Bagaimana generasi muda mengembangkan industri pertanian pada era reformasi brainly

47,983 total views, 16 views today

Sorong, 11 Februari 2020

GENERASI MUDA DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Dr. WAHJU S. UTOMO Auditor Utama Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan memberikan kuliah umum ke para siswa Politeknik Pelayaran Sorong Papua Barat, dengan pembahasan mengenai revolusi industri 4.0 yang menggabungkan teknologi otomatis dengan teknologi cyber sehingga bisa mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi di dunia kerja bahkan gaya hidup manusia itu sendiri.

Dunia digital dan revolusi industri saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di indonesia sudah terkena dampak dari arus era digitalisasi salah satunya taksi atau ojek tradisional sudah mulai dengan moda-moda berbasis online, oleh karena itu tantangan skill serta strategi menghadapi era digital harus komitmen peningkatan investasi, learn by doing, peningkatan digital skill bagi era digital di masa depan dan menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukan materi terkait human-digital skills.
Ancaman masa depan yang secara nyata telah, sedang dan akan dihadapi ancaman terorisme dan deradikalisasi, rohingnya, ancaman narkoba, krisis ekonomi.

Tips sukses untuk generasi milenial harus selalu membuka diri pada lingkungan yang lebih luas, menjaga konsentrasi saat menyelesaikan tugas/pekerjaan, peka terhadap perubahan yang ada, menyisihkan waktu untuk belajar, tidak asak jiplak/plagiat karya orang lain, cari informasi dari sumber yang terpecaya, sisihkan waktu untuk beristirahat dan kerahkan seluruh potensi/kelebihan yang kalian miliki dan raihlah sukses.

Bapak Wahju S. Utomo dalam penutupannya berpesan agar selalu membiasakan yang benar BUKAN membenarkan yang biasa. (DNY)

Bagaimana generasi muda mengembangkan industri pertanian pada era reformasi brainly

“punya visi tak cukup, kamu harus punya energi dan keberanian untuk untuk menggapainya. posisi mu sebagai pemuda saja tak cukup, kamu harus bawa perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik!

jadilah pemuda pencari solusi, solusi untuk indonesia dan jadilah pemuda yang berani membawa perubahan”

Arief Subagja,-

Ada apa dengan petani sekarang ?

Petani adalah orang yang melakukan budidaya tanaman, mulai dari penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, sampai dengan memanennya langsung. panen yang dihasilkan oleh petani dapat digunakan untuk kebutuhan pribadi maupun dijual dipasar. petani memiliki peran penting dalam perkembangan pertanian di indonesia baik dalam kebutuhan pangan maupun industri. Petani Indonesia hanya sebagian menggunakan teknologi dalam bertani, tidak terkecuali dengan petani yang ada di pedesaan pelosok negeri. Kita tahu bahwa petani yang ada di kota adalah justru petani yang hanya memanfaatkan lahan sekitaran rumahnya untuk sebagai pemenuhan kebutuhan saja untuk kehidupan keluarganya dan bukan untuk industri bisa dikatakan juga sebagai petani home farming self.

Beda lagi dengan petani yang ada di desa yang dimana petani memiliki peran penting dalam berjalannya ekonomi nasional, tetapi justru kekurangan alternatif pendukung dalam keberlangsungan sektor pertanian di pedesaan. Masa depan pertanian Indonesia terancam dengan semakin berkurangnya minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian, khususnya untuk pertanian pangan. Merosotnya luas lahan garapan kepemilikan pribadi dinilai sebagai salah satu penyebab keenggan ini. Pembangunan desa akan akan sangat bergantung pada tenaga produktif, sehingga ketika tak ada lagi generasi muda muda yang mau mengerjakan lahan, maka kebutuhan pangan pasti akan disuplai dari luar.

Bayangkan jika petani di Indonesia tidak ada lagi yang mau bertani hanya karena kurangnya berbagai fasilitas untuk bertani dan jaminan yang tidak memuaskan dan petanipun beralih ke industri non pertanian bisa jadi Indonesia merupakan Negara yang kelaparan, kemiskinan dimana-mana, kriminaitas meningkat dan politik tidak terkendali yang membuat tidak adanya kemajuan bagi bangsa ini. Dengan pengalaman kegagalan dimasa lalu disertai persepktif baru bahwa tak ada lagi masa depan untuk pertanian, mereka pun mendorong anak-anak meninggalkan desa, untuk sekolah tinggi. Ironisnya, ketika anak-anak ini tak ingin lagi kembali ke desa Oleh karena itu, perlu adanya peran penting dari pemerintah dan kementrian pertanian dalam melakukan revolusi baru terhadap sektor pertanian dengan menyandingkan atau memasuki dunia revolusi industri digital.

Milenial enggan bertani !! kenapa ??

Anak-anak milenial saat ini terlihat enggan menjadi petani, mereka lebih cenderung memilih untuk kerja di industri dan supermarket Dibanding bercocok tanam. Hal ini pun terjadi dengan tetanggaku yang lebih memilih untuk merantau di kota menjadi seorang kasir di sebuah toko sembako dibanding dengan bercocok tanam di kampung bersama kedua orang tuanya, alasannya bahwa menjadi petani belum bisa memberikan jaminan yang layak bagi kehidupannya. Banyak generasi milenial yang enggan atau tak bertahan dalam bertani saat ini. Peneliti mengatakan hal ini disebabkan kemudahan teknologi dan pendapatan petani yang kurang memuaskan. Peneliti indef, mirah midadan mengatakan, masyarakat beralih ke sektor non pertanian ketika umur mereka masih muda. Banyak dari mereka yang memiliki usaha sampingan di luar sektor non pertanian.

Selain itu presiden Joko Widodo pun pernah mengatakan bahwa kebanyakan sarjana pertanian yang bekerja di bidang perbankan pada sidang terbuka  Dies Natalis IPB ke 54 di kampus IPB, Bogor, rabu (6/9/017). Padahal notabanenya adalah sarjana pertanian, kenapa bisa masuk di perbankan. Hal ini memang sering terjadi, salah satunya di tempat lahir saya!, ya, betul kampung saya, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Dimana sarjana pertanian malah terjun ke dunia pertambangan sehingga petani di kampung saya hanyalah orang-orang tua yang dimana mereka sudah lahir pada masa jabat pemimpin soekarno hatta. Miris bukan !! seharusnya generasi muda saat ini mau menggantikan posisi orang-orang ini hanya dengan alasan ingin memiliki taraf hidup yang lebih baik dibanding harus bertani.

