Apa yang dimaksud dengan missing link manusia purba dan nenek moyang bangsa Indonesia

Guna meluruskan miskonsepsi manusia atas teori Darwin yang menjelaskan asal usul manusia, laboratorium Jurnalistik program studi Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) mengundang dosen biologi Fakultas Ilmu Pendidikan, Chandra Adi Prabowo, S.Pd., M.Pd, Rabu (14/11). Dalam diskusi yang dihadiri beberapa mahasiswa ilmu komunikasi tersebut, Chandra banyak mengkaji teori Evolusi manusia dari sudut pandang ilmu biologi.

Ia menjelaskan, teori Evolusi yang dimaksudkan Darwin pada buku “The Origin of Species by Means of Natural Selection” banyak diartikan secara kurang tepat oleh pembaca. Padahal bila diruntut, buku ini adalah sebuah kumpulan perjalanan yang mencatat perubahan suatu hal yang berlangsung jutaan tahun lamanya. Perubahan tersebut terjadi karena adanya seleksi alam yang berlaku akibat pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya. Ia juga menambahkan, mempelajari teori Darwin sama saja seperti belajar biologi secara keseluruhan karena hal ini adalah sesuatu yang saling berkaitan.

“Setelah belajar Teori Darwin, orang sering bertanya apakah manusia berasal dari kera atau tidak. Padahal ini adalah pertanyaan yang keliru. Berdasarkan ilmu biologi, manusia memang tidak berasal dari kera, tetapi kita setara karena masuk dalam kingdom Animalia yang sama dengan kera. Selain itu, kita juga masuk dalam class mamalia yang berarti hewan menyusu, dengan ordo primata. Sehingga bisa diartikan bahwa manusia hampir mirip dengan kera tetapi tidak berasal dari kera.” Imbuhnya dihadapan peserta diskusi.

Chandra menceritakan, pada penelitian yang telah ada, semua jenis kera modern baik gorila, orang utan, maupun homo sapiens berasal dari satu nenek moyang yang sama. Hal ini terkuak setelah adanya penelitian dari hasil pembacaan DNA yang menyebut urutan kode DNA kita dengan simpanse menunjukkan 99% kecocokan. Hasil ini juga secara hipotesis dapat merunutkan sejarah di jaman dahulu yang menjelaskan jaman dimana manusia dan simpanse ada dalam generasi yang sama. Permasalahannya ialah saat ini kita sedang mencari missing link yang menghubungkan manusia dengan primata lain untuk mencari tahu darimana kita berasal.

“Tidak ada satupun ilmuan yang menyatakan manusia berasal dari kera. Ini masih hipotesis sehingga yang kita tahu ini masih adalah teori. Makanya evolusi masih merupakan teori bukan ilmu.” Ujarnya.

Sebelum menutup, Chandra menyimpulkan bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui mengenai diri kita sendiri.
Seekor kera tidak berbulu yang turun dari pohon kemudian belajar berjalan, berbicara, mencipta, dan menanyakan salah satu pertanyaan terbesar dalam sejarah yakni dari mana kita berasal. (Humas)

PORTAL PURWOKERTO - Jenis Pithecanthropus erectus dianggap sebagai missing link dari teori Darwin.


Salah satu alasan mengapa Pithecanthropus Erectus dianggap sebagai missing link teori evolusi Darwin karena Pithecanthropus Erectus kedudukannya setengah kera setengah manusia.

Sehingga, Pithecanthropus Erectus adalah kera namun berjalan tegak seperti manusia.

Baca Juga: Mengapa Kita Harus Saling Toleransi Sebagai Warga Negara? Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 6 SD

Apa yang dimaksud dengan Missing Link?

Adapun yang dimaksud para ilmuwan dengan Missing Link teori Darwin adalah putusnya mata rantai teori yang dikemukakan Charles Darwin yakni teori evolusi.

Sehingga, dalam buku Darwin yang berjudul The Origin of Species menyebut, nenek moyang manusia adalah kera karena secara genetik paling dekat dengan manusia.

Akan tetapi hal ini menjadi kontroversial dan membuat para ahli menjadi bingung karena evolusi kera menjadi Neanderthal berlangsung sangat lama.

