Tags (tagged): spora, unkris, memenuhi persyaratan, tertentu, khas bagi setiap, oleh spesies, apa, ia dibentuk akibatnya, banyak, dari, divisio firmicuta sebagai, alat pertahanan, dihasilkan dari meiosis, dinamakan, pusat, ilmu, pengetahuan sebagian besar, paku pakuan, sebagian, besar fungi pada, spora spora, pusat ilmu Show
Page 2Tags (tagged): spora, unkris, memenuhi persyaratan, tertentu, khas bagi setiap, oleh spesies, apa, ia dibentuk akibatnya, banyak, dari, divisio firmicuta sebagai, alat pertahanan, dihasilkan dari meiosis, dinamakan, pusat, ilmu, pengetahuan sebagian besar, paku pakuan, sebagian, besar fungi pada, spora spora, pusat ilmu Page 3Tags (tagged): spora, unkris, memenuhi persyaratan, tertentu, khas bagi setiap, oleh spesies, apa, ia dibentuk akibatnya, banyak, dari, divisio firmicuta sebagai, alat pertahanan, dihasilkan dari meiosis, dinamakan, pusat, ilmu, pengetahuan sebagian besar, paku pakuan, sebagian, besar fungi pada, spora spora, pusat ilmu Page 4Tags (tagged): spore, unkris, memenuhi persyaratan, tertentu, khas bagi setiap, oleh spesies, apa, ia dibentuk akibatnya, banyak, dari, divisio firmicuta sebagai, alat pertahanan, spora, dihasilkan dari meiosis, dinamakan, center, of, studies sebagian besar, paku pakuan, sebagian, besar fungi pada, spore spore, center of Page 5Tags (tagged): spore, unkris, memenuhi persyaratan, tertentu, khas bagi setiap, oleh spesies, apa, ia dibentuk akibatnya, banyak, dari, divisio firmicuta sebagai, alat pertahanan, spora, dihasilkan dari meiosis, dinamakan, center, of, studies sebagian besar, paku pakuan, sebagian, besar fungi pada, spore spore, center of Page 6Dormansi adalah suatu keadaan bubar tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau sekeliling yang terkait tertentu. Pemicu dormansi mampu bersifat mekanis, keadaan fisik sekeliling yang terkait, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu diterapkan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan. Bagian tumbuhan lainnyanya yang juga dikenal berperilaku dorman adalah kuncup.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika sedang berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih mampu diakibatkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu : Dormansi Fisik diakibatkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini dinamakan sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan sangat luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk perkara respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada kawasan dengan temperatur hangat. Dormansi Fisiologis, mampu diakibatkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi kebanyakan diakibatkan oleh zat pengatur tumbuh, adil yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah : Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih diletakkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah. After ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar mampu berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. Dormansi Sekunder Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu mampu menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut diakibatkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang amat sangat sehingga pertukaran gas-gas pada masa imbibisi menjadi semakin terbatas. Dormansi yang diakibatkan oleh hambatan metabolis pada embrio. Dormansi ini mampu diakibatkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang dikenal terdapat pada tanaman selang lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dan lain-lain. Counamin dikenal menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase. Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini diakibatkan oleh semakin dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang diakibatkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan kebutuhan akan perlakuan chilling. Perkara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan. Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak mampu berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada masa pengujian kekuatan tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana perkara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi mampu dipersingkat. Hadir beberapa perkara yang telah dikenal adalah : Dengan perlakuan mekanis. Ditengahnya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga semakin permeabel terhadap air atau gas. Dengan perlakuan kimia. Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji semakin remeh dimasuki air pada waktu babak imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi semakin lunak sehingga mampu dilalui oleh air dengan remeh.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu mampu juga digunakan hormon tumbuh selang lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA). Perlakuan perendaman dengan air. Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perkaranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu ditinggikan keluar untuk dikecambahkan. Perlakuan dengan suhu. Perkara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berdampak menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berlainan untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Perlakuan dengan cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam banyak cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Lihat pulaTautan luar
edunitas.com Page 7Dormansi adalah suatu keadaan bubar tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau sekeliling yang terkait tertentu. Pemicu dormansi mampu bersifat mekanis, keadaan fisik sekeliling yang terkait, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu diterapkan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan. Bagian tumbuhan lainnyanya yang juga dikenal berperilaku dorman adalah kuncup.