desain secara keseluruhan.
Penggunaan tipografi dalam desain komunikasi visual disebut dengan desain tipografi. Tulisan tangan adalah sederetan tanda-tanda yang mempunyai arti dan
dibuat dengan tangan. Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf letterform, yang
berkembang dari tulisan tangan handwriting. Berdasarkan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tipografi adalah sekumpulan tanda-tanda yang mempunyai
arti. Penggunaan tanda tanda tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain tipografi apabila digunakan dengan mempertimbangkan graphic clarity dan
prinsip-prinsip tipografi yang ada. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu legibility, clarity,
visibility, dan readibility. Legibility adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat
terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya , yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu
huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik. Selain itu,
penggunaan huruf yang mempunyai karakter yang sama dalam suatu kata dapat juga menyebabkan kata tersebut tidak terbaca dengan tepat. Legibility adalah
tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
a. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan
sebagainya. b.
Penggunaan warna c.
Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya
dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan
hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur secara matematika, tetapi harus
dilihat dan dirasakan. Ketidak tepatan menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan yang membuat informasi yang
disampaikan pada suatu desain komunikasi visual terkesan kurang jelas. Huruf- huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila pembaca
merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan lancar, maka teks tersebut dapat dikatakan tidak readible.
Prinsip yang ketiga adalah Visibility. Yang dimaksud dengan visibility adalah kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain
komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Fonts yang kita
gunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang kita gunakan untuk papan iklan. Papan iklan harus menggunakan fonts yang cukup besar
sehingga dapat terbaca dari jarak yang tertentu. Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam desain tipografi
harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.
Prinsip pokok yang terakhir adalah clarity, yaitu kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target
pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh
pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, visual hierarchy, warna, pemilihan type, dan lain-lain.
Keempat prinsip pokok daripada desain tipografi tersebut di atas mempunyai tujuan utama untuk memastkan agar informasi yang ingin
disampaikan oleh suatu karya desain komunikasi visual dapat tersampaiakn dengan tepat. Penyampaian informasi tidak hanya merupakan satu-satunya peran
dan digunakannya desain tipografi dalam desain komunikasi visual. Sebagai seuatu elemen desain, desain tipografi dapat juga membawa emosi atau
berekspressi, menunjukan pergerakan elemen dalam suatu desain, dan memperkuat arah daripada suatu karya desain seperti juga desain-desain elemen
yang lain. Maka dari itu, banyak kita temui desain komunikasi visual yang hanya menggunakan tipografi sebagai elemen utamanya, tanpa objek gambar.
Pemilihan jenis dan karakter huruf, serta pengelolaannya akan sangat menentukan keberhasilan desain komunikasi visual. Dibaca tidaknya sebuah pesan
tergantung pada penggunaaan huruf typeface dan cara penyusunannnya. Informasi semenarik apapun, bisa tidak dilirik pembaca karena disampaikan dengan tipografi
yang buruk Supriyono, 2010:19. Berdasarkan sejarah perkembangannya, huruf dapat digolongkan menjadi
tujuh gayastyle, yaitu : a.
Huruf klasik : Bentuknya cukup menarik dan sampai sekarang masih banyak digunakan untuk teks karena memiliki kemudahan baca readability cukup
tinggi. Salah satu contoh gaya huruf ini adalah Garamond . b.
Huruf Transisi : Font yang termasuk jenis ini adalah Baskerville dan sering dipakai untuk judul.
c. Huruf Modern Roman : Font yang termasuk dalam Modern Roman antara lain
Bodoni. Huruf ini sudah jarang digunakan untuk teks karena ketebalan tubuh huruf sangat kontras, bagian yang vertical tebal, garis horizontal dan serifnya
sangat tipis sehingga sulit dibaca dan bahkan sering tidak terbaca. d.
Huruf sans serif : Memiliki bagian-bagian yang sama tebalnya dan tidak memiliki kaki serif kait. Contoh huruf sans serif antara lain Arial, Helvetica,
Univers, Futura, dan Gill Sans. Huruf ini kurang tepat digunakan untuk teks yang panjang karena dapat melelahkan pembaca, namun cukup efektif untuk
penulisan judul atau teks yang pendek. Huruf ini sering digunakan dalam buku dan majalah karena memiliki citra dinamis, modern dan simpel.
e. Huruf Berkait balok : huruf Egyptian memiliki kait berbentuk balok yang
ketebalannya hampir sama dengan tubuh huruf sehingga terkesan elegan, jantan, dan kaku.
f. Huruf tulis script : Jenis huruf ini berasal dari tulisan tangan hand-writing,
sangat sulit dibaca dan melelahkan jika dipakai untuk teks yang panjang. g.
Huruf hiasan Decorative : Huruf ini bukan termasuk huruf teks sehingga sangat tidak tepat jika digunakan dalam teks panjang. Huruf ini lebih cocok
untuk satu kata atau judul yang.
2.8 Teori Warna
Video yang berhubungan