Apa yang terjadi dengan anak laki-laki pada saat perempuan memasuki usia pubertas

Apa yang terjadi dengan anak laki-laki pada saat perempuan memasuki usia pubertas
Anak sudah berusia 7 tahun. Bagi beberapa orang tua, terlebih yang memiliki anak perempuan, inilah saat yang cukup mendebarkan menanti kapan ia akan mendapatkan menstruasi pertamanya. Terlebih, mengingat usia pubertas anak saat ini semakin maju dibandingkan zaman Anda dahulu. Sebenarnya, apa, sih, yang memengaruhi datangnya pubertas? Banyak yang mengira, faktor asupan makanan (nutrisi) memegang peran penting dalam pubertas yang datang lebih cepat. Daging yang disuntik hormon, makanan tinggi lemak, dan makanan olahan diduga sebagai pemicu pubertas dini. Benarkah? Anak yang mengalami pubertas terlalu cepat cenderung punya tinggi badan lebih pendek saat dewasa. Itu karena pertumbuhan yang terlalu dini membuat tulangnya berhenti berkembang pada usia masih muda.

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di University of Copenhagen menyebutkan, meski faktor nutrisi berperan dalam menentukan usia pubertas anak, usia pubertas orang tua lah yang paling memberi pengaruh besar dalam usia pubertas anak. Menurut Dr. Christine Wohlfahrt-Veje, peneliti perkembangan anak di universitas tersebut, faktor genetik dan lingkungan tak diragukan lagi berpengaruh besar terhadap masa pubertas anak. Seorang anak laki-laki dan perempuan bisa mengalami puber lebih cepat, jika salah satu dari kedua orang tuanya juga mengalami hal itu.

Awal masa pubertas pada anak perempuan adalah 8-13 tahun dan 9-14 tahun pada anak laki-laki. Tanda awal pubertas pada anak perempuan adalah pembesaran payudara, pertumbuhan tinggi badan yang cepat, tumbuh rambut kemaluan, dan menstruasi. Sedangkan menilai tanda awal pubertas pada anak laki-laki sedikit agak sulit, karena dimulai dengan bertambah besarnya buah zakar atau testis.

Pubertas pada anak laki-laki baru terasa, bila pertumbuhan tinggi badan terjadi dengan cepat, dan ia juga mengalami mimpi basah. Dalam penelitian itu disebutkan, anak laki-laki akan mengalami pertumbuhan rambut kemaluan 1 tahun lebih cepat, jika ia memiliki ayah yang dahulu juga mengalami puber lebih awal. Sang anak akan mengalami pembesaran testis 9,5 bulan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki yang ayahnya tak mengalami puber lebih cepat.

Sementara itu, anak perempuan yang ayahnya mengalami puber cepat juga akan mendapatkan menstruasi pertama kali sekitar 10 bulan lebih cepat dari anak yang ayahnya tidak puber lebih awal. Pertumbuhan rambut kelaminnya pun jadi lebih cepat sekitar tujuh bulan.



Bagi anak laki-laki, hormon testosteron akan mulai diproduksi dan menyebabkan berkembangnya ukuran penis dan testis. Selain itu tubuh laki-laki juga akan tumbuh lebih tinggi, tulang dada melebar, dan massa otot membesar. Hormon tersebut juga akan mulai memproduksi sperma, yang berfungsi sebagai sel reproduksi laki-laki.

Pada anak perempuan, indung telur akan membesar dan tubuh akan mulai memproduksi dua hormon: estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini akan mempengaruhi pertumbuhan payudara, vagina, rahim serta tuba fallopi. Tinggi dan bentuk tubuh juga akan mulai berkembang dan lemak akan membentuk tubuhmu terutama di bagian pinggang, pinggul, dan bokong. Pada tahap akhir pubertas, perempuan akan mengalami menstruasi. Setelah pubertas selesai, hormon estrogen dan progesteron akan berfungsi mengendalikan siklus menstruasimu.

Saat puber, laki-laki dan perempuan juga akan mengalami pertumbuhan rambut di beberapa area tubuh, terutama pada genital serta ketiak. Produksi keringat juga akan bertambah, oleh karena itu pastikan kamu selalu menjaga kebersihan tubuh serta mengantisipasinya dengan menggunakan deodoran atau parfum.

Completing the CAPTCHA proves you are a human and gives you temporary access to the web property.

If you are on a personal connection, like at home, you can run an anti-virus scan on your device to make sure it is not infected with malware.

If you are at an office or shared network, you can ask the network administrator to run a scan across the network looking for misconfigured or infected devices.