Badan pusat statistik (BPS) tahun 2018 mencatat tingkat penurunan terhadap pekerja di sektor pertanian tercatat penurunan pekerja di sektor pertanian ini berpotensi memengaruhi produksi komoditas pangan nasional. bagaimana tidak, penurunan produksi komoditas pangan nasional disebabkan karena kurangnya tingkat produksi pangan yang ada di sebaran wilayah Indonesia, ini karena jumlah petani masa sekarang turun dibanding dengan permintaan kebutuhan pangan yang terus meningkat.

Masalah – masalah inilah yang menjadi perbincangan hangat seorang petani dari zaman ke zaman, tidak ada yang berubah dari perbincangan yang selalu di diskusikan ini mengenai persoalan kehidupan selanjutnya bagi seorang petani bahkan bukan hanya petani yang selalu ribut soal keberlangsugan pertanian di negeri ini. Stakeholder pertanianpun dengan kata lain pemerintah sebagai regulasi selalu mencari cara dan solusi dalam berbagai masala yang di hadapi. Begitulah yang terjadi di negara kita ini, persoalan tidak ada akhirnya yang selalu muncul, membuat keluh – kesal masyarakat.

Kelangkaan  petani apakah akan terjadi ? petani hampir punah ?

Populasi manusia secara global terus bertambah secara cepat. Menurut PBB sekitar 9,3 miliar orang akan bermukim di bumi pada tahun 2050. Ini berarti permintaan pangan juga akan meningkat drastic sementara jumlah sumber daya lahan, sumber daya manusia yang bekerja di sektor pertanian menyusut. Fakta menarik bahwa perbandinngan jumlah petani dan luas lahan pertanian di Indonesia selama empat tahun terakhir (2015-2018) terjadi penurunan baik jumlah petani maupun luas lahan pertanian Indonesia. Ditahun 2018, lahan pertanian di Indonesia mencapai 35,7 juta hektar dengan yang di kelola oleh 7,1 juta petani. Dari BPS pun mencatat pada agustus 2019, penduduk yang bekerja pada pertanian, kehutanan, perikanan sebanyak 34,58 juta orang, turun menjadi 1,12 juta atau 1,46% dibandingkan dengan agustus 2018.

Masalah keterbatasan lahan, sumber daya manusia, dan regenerasi petani yang semakin berkurang menjadi isu peristiwa global termasuk di Indonesia, dimana sektor pertanian tidak lagi menarik minat generasi muda saat ini sehingga banyaknya petani berusia lanjut. Nyatanya kata gengsi apabila terjun ke dunia pertanian karena dianggap kurang menjanjikan dan penghasilanyang tidak sebesar apabila bekerja di perusahaan.

Sektor pertanian akan menjadi sebuah ancaman bagi Indonesia pasalnya dengan krisis pertanian. Penyebabnya yaitu krisis jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian dan urbanisasi yang tinggi. Sektor pertanian Indonesia menghadapi tantangan besar kedepannya. Mengutip data badan pusat statistik (BPS) dalam kurun waktu hampir 30 tahun terakhir, sokongan sektor pertanian terhadap produk domestic bruto (PDB) terus menurun. Tercatat sejak tahun 1990-2018 kontribusi pertanian terhadap PDB turun drastis dari 22,09% menjadi sekitar 13%. Serapan tenaga kerja untuk sektor ini juga turun drastis dari 55,3% menjadi 31% pada periode yang sama. Sektor pertanian pun tumbuh dibawah ekonomi nasional, ketika ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan 5% dalam kurun waktu lima tahun terkahir, pertumbuhan sektor pertanian hanya mampu mencapai angka sebesar 3%. Sektor pertanian terancam terkontraksi karena krisis petani. Indonesia diprediksi mengalami krisis jumlah petani dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang. Alih generasi sektor pertanian kepada kaum millenial menjadi perhatian serius.

Rektor Institute Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria menyebut “rata-rata petani saat ini berusia 47 tahun ke atas. Petani Indonesia akan menjadi krisis pada tahun 10-15 tahun mendatang” ujar kata arif usai bertemu menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo dikantor kementerian pertanian,Jakarta selatan, senin (11/11/2019). Persoalan itu menjadi topic pembahasan dalam pertemuan Syahrul dan Arif yang datang didampingi pengajar, senat dan guru besar IPB. Data BPS menunjukan, jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terus menurun jumlahnya. Dalam kurun lima tahun terakhir saja jumlah pekerja di sektor pertanian turun dari 33% menjadi 29%.

Usia petani di Indonesia yang di dominasi oleh kalangan tua (diatas usia tahun 54 tahun) dan di perparah lagi dengan latar belakang pendidikan petani yang di dominasi hanya tamatan SD. Selain usia petani yang semakin menua, sektor pertanian di Indonesia juga harus dihadapkan pada fakta yang menyebutkan bahwa 72,6% pekerja disektor pertanian hanya berpendidikan SD bahkan tidak tamat SD. Kondisi ini menyebabkan transfer ilmu dan transfer teknologi bagi masyarakat petani menjadi sulit karena minimnya pengetahuan yang dimiliki. Sehingga teknik dan mekanisme pertanian di Indonesia cenderung memakai cara-cara lama dan masih awam dengan cara-cara baru.

Sesuai dengan data BPS yang telah menunjukan adanya penurunan presentase tenaga kerja di sektor pertanian yang akan dialami, krisis tenaga kerja ini merupakan masalah utama yang harus di selesaikan dengan meningkatkan aspek pertanian ini dengan berbagai cara. Bukan hanya itu, krisis ini terjadi karena tidak adanya penerus generasi lanjutan yang harus di lakukan oleh anak-anak muda saat ini. Kemajuan pertanian salah satunya ditopang oleh jumlah petani. Artinya semakin banyak petani maka sektor pertanian akan semakin menggeliat.  Sehingga solusi yang paling efektif adalah meregenerasi petani di Indonesia, dalam artian menumbuhkan minat agar kalangan pemuda khususnya para sarjana pertanian agar mau berkecimpung di sektor pertanian, dan memberikan akses permodalan bagi petani, serta jaminan bagi petani seperti asuransi gagal panen.