Baca Juga: Kalimat Penyelesaian Masalah Teks Iklim, Cuaca dan Perubahannya, Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 3 SD


Page 2

Lalu mengapa evolusi Neanderthal menjadi homo sapiens atau manusia modern bisa berlangsung sangat cepat padahal evolusi tersebut harusnya juga berlangsung lama?

Pada titik inilah teori Darwin dikatakan kehilangan mata rantainya atau missing link sebagai teori.

Tahun 1890, 1891 dan 1892, Dr. Eugene Dubois menemukan fosil yang dinamakan Pithecanthropus erectus di wilayah Indonesia.

 Volume otak dari Pithecanthropus Erectus ini kecil yakni sekitar 900 cc sehingga disebutkan berada di antara volume otak kera yang 600 cc dan volume otak dari manusia yang berkisar di angka 1400 cc. 

Baca Juga: Panjang Kayu yang Satu 1,58 m Panjang Kayu Lain 163 cm, Berapa Cm Panjang Kedua Kayu? Kunci Jawaban kelas 2 SD

Ditemukannya Pithecanthropus erectus adalah hal yang sangat besar dan dianggap sebagai jawaban dari matarantai teori evolusi Darwin yang hilang karena makhluk inilah yang dianggap berada di tengah peralihan dari kera ke manusia.

Oleh sebab itu Pithecanthropus erectus menjadi salah satu bukti yang makin menguatkan teori evolusi Darwin.***

Kera mana yang merupakan nenek moyang manusia modern? Debat setelah temuan tengkorak berusia 3,8 juta tahun

Apa yang dimaksud dengan missing link manusia purba dan nenek moyang bangsa Indonesia

Sumber gambar, CMNH/MattCrow

Keterangan gambar,

Temuan baru tengkorak Australopithecus anamensis (kanan) dan penafsiran artis terhadap penampilannya (kiri).

Peneliti menemukan tengkorak kera yang mirip nenek moyang manusia berumur 3,8 juta tahun di Ethiopia.

Analisis terhadap spesimen ini berpeluang mengubah gagasan bagaimana manusia pertama berevolusi dari nenek moyang yang mirip kera.

Ide bahwa manusia pertama antara lain berevolusi dari kera yang diberi nama Lucy, mungkin harus dipertimbangkan ulang.

Penemuan baru ini dilaporkan di jurnal Nature.

Tengkorak ini ditemukan oleh Prof. Yohannes Haile-Selassie di tempat bernama Miro Dora, yang berada di Distrik Mille di Afar, Ethiopia.

Lewatkan Artikel-artikel yang direkomendasikan dan terus membaca

Artikel-artikel yang direkomendasikan

  • Hari Gajah Sedunia: Jumlah 'si gading super' yang mirip mamut terus berkurang, terancam para pemburu liar

  • Tukang ojek belia yang 'hidupnya berubah' setelah 'jujur' kembalikan uang US$50.000: 'Jangan ambil yang bukan milikmu'

  • Layangan raksasa pemburu angin, solusi energi hijau dunia

  • Omicron: Seperti apa dan bagaimana asal muasal varian Covid yang menyebar dengan kecepatan yang belum pernah terjadi

Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan

  • Bagaimana wujud manusia dalam satu juta tahun mendatang?
  • Homo luzonensis: Spesies manusia baru ditemukan di Filipina
  • Kisah ilmuwan Muslim yang temukan teori evolusi 1.000 tahun sebelum Darwin

Ilmuwan yang berafiliasi ke Cleveland Museum of Natural History di Ohio, Amerika Serikat, ini menyatakan ia segera bisa mengenali nilai penting fosil ini.

"Saya bilang ke diri saya sendiri, 'Ya Tuhan, benarkah yang saya lihat ini?' Tiba-tiba saya melompat kegirangan ketika tahu inilah yang saya impikan selama ini," katanya kepada BBC News.

Prof. Haile-Selassie mengatakan spesimen ini merupakan contoh terbaik dari makhluk mirip kera yang dianggap jadi nenek moyang manusia yang diberi nama Australopithecus anamensis.

Ia merupakan australopithecine tertua yang pernah hidup sekitar 4,2 juta tahun lalu.

Diperkirakan A. anamensis merupakan nenek moyang langsung dari spesies yang diberi nama Australopithecus afarensis.

Sedangkan A. afarensis diperhitungkan menjadi nenek moyang langsung kelompok (genus) manusia, yang dikenal dengan sebutan Homo, yang termasuk di dalamnya manusia yang hidup sekarang ini.