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika sedang berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih mampu diakibatkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu : Dormansi Fisik diakibatkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini dinamakan sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan sangat luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk perkara respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada kawasan dengan temperatur hangat. Dormansi Fisiologis, mampu diakibatkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi kebanyakan diakibatkan oleh zat pengatur tumbuh, adil yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah : Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih diletakkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah. After ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar mampu berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. Dormansi Sekunder Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu mampu menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut diakibatkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang amat sangat sehingga pertukaran gas-gas pada masa imbibisi menjadi semakin terbatas. Dormansi yang diakibatkan oleh hambatan metabolis pada embrio. Dormansi ini mampu diakibatkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang dikenal terdapat pada tanaman selang lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dan lain-lain. Counamin dikenal menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase. Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini diakibatkan oleh semakin dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang diakibatkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan kebutuhan akan perlakuan chilling. Perkara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan. Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak mampu berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada masa pengujian kekuatan tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana perkara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi mampu dipersingkat. Hadir beberapa perkara yang telah dikenal adalah : Dengan perlakuan mekanis. Ditengahnya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga semakin permeabel terhadap air atau gas. Dengan perlakuan kimia. Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji semakin remeh dimasuki air pada waktu babak imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi semakin lunak sehingga mampu dilalui oleh air dengan remeh.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu mampu juga digunakan hormon tumbuh selang lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA). Perlakuan perendaman dengan air. Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perkaranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu ditinggikan keluar untuk dikecambahkan. Perlakuan dengan suhu. Perkara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berdampak menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berlainan untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Perlakuan dengan cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam banyak cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Lihat pulaTautan luar
edunitas.com Page 8Dormansi adalah suatu keadaan bubar tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau sekeliling yang terkait tertentu. Pemicu dormansi mampu bersifat mekanis, keadaan fisik sekeliling yang terkait, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu diterapkan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan. Bagian tumbuhan lainnyanya yang juga dikenal berperilaku dorman adalah kuncup.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika sedang berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih mampu diakibatkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu : Dormansi Fisik diakibatkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini dinamakan sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan sangat luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk perkara respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada kawasan dengan temperatur hangat. Dormansi Fisiologis, mampu diakibatkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi kebanyakan diakibatkan oleh zat pengatur tumbuh, adil yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah : Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih diletakkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah. After ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar mampu berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. Dormansi Sekunder Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu mampu menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut diakibatkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang amat sangat sehingga pertukaran gas-gas pada masa imbibisi menjadi semakin terbatas. Dormansi yang diakibatkan oleh hambatan metabolis pada embrio. Dormansi ini mampu diakibatkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang dikenal terdapat pada tanaman selang lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dan lain-lain. Counamin dikenal menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase. Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini diakibatkan oleh semakin dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang diakibatkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan kebutuhan akan perlakuan chilling. Perkara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan. Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak mampu berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada masa pengujian kekuatan tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana perkara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi mampu dipersingkat. Hadir beberapa perkara yang telah dikenal adalah : Dengan perlakuan mekanis. Ditengahnya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga semakin permeabel terhadap air atau gas. Dengan perlakuan kimia. Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji semakin remeh dimasuki air pada waktu babak imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi semakin lunak sehingga mampu dilalui oleh air dengan remeh.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu mampu juga digunakan hormon tumbuh selang lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA). Perlakuan perendaman dengan air. Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perkaranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu ditinggikan keluar untuk dikecambahkan. Perlakuan dengan suhu. Perkara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berdampak menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berlainan untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Perlakuan dengan cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam banyak cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Lihat pulaTautan luar