Setiap tahunnya sarjana pertanian terdapat 34 ribu lulusan sarjana pertanian di Indonesia. Jumlah ini tetntu merupakan peluang dan modal yang sangat besar untuk pertanian Indonesia. Peluang dan modal inilah yang akan menjadi sebuah keuntungan hanya jika pemerintah bisa menggerakkan dan mengelolaanya dengan serius, menumbuhkan minat bertani di kalangan pemuda tentunya tidak mudah apalagi dengan pendapatan dan keuntungan disektor pertanian bersifat tidak pasti, karena dipengaruhi oleh cuaca, hama, dan perawatan yang berisiko gagal panen lainnya.

Untuk itu pemerintah harus di perlukan adanya insentif melalui kebijakan pemerintah yang bersifat membantu dan mempermudah akses terhadap tiga hal sebagai berikut.

Pertama, insentif untuk meregenerasi petani memerlukan kemudahan akses terhadap lahan, Secara umum, luas lahan sangat berpengaruh dalam perkembangan pertanian di Indonesia yang harus memadai dalam berbagai bentuk aspek pemenuhan kegiatan di sektor pertanian. Sehingga memungkinkan adanya penerapan teknologi disertai dengan penggunaan alat mesin, pengolahan lahan, budidaya dan penanganan pasca panen. Ukuran petakan sawah dan kebun yang kecil serta kemiringan yang curam tidak memungkinkan penerapan teknologi secara optimal (wiebe, 2003 ).

Skala lahan yang minimum bagi petani adalah kapasitas lahan sehingga pendapatan/hasil panen yang diperoleh sangat minimum (ekonomis) yang melebihi biaya dan kebutuan petani secara wajar. Lahan yang sempit tidak memungkinkan bagi seorang petani memperoleh penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga  usaha para petani tidak sejahtera. Masalah ini akan tidak dapat terselesaikan dengan cepat jikalau pemenuhan lahan di Indonesia masih relatif kecil. Masalah  soal lahan yang sempit sebaiknya di tindak lanjut untuk kepentingan para petani maupun ekonomi nasional. pengalihan fungsi lahan adalah alternatif yang baik bagi petani, tidak lain hanya untuk meningkatkan daya produksi, panen, hingga kemakmuran petani. Dalam hal ini pemerintah seharusnya membuat sebuah kebijakan perencenaan tentang pengalokasian lahan pertanian, tentunya pemerintah harus menggenjot wilayah yang sangat baik bagi sektor pertanian dari tanah yang subur, topografi relatif rata, iklim menunjang, dan infrastruktur memadai.

Kedua, kemudahan petani dalam mengakses modal. Akses modal diperlukan untuk membiayai keperluan dan pengelolaan usaha tani. Kemudahan ini berguna untuk meminimalkan resiko gagal panen, sehingga petani pemula tidak begitu khawatir dan shock ketika mengalami kerugian di awal-awal usahanya. Istilah pemerintahh turut membantu dalam memudahkan akses permodalan kepada petani pemula, apalagi bagi lulusa sarjana pertanian yang memiliki wawasan dan  terampil serta berprestasi terhadap dunia pertanian. Apa ruginya ketika pemerintah membantu memberdayakan orang yang berpotensi besar berkembang di bidangnya.

Ketiga, pemerintah harus bisa membantu dalam hal akses teknologi pertanian bagi para pemuda atau lulusan sarjana pertanian yang berminat untuk bertani. Di era teknologi ini, kalangan pemuda ingin sesuatu yang mudah dan cepat, dan teknologi hadir untuk kebutuhan petani. Begitu pula dengan Negara lain pada sektor pertanian yang suda banyak memiliki teknologi- teknologi pertanian yang sudah diterapkan, dari mulai alat-alat pertanian, varietas-varietas unggul bibit pertanian dengan cara modern. Terbukti dengan adanya teknologi pertanian dapat meningkatkan produktivitas pangan suatu negara. Contoh nyatanya adalah negara amerika, teknologi pertanian amerika semakin maju sejak abad ke 19, banyak mesin dan teknologi yang semakin pesat, tidak membuat orang amerika meninggalkan pertanian, namun justru pertanian disana semakin berkembang karena dengan adanya penunjang alat dan teknologi bagi pertanian.

Masalah ini akan tidak dapat terselesaikan dengan cepat jikalau pemenuhan lahan di Indonesia masih relatif kecil. Masalahsoal lahan yang sempit sebaiknya di tindak lanjut untuk kepentingan para petani maupun ekonomi nasional. pengalihan fungsi lahan adalah alternatif yang baik bagi petani, tidak lain hanya untuk meningkatkan daya produksi, panen, hingga kemakmuran petani. Dalam hal ini pemerintah seharusnya membuat sebuah kebijakan perencenaan tentang pengalokasian lahan pertanian, tentunya pemerintah harus menggenjot wilayah yang sangat baik bagi sektor pertanian dari tanah yang subur, topografi relatif rata, iklim menunjang, dan infrastruktur memadai. Bukan hanya itu, pembentukan sistem cluster based economy dapat digunakan sebagai bentuk alat dalam pengembangan lahan sektor pertanian yang memungkinkan penggunaan lahan bagi non pertanian dapat terahlikan sehingga wilayah yang sangat baik untuk pertanian dapat terkonversi terhadap sektor non-pertanian.

Akibatnya, pemanfaatan lahan dapat di atasi dengan adanya pengalihan lahan yang baik sehingga lahan untuk pertanian dapat menjadi stabil dengan bebagai kesenjangan yang timbul diakibatkan karena kesenjangan lahan yang sangat buruk. Dan kegiatan petani akan lebih baik maupun dari aspek penanaman, produksi, pasca panen, hingga pendistribusian hasil tani akan jauh lebih stabil yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.