Another way to prevent getting this page in the future is to use Privacy Pass. You may need to download version 2.0 now from the Chrome Web Store.

Jensen, T. K., Finne, K. F., Skakkebæk, N. E., Andersson, A. M., Olesen, I. A., Joensen, U. N., Bang, A. K., Nordkap, L., Priskorn, L., Krause, M., Jørgensen, N., & Juul, A. (2016). Self-reported onset of puberty and subsequent semen quality and reproductive hormones in healthy young men. Human reproduction (Oxford, England), 31(8), 1886–1894. https://doi.org/10.1093/humrep/dew122

Lauridsen, L. L., Arendt, L. H., Støvring, H., Olsen, J., & Ramlau-Hansen, C. H. (2017). Is age at puberty associated with semen quality and reproductive hormones in young adult life?. Asian journal of andrology, 19(6), 625–632. https://doi.org/10.4103/1008-682X.190328

Sakamoto, H., Ogawa, Y., & Yoshida, H. (2008). Relationship between testicular volume and testicular function: comparison of the Prader orchidometric and ultrasonographic measurements in patients with infertility. Asian journal of andrology, 10(2), 319–324. https://doi.org/10.1111/j.1745-7262.2008.00340.x

Hurwitz, L. B., Lauricella, A. R., Hightower, B., Sroka, I., Woodruff, T. K., & Wartella, E. (2017). “When You’re a Baby You Don’t Have Puberty”: Understanding of Puberty and Human Reproduction in Late Childhood and Early Adolescence. Journal of Early Adolescence. 37(7): 925-947. https://doi.org/10.1177/0272431616642323

Wang, et al. (2018). Early pubertal timing is associated with lower sperm concentration in college students. Oncotarget. 9(36): 24178-24186. https://dx.doi.org/10.18632%2Foncotarget.24415

Alagha, E., Kafi, S. E., Shazly, M. A. & Al-Agha, A. (2019). Precocious Puberty Associated with Testicular Hormone-secreting Leydig Cell Tumor. Cureus. 11(12): e6441. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31893190

Abnormal sperm morphology: What does it mean?. Mayo Clinic. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-infertility/expert-answers/sperm-morphology/faq-20057760#:~:text=Abnormal%20sperm%20have%20head%20or,misshapen%20sperm%20isn’t%20uncommon

Clear Watery Semen – Normal or Not?. Actforlibraries.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from http://www.actforlibraries.org/clear-semen/

Delayed Puberty (for Teens) – Nemours KidsHealth. Kidshealth.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://kidshealth.org/en/teens/delayed-puberty.html#:~:text=Signs%20of%20delayed%20puberty%20in,who%20now%20are%20growing%20faster

Delayed Puberty in Boys: Information for Parents. HealthyChildren.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/puberty/Pages/Delayed-Puberty.aspx

Low sperm count – Diagnosis and treatment – Mayo Clinic. Mayoclinic.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/low-sperm-count/diagnosis-treatment/drc-20374591

Male Infertility: Symptoms, Diagnosis & Treatment – Urology Care Foundation. Urologyhealth.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/m/male-infertility#:~:text=Lifestyle%20choices%20can%20lower%20sperm,(such%20as%20low%20testosterone)

Precocious (Early) Puberty in Children. Nationwide Children’s. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://www.nationwidechildrens.org/conditions/early-puberty-in-children

Precocious Puberty (for Parents) – Nemours KidsHealth. Kidshealth.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://kidshealth.org/en/parents/precocious.html#:~:text=In%20boys%2C%20the%20signs%20of,height%20growth%20(a%20growth%20spurt)

Side Effects of Testicular Cancer Treatment. Cancer Support Community. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://www.cancersupportcommunity.org/treatment-side-effects-testicular-cancer

Testicular Cancer – Side effects of hormone treatment. Healthtalk.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://healthtalk.org/testicular-cancer/side-effects-of-hormone-treatment#:~:text=These%20drugs%20have%20many%20possible,are%20more%20common%20than%20others

Understanding Puberty (for Parents) – Nemours KidsHealth. Kidshealth.org. (2022). Retrieved 19 April 2022, from https://kidshealth.org/en/parents/understanding-puberty.html#:~:text=The%20physical%20changes%20of%20puberty,the%20rest%20of%20his%20body

Monash University. (2011). New understanding of male puberty. ScienceDaily. Retrieved April 19, 2022 from https://www.sciencedaily.com/releases/2011/03/110314100827.htm

University of Copenhagen The Faculty of Health and Medical Sciences. (2016). Pubertal timing strongly linked to men’s sexual and reproductive health. ScienceDaily. Retrieved April 19, 2022 from https://www.sciencedaily.com/releases/2016/06/160608112934.htm

Ketidaksiapan tubuh untuk mengalami perubahan terlalu cepat dapat menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan pada anak. Akibatnya pertumbuhan fisik dan mentalnya menjadi tidak optimal.