edunitas.com Page 9Dormansi adalah suatu keadaan bubar tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau sekeliling yang terkait tertentu. Pemicu dormansi mampu bersifat mekanis, keadaan fisik sekeliling yang terkait, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu diterapkan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan. Bagian tumbuhan lainnyanya yang juga dikenal berperilaku dorman adalah kuncup.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika sedang berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih mampu diakibatkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu : Dormansi Fisik diakibatkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini dinamakan sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan sangat luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk perkara respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada kawasan dengan temperatur hangat. Dormansi Fisiologis, mampu diakibatkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi kebanyakan diakibatkan oleh zat pengatur tumbuh, adil yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah : Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih diletakkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah. After ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar mampu berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. Dormansi Sekunder Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu mampu menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut diakibatkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang amat sangat sehingga pertukaran gas-gas pada masa imbibisi menjadi semakin terbatas. Dormansi yang diakibatkan oleh hambatan metabolis pada embrio. Dormansi ini mampu diakibatkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang dikenal terdapat pada tanaman selang lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dan lain-lain. Counamin dikenal menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase. Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini diakibatkan oleh semakin dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang diakibatkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan kebutuhan akan perlakuan chilling. Perkara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan. Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak mampu berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada masa pengujian kekuatan tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana perkara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi mampu dipersingkat. Hadir beberapa perkara yang telah dikenal adalah : Dengan perlakuan mekanis. Ditengahnya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga semakin permeabel terhadap air atau gas. Dengan perlakuan kimia. Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji semakin remeh dimasuki air pada waktu babak imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi semakin lunak sehingga mampu dilalui oleh air dengan remeh.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu mampu juga digunakan hormon tumbuh selang lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA). Perlakuan perendaman dengan air. Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perkaranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu ditinggikan keluar untuk dikecambahkan. Perlakuan dengan suhu. Perkara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berdampak menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berlainan untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Perlakuan dengan cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam banyak cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Lihat pulaTautan luar
edunitas.com Page 10
edunitas.com Page 11
edunitas.com Page 12
edunitas.com Page 13[×] Artikel pilihan bertopik Indonesia [+] Kategori menurut provinsi di Indonesia [+] Kategori menurut pulau di Indonesia [+] Daftar bertopik Indonesia [+] Kontruksi dan susunan di Indonesia [+] Benda Cagar Aturan sejak dahulu kala istiadat di Indonesia [+] Aturan sejak dahulu kala istiadat Indonesia [×] Hari libur di Indonesia [+] Ilmu dan teknologi di Indonesia [+] Kesehatan di Indonesia [+] Komunikasi di Indonesia [+] Bagian yang terkait hidup di Indonesia [+] Olahraga di Indonesia [+] Organisasi di Indonesia [+] Pariwisata di Indonesia [+] Pemerintahan Indonesia [+] Pendidikan di Indonesia [+] Suku bangsa di Indonesia [+] Transportasi di Indonesia [+] Rintisan bertopik musik dari Indonesia [+] Rintisan bertopik Indonesia Page 14
edunitas.com Page 15Tags (tagged): portal, jabodetabek, unkris, sekitarnya kawasan, mencakup wilayah administrasi, suatu miniatur, memuat, kelengkapan indonesia, raya, bogor bandar, udara, internasional soekarno hatta, kabupaten bogor, kemudian, mendapat status kota, center of, studies, portal utama ensiklopedia, dunia agama, astronomi, bahasa portal Page 16
edunitas.com Page 17
edunitas.com Page 18
edunitas.com Page 19
edunitas.com Page 20Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam susunannya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang berisi kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah cairan pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. (Selengkapnya..... ) Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini. Foto oleh: Andri.h.Page 21Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam bangunnya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. (Selengkapnya..... ) Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini. Foto oleh: Andri.h.Page 22Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam bangunnya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. (Selengkapnya..... ) Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini. Foto oleh: Andri.h.Page 23Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam susunannya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang berisi kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah cairan pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. (Selengkapnya..... ) Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini. Foto oleh: Andri.h.Page 24
edunitas.com Page 25
edunitas.com Page 26
edunitas.com |