Salah satu optimisme itu terlihat pada keberhasilan pemerintah menerapkan teknologi pertanian seperti water management, mekanisasi alat pertanian, hingga terciptanya banyak aplikasi pertanian yang memudahkan kerja petani, selain dapat menekan biaya produksi petani sekaligus meningkatkan produktivitas, digitalisasi menjadi upaya yang menarik bagi pemuda Indonesia untuk bertani. Perkembangan teknologi dengan sejalan 4.0 di luncurkan oleh pertanian Indonesia dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Dari upaya ini pemerintah mengharapkan keikutsertaan generasi milenial untuk ambil alih dalam perkembangan teknologi pertanian sehingga mampu menjawab masalah regenerasi pertanian  menuju pertanian masa kini yang bergengsi dengan teknologi. Selain itu, pemerintah juga isa melakukan kegiatan pengadaan penyuluhan lebih lanjut kepada pemuda- pemuda yang ada di desa agar membuka wawasan lebih terkait dengan bertani, serta tentunya mengajak semua pemuda desa untuk bertani tanpa mau memutuskan pendidikan mereka ke jenjang lebih tinggi. Dan kemudian, pemerintah harus memfasilitasi kebutuhan dasar bagi petani, dengan adanya pengembangan lahan sempit, dan sekaligus pemanfaatan, serta peran kementerian pertanian dan kementerian melakukan kolaborasi terkait pemenuhan dasar pengetauan dasar bertani, semisalnya di sekolah tingkat kejuruan memiliki fasilitas yang memadai bagi pelajar sehingga mereka akan lebih tertarik menjadi seorang petani muda masa kini, yang tentunya dibarengi dengan teknologi masa kini

Citra petani dimata millenial !     

 Anak petani sangat menyusahkan, pekerjaan sulit, bermandikan lumpur tiap harinya, penuh keringat sepanjang hari, serta orang yang lusuh dan kumuh, kehidupan yang menyusahkan. Pertanian identik dengan suatu pekerjaan yang bergulat dengan tanah, kotor, terkena panas matahari, kurang bergengsi lebih bergengsi pekerja kantoran yang berseragam rapih. Itulah gambaran kasar seorang petani, sangat berbeda jauh dengan benak anak-anak millenial saat ini. Dibandingkan dengan anak petani yang terpaksa melakukan pekerjaan petani karena dedikasi yang kurang serta latar belakang pendidikan yang minim.

 Anak petani tidak mau menjadi seorang petani, di era sekarang ini begitulah keadaan kaum pemuda yang mencerminkan mereka tidak ingin terjun kedunia lumpur persawahan. Generasi milenial juga menilai bahwa bila mau mendapatkan keuntungan besar dari sektor pertanian, harus siap dengan modal yang besar dan resiko yang tinggi. Menurut mereka, banyak sekali persoalan yang dihadapi petani, antara lain faktor anomaly cuaca, sempitnya lahan garapan, serangan hama dan gagal panen. Mereka juga mengamati bahwa proses penentuan arga tidak berpihak kepada petani, jangankan mendapatkan keuntungan, tidak sedikit petani yang tidak balik modal dan justru tekor. Biaya yang dikeluarkan tidak seanding dengan keuntungan yang diperoleh. Itulah beberapa pandangan yang menjauhkan generasi milenial dari dunia pertanian. Sedangkan pandangan yang tidak menariknya sektor pertanian sebagai sumber utama mata pencaharian generasi milenial, disebabkan oleh beberapa hal antara lain: orang tua yang berprofesi sebagai petani jarang yang mendidik anaknya untuk nantinya bekerja sebagai petani, sebaliknya kebanyakan orang tua mendidik anaknya dengan mendoktrin pemikiran anaknya dari usia dini dengan kata “jangan ikuti kami nak, hanya seorang petani yang gajinya tidak seberapa! Hidup susah!, kelak kau mau menjadi ASN, berpakaian seragam yang rapih, ke kantor, dan duduk didalam ruangan yang ber-ac”, itulah sebuat statement yang menjadikan pandangan buruk pertanian kepada calon generasi-generasi muda saat ini, yang lebih mau memburu seragam saja dan ruangan ber-ac. pekerjaan seorang petani masih kotor dan lusuh? Pekerjaan masa depan petani sangatlah menyedihkan? pandangan kedua tersebut akan berubah setelah melihat kisah seorang petani milenial ini

Masih mudah dan punya kebun 20 hektar. Shahrizal Denci, seorang petani asal Malaysia menceritakan kisa pilu percintaanya yang justru membuat ia kini sukses. Melalui cuitannya di Twitter, ia menceritakan bahwa dirinya sempat diremehkan oleh ibu mantan kekasihnya. Bukan hanya tidak diberi restu, bahkan iapun dihina lantaran berprofesi sebagai petani. “ dulu ibu mantan pacar saya  tolak aku karena aku Cuma seorang petani”, tulis Shahrinzal dilansir dari kumparan.com.

Pria berusia 38 tahun tersebut sebelumnya telah berpacaran selama dua tahun, hanya saja hubunganya kandas terganjal karena restu dari ibu kekasihnya karena ia hanya seorang petani. Meski sedih Shahrizal menjadikan hal ini sebagai motivasinya untuk maju. Bersama sang adik, ia terus menekuni profesi sebgai petani hingga akhirnya kini memiliki perkebunan sendiri. Tidak tanggung-tanggung lahan perkebunan yang dimiliki seluas 20 hektar. “saya menjadikan kegagalan kekasih cinta sebagai motivasi. Bersama adik, saya menjalankan usaha ini. Kami dibesarkan oleh ayah yang bekerja keras sebagai petani sehingga kami tahu seluk-beluk untuk menanam tumbuhan”, ujar Shahrizal.

Kisah Shahrizal membuktikan pandangan masyarakat akan masa depan seorang petani yang suaram tidak benar adanya. Pandangan petani dari yang selama ini diidentikkan dengan tua, miskin, pekerjaan kotor, kurang berpenghasilan, dan lainnya bisa berubah menjadi petani muda, keren, menguntungkan, kekinian, dan tentunya kaya. Dari kisah ini juga kita diajarkan agar tetap sabar dan tekun dalam menjalankan sebuah usaha, maupun itu pegawai hingga petani. Buktinya petani muda ini bisa membuktikan kepada masyarakat bahwa masa depan petani sangat jelas bila kita usaha dan dibarengi dengan pengetahuan dan keterampilan. Milenial seharusnya bisa mengubah pola kehidupan seorang petani menjadi sebuah pekerjaan yang sangat menarik, apalagi dengan di era sekarang ini, anak muda lebih mudah menggunakan teknologi dengan memanfaatkan marketplace sebagai media pemasaran hasil panen yang sangat mudah dan efisien.

 Menjadi petani yang modern? Kenapa tidak?!