Sumber gambar, Cleveland Museum of Natural History

Keterangan gambar,

Tengkorak spesimen baru ini dilihat dari berbagai sisi, termasuk rahang bagian bawahnya.

Penemuan pertama kerangka afarensis di tahun 1974 menyebabkan sensasi. Ia diberi nama julukan Lucy oleh para ilmuwan yang berasal dari lagu The Beatles, Lucy in the Sky With Diamonds, yang diputar di situs penggalian.

Lucy disebut sebagai "kera pertama yang berjalan" dan berhasil menarik perhatian publik.

Namun Profesor Fred Spoor dari Natural History Museum, London, menyatakan bahwa anamensis "tampaknya akan menjadi ikon dari evolusi manusia".

Alasannya karena anamensis dan afarensis ternyata pernah hidup berdampingan.

  • Fosil tengkorak manusia berusia 12 ribu tahun selamat dari kebakaran museum di Brasil
  • Ketika Antartika dipenuhi hutan belantara dan dinosaurus hidup bebas
  • Fosil dinosaurus 'raksasa pertama' ditemukan di Argentina

Anggapan bahwa anamensis berevolusi secara langsung menjadi afarensis seperti yang diduga sebelumnya, bisa jadi keliru.

Kesadaran ini muncul dari interpretasi ulang terhadap fosil potongan tengkorak berusia 3,9 juta tahun. Potongan ini dianggap anamensis, tapi ternyata, setelah dibandingkan dengan fosil baru ini, potongan itu adalah milik afarensis.

Jelas bahwa kedua spesies ini pernah hidup berdampingan selama sekitar 100.000 tahun.

Apa yang dimaksud dengan missing link manusia purba dan nenek moyang bangsa Indonesia

Cleveland Museum of Natural History

I thought to myself 'Oh my goodness, am I seeing what I think I'm seeing?'

Prof Yohannes Haile-Selassie

Kemungkinannya, sekelompok kecil anamensis terisolasi dari populasi utama dan kemudian berevolusi menjadi afarensis ketika beradaptasi dengan keadaan setempat.

Kedua spesies berdampingan sebelum sisa-sisa anamensis punah.

Penemuan ini penting karena menunjukkan tumpang tindih spesies mirip kera bisa terjadi, membuka kemungkinan berbagai rute evolusi menuju spesies manusia pertama.

Singkatnya, penemuan ini tidak membantah bahwa Lucy menghasilkan genus Homo. Namun ini membuka perdebatan tentang adanya kemungkinan spesies lain yang bisa jadi asal-usul manusia.

Seperti dinyatakan Prof. Haile-Selassie: "Selama ini afarensis dianggap penjelasan terbaik nenek moyang manusia, tapi kini tidak begitu lagi. Kita bisa melihat berbagai spesies yang ada di masa itu dan meneliti, yang mana yang paling mungkin berevolusi jadi manusia pertama".

Sumber gambar, P.PLAILLY/E.DAYNES/SPL

Keterangan gambar,

Sisa tengkorak kera yang dijuluki Lucy diperkirakan menjadi nenek moyang dari manusia pertama.

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Istilah "tautan yang hilang" atau "missing link" dalam jurnalisme dan wacana populer untuk menggambarkan fosil yang dianggap "separuh kera separuh manusia" sangat tak disukai para ilmuwan.

Ini terutama ada banyak tautan dalam sejarah evolusi manusia - dan kebanyakannya memang belum ditemukan.

Anamensis merupakan tautan terbaru dalam rangkaian penemuan terakhir, yang memperlihatkan tak ada satu garis tunggal evolusi menuju manusia modern.

Prof. Haile-Selassie merupakan salah satu dari sedikit ilmuwan Afrika yang meneliti tentang evolusi manusia.

Namanya kini dikenal, tetapi ia menyatakan sulit bagi ilmuwan Afrika untuk mendapatkan dukungan finansial dari organisasi riset negara-negara Barat.

"Kebanyakan fosil terkait asal-usul manusia berasal dari Afrika dan menurut saya seharusnya ilmuwan Afrika bisa menggunakan sumber-sumber yang ada di benua mereka sendiri untuk memajukan karir mereka sebagai ahli purbakala," katanya.

"Keterbatasan mereka umumnya adalah pendanaan,".