Pubertas dini juga akan menyebabkan anak sulit beradaptasi secara emosional dan sosial.

Masalah kepercayaan diri atau merasa kebingungan paling sering dialami oleh anak perempuan karena perubahan fisiknya.

Selain itu, perubahan perilaku dapat terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan akibat perubahan mood dan cenderung lebih cepat marah.

Anak laki-laki dapat cenderung menjadi agresif dan memiliki dorongan seks yang tidak sesuai dengan usianya.

2. Masa puber yang terlambat

Pada kasus tertentu, anak masih belum merasakan perubahan saat umurnya sudah menginjak usia pubertas. Kondisi ini biasa juga disebut sebagai late atau delayed puberty.

Puber yang terlambat bisa terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada anak laki-laki, tanda nya bisa dilihat ketika ukuran penis belum meningkat di usia 14 tahun.

Sementara pada anak perempuan, tandanya terlihat ketika payudara belum berkembang di umur 13 tahun.

Umumnya, kondisi ini bukan hal yang serius karena bisa dirawat dengan melakukan terapi hormon. Namun, Anda sebagai orangtua perlu untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Anak akan dievaluasi terlebih dahulu untuk mengetahui apa penyebab kondisi ini. Apabila dipengaruhi oleh kondisi medis tertentu yang memengaruhi hormon, ada kemungkinan hal ini bisa berdampak pada masalah kesuburan.

Ada beberapa penyebab yang memungkinkan remaja mengalami hal ini, di antaranya adalah:

Faktor keturunan

Faktor keturunan merupakan penyebab yang sering terjadi ketika remaja mengalami masa puber yang tertunda.

Jangan panik karena kondisi ini tidak perlu perawatan. Cukup menunggu sampai tanda-tandanya datang. Namun jika Anda khawatir, kunjungi dokter anak untuk berkonsultasi.

Masalah kesehatan

Anak yang mempunyai kondisi penyakit kronis seperti diabetes, ginjal, atau bahkan asma ada kemungkinan mengalami keterlambatan puber.

Oleh karenanya, meski anak memiliki penyakit kronis, pastikan bahwa gizi pada anak remaja Anda tercukupi.

Masalah pada kromosom

Sebagian remaja yang mengalami keterlambatan masa puber juga bisa disebabkan karena adanya masalah kromosom. Misalnya seperti turner syndrome, yaitu ketika salah satu dari kromosom X perempuan tidak normal atau hilang.

Pada laki-laki misalnya mengalami sindrom Klinefelter dengan kromosom ekstra X. Anda perlu mengonsultasikan dengan dokter untuk mengatasi masalah ini.

3. Remaja tidak bisa mengalami puber

Dalam medis, kondisi ini disebut sebagai sindrom Kallmann. Ini merupakan kelainan genetik langka pada manusia yang didefinisikan terjadinya penundaan atau tidak adanya tanda pubertas.

Kondisi yang bisa terjadi pada perempuan atau laki-laki ini disertai dengan indra penciuman yang terganggu. Kadar testosteron pada pria serta estrogen dan progesteron pada wanita mengalami penurunan jumlah dalam tubuh.

Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kegagalan pertumbuhan seks sekunder pada masing-masing jenis kelamin. Adapun perawatan utama kondisi ini adalah terapi penggantian hormon (hormone replacing therapy).

Jumlah penggantian hormon disesuaikan dengan kadar hormon seks normal pada rentang usia tersebut, tergantung pada usia seseorang saat terdiagnosis.

Konsultasikan ke dokter jika memiliki pertanyaan lanjutan

Umumnya, orangtua merasa khawatir jika anak tidak menunjukkan ciri-ciri pubertas saat sudah memasuki usia puber.

Namun, ingat saja bahwa setiap anak memiliki masanya sendiri untuk mengalami berbagai tanda pubertas yang telah disebutkan di atas.

Tidak ada salahnya untuk berkonsultasi pada dokter jika anak Anda mengalami masalah di fase pubertas.

Dokter akan membantu Anda menemukan cara yang tepat untuk menangani masalah anak Anda sesuai kondisi.