Dunia di gencarkan dengan berbagai macam teknologi, baik dalam bidang infrastruktur, panga, kesehatan, hingga dunia pendidikan. Munculnya teknologi tentu memberikan banyak manfaatnya untuk keberlangsungan hidup, salah satu contoh teknologi yang bermanfaat adalah google. Manfaat teknologi secara umum memang mempermudah penggunaanya dapat mengerjakan semua hal dengan lebih cepat dan singkat, semua itu juga kemajuan teknologi yang semakin merembet pengaruhnya keseluruh negera tidak terkecuali di Indonesia. Dari pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini membawa banyak pengaru positif, yang dimaksud dari pengaruh positif halnya seperti :

  • Pertukaraan sebuah informasi yang menjadi lebih mudah dan cepat
  • Memudahkan pekerjaan
  • Pekerjaan dapat dilakukan oleh satu orang menjadi lebih efektif dan efisien
  • Sistem pembelajaran dapat dilakukan secara online tanpa harus melakukan tatap muka

Berbagai manfaat teknologi dan informasi yang berkembang, bukanlah suatu masalah besar bagi perubahan perilaku seseorang. Dengan adanya teknologi dan informasi ini, orang-orang dengan mudah mencari dan mengelola sebuah kegiatan dengan mudah dan cepat. Tentunya perkembangan ini harus sejalan dengan kemampuan seseorang (SDA) atau ketermpilan dalam menggunakan teknologi, tentu harus ada pengtahuan dasar mengenai teknologi di berbagai bidang.  Terlebih lagi Indonesia adalah negara agraris yang memiliki sumber daya alam tinggi dan pengelolaan yang cukup baik, jadi dalam bidang pertanian jelas ini sangat akan mendukung. Bukan hanya kekayaan hayati saja, Indonesia yang memiliki daerah tropis yang sangat baik dengan iklim dan cuacanya, akan sangat mendukung sektor pertanian.

Bidang pertanian ini adalah bidang yang selalu dibutuhkan oleh siapaun. Melihat dalam peranannya dalam menunjang kebutuan sandang, pangan, dan papan manusia dalam sehari-hari. Manusia tidak akan bisa bertahan tanpa adanya ‘pangan’. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut, tentu harus membutuhkan pertanian yang menghasilkan beras. Jelas ini adalah mata rantai yang saling terkait. Lalu seperti apa sih perkembangan teknologi di dunia pertanian ini ?. teknologi adalah ilmu yang yang berhubungan langsung dengan peningkatan keterampilan dalam industri. Jika diterapkan di dalam dalam dunia pertanian,pengertiannya adalah sebua trik atau cara untuk meningkatkan usaha tani. Misalnya saja dalam proses pemilihan benih di poros yang tepat, proses pemeliharannya, hingga ketika memanennya. Di luar komponen tersebut perkembangan pertanian juga dapat dilihat dari jenis obat-obatan dan makanan yang digunakan, pupuk jenis apa saja yang dipakai, hingga pestisidanya. Tentu beberapa komponen tersebut tidak dapat dilakukan dengan asal- asal saja, peran petani dan teknologi yang harus saling bersatu untuk menghasilkan hasil panen yang maksimal.

Tentu pandangan terkait perkembangan teknologi di sektor pertanian masih ada saja yang menentang hal tersebut, bahkan banyak yang beranggapan bahwa teknologi telah merampas semua pekerjaan petani, karena dengan teknologi ini akan dapat dilakukan dengan cara mudah dan waktu yang singkat dibanding dengan yang masih menggunakan memanfaatkan SDM yaitu petani. Padahal realitanya, teknologi akan bekerja dengan baik jika tidak ada kerjasama yang baik dengan petani. Teknologi bukan robot, jadi harus tetap membutuhkan peran sumber daya manusia (SDA) untuk melakukannya. Tentu perlu pengembangan pemahaman petani terkait teknologi yang berkembang di pertanian

Namun, hal ini jauh dari kenyataan yang ada. Pertanian di Indonesia hanya masih menggunakan teknik-teknik lama yang berbasis tradisional dan hanya menggunakan perkiraan dalam masa panen dan peritungan cuaca untuk melakukan penanaman bibit padi. Hal ini jauh berbeda dengan petani yang ada di luar negeri yang menggunakan teknologi dan informasi sehingga dengan mudah melakukan perkiraan cuaca, pengukuran masa panen serta produksi dengan sehingga meminimalisirkan resiko kegagalan panen yang besar. Bukan hanya itu pada dasarnya pertanian di Indonesia mulai mengalami penurunan dalam hal lahan, petani muda dan teknologi yang mendukung sektor pertanian. Lahan  pertanian Indonesia semakin berkurang dikarenakan pembangunan infrastruktur industri, perumahan dan lainnya.

Untuk itu, teknologi pertanian merupakan hal yang harus dikembangkan dalam pertanian. Teknologi modern merupakan hal yang memang sangat dibutuhkan untuk di tengah fenomena turunnya luas lahan. Aplikasi pertanian cerdas yang di Indonesia kian marak.

Satu: ci-agriculture adalah cabang dari anak perusahaan milik mediatrac ini mengembangkan sistem manajemen pertanian. Hasilnya adalah analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta drone yang dapat meningkatkan prodkutivitas pertanian. Ada tiga yang dimiliki oleh ci-agriculture untuk mengelola pertanian dan menangani permasalahan yang sering kali muncul di bidang pertanian. Produk-produk tersebut adalah crop accurate, sistem pemandu kegiatan betani untuk mengatur penanaman benih, pemupukan, penggunaan obat untuk produk tani, dan sebagaianya. Ada juga agritrack yang berbentuk mobile application untuk membantu supply chain pertanian dari petani ke distributor, dilanjutkan ke pasar, hingga akhirnya sampai di pembeli akhir. Yang terakhir adalah bantuan asuransi pertanian yang dinamai crop insurance.

Kedua: tranpalnter, teknologi pertanian transplanter di rekomendasikan oleh litbang (penelitian dan pengembangan) kementerian pertanian untuk memberikan jarak yang pas antar padi yang ditanam. Konsep teknologi pertanian ini menganut sistem jajar legowo dari jawa timur dalam proses penanaman padi. Transplanter dipercaya meningkatkan produksi padi hingga 30%. Jarak yang tepat antar padi lebih memudahkan petani dalam hal perawatan.

Ketiga: angon.Id adalah perusahan rintisan binaan indigo ini menggunakan konsep investasi (fintech) dan pertanian (agetech). Angon.id memungkinkan masyarakat investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Melaui layanan aplikasi ini, pengguna menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan. Dana tersebut disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis.

Keempat: indo combine harvester dengan menggunakan teknologi pertanian indo combine harvester petani akan lebih dimudahkan dalam urusan panen pada mulai dari pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, hingga pengantongan. Dengan indo combine harvester, anda tidak lagi membutuhkan banyak orang untuk memanen padi, karena satu mesin ini hanya butuh tiga orang saja, dengan kapasitas kerja empat saampai enam jam perhektar. Teknologi ini akan semakin baik performanya jika digunakan pada lahan yang basah. Hebatnya lagi, teknologi pertanian ini mampu menghasilkan gaba dengan tingkat kebersihan 99.5%

Kelima: mesin pemilah bibit unggul, kesusahan petani dalam memilih bibit unggul dalam bertani membuat teknologi ini berguna bagi petani. Bibit unggul akan menghasilkan tanaman dengan hasil yang baik pula. Jika dulunya petani tidak bisa menentukan bibit mana yang akan menghasilkan tumbuhan terbaik, kini dengan teknologi pertanian, hal tersebut bisa diketahui. Dengan adanya teknologi mesin pemilah bibit unggul, tentu kita sebagai petani tidak perlu khawatir menanam bibit dengan kualitas buruk

Keenam: village, perusahaan ini bersama East West Seed Indonesia yang mengembangkan aplikasi urban farming Indonesia. Aplikasi ini di desain untuk mengedukasi masyarakat perkotaan. Kemudian, aplikasi itu dirancang khusus untuk memudahkan petani berkonsultasi dengan para pakar pertanian. Petani bisa meminta bantuan pakar untuk mengetahui kondisi tanaman secara intensif dan interaktif

Ketujuh: digital farming, digital farming dapat membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk perlindungan tanaman dan pemupukan, dan rekomendasi dapat dibuat khusus bagi masing - masing petani di lahan yang berbeda. Pertanian digital juga dapat memungkinkan peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak pertanian pada lingkungan hidup.

Bisa dilihat dari perkembangan teknologi dan informasi yang dapat memberikan informasi sekaligus membantu petani dalam melakukan kegiatan tani dengan mudah tanpa adanya kecemasan lagi akan gagalnya sebuah lading pertanian, peternakan, serta perkebunan. Petani bisa menjadi petani modern dengan menerapkan teknik dan mekanisme modern, sekaligus juga teknologi perlu masuk ke dunia pertanian sehingga meningkatkan taraf kehidupan masyarakat petani. Implementasi industri teknologi dan informasi diharapkan usaha tani menjadi semakin efisien sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan daya saing. Beberapa upaya sudah dilakukan melalui model dan inovasi di bidang pertanian, seperti pertanian vertikal, pertanian presisi dan pertanian pintar (smart farming). Selain itu, adalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Untuk itu, pembangunan pertanian dilakukan dengan berorientasi pada daya dukung ekosistem sehingga aspek keberlanjutan dapat dipertahankan dalam jangka yang panjang dengan resiko kerusakan seminimal mungkin.

Guna memajukan serta meningkatkan sektor pertanian di Indonesia ada beberapa langkah yang perlu di lakukan oleh pemerintah yakni dalam mengembangkan keterampilan petani dalam menggunakan teknologi modern ialah :

  1. Pemerintah harusnya lebih mengutamakan pengadaan seminar di desa- desa guna memberikan pengetahuan kepada para petani.
  2. Adanya pembinaan lebih lanjut dalam rangka evaluasi keterampilan petani teradap teknologi.
  3. Pemerintah memberikan akses teknologi kepada petani terkhususnya di desa yang masih mengalami kendala jaringan/ internet.
  4. Perlu adanya pengadaan bantuan kepada petani terkait teknologi yang dibutuhkan
  5. Pemberian modal kepada petani pemula yang memiliki latar belakang sarjana pertanian dengan mudah.
  6. Pemfokusan terhadap wilayah yang berpotensi
  7. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di desa-desa
  8. Adanya evaluasi akhir petani terkait perkembangan teknologi di sektor pertanian.

Penerapan inovasi di wilayah pedesaan Indonesia, berhubungan erat dengan penyelenggaraan penyluhan. Penyuluh lapang berperan penting dalam  memperkenalkan inovasi teknologi pertanian kepada petani (pranadji, 2016). Peran penyuluh pada dasarnya tidak hanya sekedar memperkenalkan teknologi kepada petani, melainkan juga meningkatkan kapasitas petani agar mampu secara mandiri dalam menjalankan usaanya.

Perlukah teknologi di industri pertanian?, sebelum terjawab !! ulasan di atas sudah menyebutkan bahwa keuntungan dengan adanya teknologi di bidang pertanian sangatlah berdaampak baik, meski begitu kita perlu lebih jauh mengenal tentang teknologi dalam industri pertanian, betulkan? mari lihat ulasan berikut :

Teknologi sebagai  solusi pertanian Indonesia?, menurut wakil kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institute Pertanian Bogor (IPB), bidang kajian strategi dan publikasi ilmiah, Dr. Eva Anggarini, S.Pi, M,Si, perkembangan teknologi menjadi tantangan pertanian saat ini. Wanita kelahiran 2 mei 1979 di batusangkar itu menyatakan, IPB terus mencoba untuk membuat inovasi teknologi modern agar dapat mensejahtrakan atau membantu petani Indonesia dalam setiap permasalahan di sektor pertanian. Pelaku ekonomi pertanian sangat di dominasi dengan usaha kecil. Perkembangan IT bisa membuka peluang-peluang bagi pelaku ekonomi skala kecil yang tadinya tidak terjangkau. Ia mencontohkan terkait pemasaran, petani dan nelayan tidak bisa lepas dari tengkulak Karena jalan satu-satunya jalur pemasaran. Perkembangan IT sekarang membuat produk petani bisa diakses langsung dan lebih luas sehingga petani bisa lepas dari jeratan tengkulak. Wanita lulusan IPB S2 Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika lulus tahun 2005 itu juga menyatakan, dengan  adanya teknologi transaksi pertanian dapat mendorong rantai pemasaran atau langsung kepada konsumen akhir. Artinya petani sebagai produsen bisa menikmati margin yang lebih besar.

Dengan adanya peran teknologi terhadap pertanian maka diharapkan akan meningkatkan kualaitas hasil pertanian, serta memudahkan bagi para pengelola sektor pertanian untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Akan tetapi teknologi pertanian di beberapa wilayah mungkin masih belum bisa sesuai untuk diterapkan secara keseluruhan, karena masih harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi alam, tenaga ahli yang mengoperasikan peralatan, infrastruktur kurang, serta pengetahuan masyarakat tentang alat teknologi pertanian. Selain itu juga pemanfaatan teknologi dan mekanisasi yang dilakukan kementan dalam meningkatkan capaian produksi, penggunaan teknologi dapat membantu para petani dalam melakukan produksi pemanenan baik dari pemotongan dan pemilah buah dan batang sehingga beban yang dikelola oleh petani menurun dibandingkan dengan menggunaka biaya buruh, bukan hanya itu penggunaan teknologi di sektor pertanian dapat sangat efektif dan efisien dalam pengelolaan. Dengan adanya perkembangan teknologi dalam industri pertanian juga dapat membantu peningkatan produksi dan kekhawatiran yang petani dalam  penanaman padi dan buah.

Bukan hanya dari segi produksi saja yang ada pada pertanian, pemasaran hasil panen juga dapat dilakukan dengan cara membuat situs blog yang dapat diakses oleh konsumen sehingga akan terjadi penawaran langsung ole pihak produsen (petani) dan konsumen (pembeli). Pemanfaatan situs ini juga mengurangi beban pemasaran hasil panen sehingga petani memiliki untung yang besar. Melalui pemanfaatan teknologi, para petani bisa meminimalisir gagal panen yang biasa ditimbulkan akibat bencana kekeringan. Salah satu teknologi yang bisa diterapkan untuk mengantisipasi bencana kekeringan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan yang dikembangkan oleh badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC)

Dengan adanya pearan teknologi pertanian maka diharapkan akan dapat menigkatkan kualitas hasil pertanian, serta memudakan bagi para pengelola sektor pertanianuntuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Inovasi teknologi pertanian berperan penting dalam meningktkan produktivitas pertanian, mengingat bahwa peningkatan produksi melalui perluasan lahan (ekstentifikasi) sulit diterapkan di Indonesia, di tengah – tengah konversi lahan pertanian produktif dan non pertanian semakin meluas. Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat di lepaskan dari kemajuan teknologi, revolusi pertanian di dukung oleh penemuan-penemuan mesin dan cara baru dalam sektor pertanian, apabila tidak ada perubahan terhadap dalam bidang teknologi maka pembangunan pertanianpun melambat dan bisa saja berhenti, karena adanya penuruna tenaga kerja di sektor pertanian. Nah, ada kisah seorang sekelompok anak muda yang menggunakan teknologi dalam pertanian demi meningkatkan kemakmuran petani ! Mari kita simak

Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan prihatin terhadap kondisi petani sekarang. Meski dikenal dengan sebagai negara agraris, kondisi para petani di Indonesia masih jauh dari harapan. Mayoritas petani di Indonesia bukan pemilik lahan alias buruh tani. Jangan heran jika mereka masih berada dibawah garis kemsikinan. Kalaupun pemilik lahan, mereka juga didera ketidakadilan. Tengkulak menjerat mereka, mereka harus membeli pupuk, produk pertanian yang mereka jual dihargai murah. Berlatar kondisi seperti itu, kedua pemuda ini mendirikan situs pemasar komoditas, Eregano, pada oktober 2015. Kebetulan, aris memilikin lahan pertanian di Rancamaya, Bogor, Jawa Barat. Baik Stephanie maupun aris berharap eregano bisa membantu menyelesaikan permasalahan para petani dari hulu hinggga hilir. Salah satu visi eregano adalah merevolusi metode pertanian menjadi lebih berkelanjutan  dan meningkatkan kemakmuran petani serta menyehatkan konsumen. “eregano ditujukan untuk petani kecil yang jumlahnya lebih dari 15 persen dari populasi penduduk indonesia” ujar Aris, dikutip oleh Love Life Daily. 

Kita bisa tahu bahwa perkembangan teknologi di sektor pertanian sangat lah membantu bagi para petani kecil sehingga dapat memakmurkan dan dapat berkelanjutan usaha tani di pedesaan sehingga tidak ada lagi yang akan mengalami kesulitan sesuai tujuan dari kedua pemuda tersebut.

Menjadi petani muda sukses !!, pada umumnya anak – anak muda menginginkan sesuatu pekerjaan yang efektif dan efisien. Dalam berbagai hal, anak milenial sekarang cenderung lebih menghabiskan waktu mereka berdiri di depan layar laptop/ gawai, dengan hanya bermain game, selfie, serta stalking selebriti. Tentunya hal ini tidak akan dapat merubah kehidupan seorang anak muda yang hanya menghabiskan waktunya dengan hal yang tidak bermanfaat. Namun, kaum milenial lah yang memiliki potensi yang sangat besar terhadap perkembangan sebuah industri, pasalnya mereka lebih identik dengan dunia digitalisasi dimana kegiatan mereka berhubungan langsung dengan dunia teknologi dan informasi atau IT. Bahkan, kebanyakan kaum milenial lebih condong melakukan usaha dengan menggunakan teknologi seperti gawai atau gadget. Dalam melakukan usaha, mereka sering memasarkan produk mereka dengan memanfaatkan dunia maya dengan kata lain media sosial, tentunya setiap anak muda memiliki akun sosmed masing – masing dan bahkan mempunyai akun  bisnis. Sekarang, bisnis anak muda yang sering di lakoni adalah penjualan online, reseller, bahkan menawarkan jasa pun dengan menggunakan digital, hal ini mereka lakukan karena lebih menyukai pekerjaan yang lebih bergengsi menurut mereka. Anak muda sekarang lebih mengetahui penggunaan teknologi dibanding dengan orang tua, tetapi sayangnya keterampilan mereka tidak disalurkan ke dunia pertanian yang semakin menurun tenaga kerjanya. Justru orang – orang tua lah yang tidak sama sekali memiliki kemampuan terhadap teknologi atau produktivitas yang rendah.

Menjadi petani mungkin tidak banyak yang terpikirkan oleh generasi muda yang hidup di era yang serba digital ini. Kebanyakan mereka lebih memilih untuk kerja di kanotoran, menjadi PNS, atau kerja di start-up ternama dengan beragam fasilitas menggoda tentunya. Sebagian dari mereka menganggap petani sekarang bahwa menjadi petani hanya akan berpenghasilan kecil dan sulit untuk sukses. Padahal, tidak sedikit petani- petani muda kita yang sukses dari hasil produksi pertaniannya. Contohnya salah satu petani muda yang sukses adalah Sandi Octa Susila (26), pria asal Cianjur, Jawa Barat itu sukses kok berkat bisnis budidaya pertanian holtikultura. Tentu keberhasilannya di dukung dengan keterampilan mengelola usaha, dan tidak lupa juga menggunakan teknologi sebagai aspek pendukung dalam pertaniannya.

Dengan memanfaatkan beragam teknologi dan informasi dari mencari pengetahuan tentang rempah-rempah di internet serta menggunakan media marketplace sebagai media pasarnya. Sandi menceritakan pengalamannya terjun ke sektor pertanian, dia mengaku menggeluti bisnis pertanian sejak 2015 silam. Ada 141 item holtikultura yang dihasilkan di antaranya tomat, buncis, cabai, dan kembang kol. Sandi kini membina 385 petani dan pengelolaan lahan seluas 120 hektar tersebar di berbagai wilayah dengan omset penghasilan sekitar 500 juta per bulan. Bahkan, sandi tengah bersiap diri untuk memenuhi permintaan komoditi sayuran  diantaranya jengkol dan daun singkong di ekspor ke dubai.  Suatu kebanggan bagi diri sendiri ketika sudah memiliki kemampuan seperti itu,yang dapat memakmurkan masyarakat.

Di era sekarang ini, menjadi salah satu kesempatan bagi anak milenial dalam mengambil alih sektor pertanian, mulai dari memanfaatkan teknologi dan informasi ke dalam berbagai kegiatan pertanian seperti penanaman, pemilihan bibit, sampai dengan penjualan. Apalagi dengan adanya inovasi baru terhadap mesin traktor yang dapat memudahkan penanaman padi. Bukan hanya itu, petani millenial juga tidak perlu akan takut terhadap kegagalan panen, sebab sekarang sudah ada aplikasi startup dalam mengawasi hama dan cuaca iklim sehingga kerugian yang akan di alami menurun. Tetapi disisi lain, perlu adanya bantuan dari pemerintah, tentu dari pembahasan diatas ada yang memfasilitasi kebutuhan petani. Seperti akses permodalan yang menjadi suatu kebingungan bagi petani pemula. 

Salah satu kegiatan petani milenial adalah dengan pelatihan sistem informasi dan pemasaran berbasis online, yang juga jadi salah satu bagian dari program untuk meningkatkan SDM petani terutama petani milenilal. Bukan hanya itu,perlu adanya program pelatihan kejuruan pertanian di suatu wilayah untuk menarik anak – anak muda terjun di bidang pertanian. Sehingga dengan adanya program ini, para generasi muda dapat melakukan kesempatan untuk praktek menjadi usahawan di bidang pertanian yang di bombing oleh tenaga praktisi professional, serta dalam program ini harus memiliki fasilitas lengkap dan pengetahuan dasar dalam bidang pertanian.

Generasi muda adalah kunci, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda untuk terlibat dalam bisnis pertanian. Pertanian digital sendiri merupakan teknologi yang dapat memudahkan pengambilan keputusan secara praktis dan bermanfaat, sehingga manajemen risiko di bidang pertanian menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan. Generasi milenial terkenal dengan generasi yang ingin serba instant, cepat, dan mudah. Sifat ini sangat membahayakn di sektor pertanian karena pertaniandi Indonesia belum menerapkan teknologi yang instant, cepat, mudah itu artinya Indonesia membutuhkan penerus petani ditahun yang akan datang dan harus ada regenerasi petani.Tentu untuk menjadi petani muda yang sukses mesti harus sabar dan tekun, bukan hanya soal keterampilan melainkan kemampuan untuk sabar dalam mendapatkan pencapaian perlu adanya proses yang berkesinambungan dan kegagalan pasti akan di lewati. 

Namun pemerintah dalam hal ini kementan harus memberikan jaminan bahwa tidak akan ada kesulitan yang di alami petani milenial baik jaminan peningkatan margin, mobilisasi sarana produksi, teknologi yang menunjang efisiensi produksi, dan produksi komoditas yang berorientasi ekspor. Selain itu perlu juga dibutukannya program penyuluhan yang progresif yang didukukng oleh tenaga mentor. Peran mentor pertanian juga menyangkut sisi pengetahuan psikologi, karena mentor yang memiliki pengetaun psikologi pasti mempunyai daya persuasif terhadap generasi muda di perdesaan untuk menghadapi persaingan global. Dengan adanya penyuluh pertanian ini, dapat mentransfer pengetahuan, motivasi, dan kebanggan akan profesi petani kaum muda yakni menumbuhkan energi positif tinggi apabila dalam melaksanakan tugas – tugas profesinya dia tampak memilki keunggulan kompetisi dan kepercayaan diri atas profesi sebagai petani.

Selain itu ada beberapa milenial yang telah saya wanacarai terkait penanganan dirinya untuk bertani dengan tidak memilki lahan, dia menjawab “salah satu bagian solusi untuk saya adalah dengan bekerja di pemilik lahan orang lain, dengan cara ini saya menanam  beberapa tanaman yang kemudian saya memakai lahan pemilik tanah. Dan kemudian, dari hasil panen saya kemudian saya bagi ke pemilik tanah, atau sering juga di sebut dengan bagi hasil anatara pemilik tanah dan pengelola kebun”.

“mari lakukan gerakan perubahan dari diri kita, ubahlah pandangan terkait profesi petani. Manfaatkan digitialisi akan membantu kita dalam bekerja. ”

Yakin kalian ngga mau bertani !! selagi pemerintah mengenjot kepada kaum milenial untuk bertani kepada tidak,. Kesempatan ini harus kita manfaatkan sebagaimana kita generasi milenial yang paham betul terkait revolusi industri, kesempatan yang bagus kepada kita, agar stigma kehidupan seoarng petani berubah dimata anak – anak muda kedepannya, mari genjot ekonomi nasional dengan gerakan milenial bertani !!

Salam sukses dari saya Sigit Musriadin (21810206)