Apa yang terjadi jika neraca perdagangan suatu negara defisit?

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit neraca perdagangan Indonesia periode April 2019 tercatat sebesar US$ 2,5 miliar, atau merupakan yang paling dalam sepanjang sejarah RI.Lantas kenapa? Apa dampaknya untuk kita sebagai rakyat Indonesia?

Neraca perdagangan barang memiliki hubungan yang erat dengan neraca transaksi berjalan (current account).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Transaksi berjalan sendiri merupakan gambaran arus uang yang keluar masuk melalui sektor-sektor riil. Sementara transaksi di sektor riil ini lebih bertahan lama, tidak mudah keluar dan masuk dengan cepat.Berbeda dengan sektor keuangan, seperti saham, di mana investor bisa dalam satu kedipan mata menarik modal dari Indonesia.
Gampangnya, saat neraca transaksi berjalan mengalami defisit (current account deficit/CAD), ada lebih banyak uang yang keluar dari Indonesia ketimbang yang masuk. Apalagi jika jumlahnya sangat besar, artinya banyak sekali uang yang berhamburan ke luar negeri.Maka dari itu, transaksi berjalan menjadi fondasi yang sangat penting bagi stabilitas nilai tukar mata uang. Dalam hal ini rupiah. Bila rupiah kekurangan pasokan modal di dalam negeri, maka akan sulit untuk menahan tekanan mata uang lain.Masalahnya sejak akhir tahun 2011, Indonesia sudah mulai menikmati yang namanya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Sejak saat itu pula rupiah cenderung melemah hingga saat ini.Pada awal 2011, kurs rupiah masih berada di sekitar Rp 9.000/US$, sedangkan pada akhir perdagangan hari Rabu (15/5/2019) sudah sebesar Rp 14.455. Artinya sudah melemah hingga 60,6%.Selain itu, sejak CAD mulai menghantui, Bank Indonesia (yang sejatinya adalah lembaga yang mengatur kebijakan moneter) mulai turun tangan untuk mengendalikan CAD karena dampaknya yang besar pada stabilitas rupiah. Padahal pada hakikatnya, CAD adalah fenomena sektor riil.Sebagai pengambil kebijakan moneter, instrumen yang bisa BI lakukan untuk mengusir CAD adalah menaikkan suku bunga acuan. Karena bila suku bunga meningkat, maka aktivitas ekonomi bisa diperlambat. Harapannya impor barang bisa turun dan mengurangi beban pada transaksi berjalan.Nah, saat neraca perdagangan defisit, apalagi sangat parah, maka transaksi berjalan akan semakin terbebani. CAD yang sudah sangat dalam bukan tidak mungkin terus mengarah ke bawah.Sebagai informasi, pada tahun 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit tahunan yang paling dalam sepanjang sejarah NKRI, yaitu sebesar US$ 8,7 miliar.Pada tahun yang sama, CAD juga tercatat sebesar US$ 31,05 miliar, atau setara 2,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu juga merupakan yang paling parah sejak tahun 2014.Terbaru, CAD kuartal I-2019 sudah sebesar US$ 6,9 miliar atau setara 2,6% PDB, lebih dalam ketimbang kuartal I-2018 yang hanya 2,01% PDB.Bila tahun ini CAD tidak bisa dikerdilkan, atau bahkan melebar, maka rupiah akan semakin rentan terhadap gejolak ekonomi global. Pelemahan rupiah menjadi semakin sulit untuk dihindari. Alhasil menjadi sulit untuk membayangkan BI menurunkan suku bunga acuan. Alih-alih turun, potensi naik malah membesar.Saat suku bunga acuan BI sedang tinggi, maka dampak yang paling terasa ke masyarakat awam adalah bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang relatif tinggi.

Yah, kecuali mau terus berharap Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menurunkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR). Apa iya mau menggantungkan nasib kepada bangsa lain?

TIM RISET CNBC INDONESIASaksikan Video Defisit Neraca Dagang April Terdalam Sepanjang Sejarah RI

[Gambas:Video CNBC]


(taa)

Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), neraca perdagangan adalah suatu ikhtisar yang di dalamnya akan menunjukkan selisih antara nilai transaksi kegiatan ekspor dan juga impor dalam suatu negara di periode waktu tertentu.

Umumnya, neraca perdagangan ini banyak digunakan untuk menilai kegiatan perdagangan dalam skala internasional. Nah, agar lebih memahami lebih dalam tentang neraca perdagangan, ayo simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Pengertian Neraca Perdagangan

Balance of trade (BoT) atau neraca perdagangan adalah suatu perbedaan antara nilai balik dalam bentuk barang ataupun jasa yang diimpor dan juga diekspor dalam suatu negara di periode waktu tertentu.

Balance of trade terbagi menjadi dua sifat, yaitu negatif dan juga positif. Balance of trade negatif adalah negara yang lebih banyak menerima produk impor daripada melakukan ekspor. Sebaliknya, balance of trade positif adalah negara yang melakukan lebih banyak kegiatan ekspor daripada impor.

Baca juga: Apa itu Payroll Accounting? Berikut Pengertian dan Contohnya

Penghitungan Neraca Perdagangan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, balance of trade adalah perbedaan pada nilai barang atau jasa yang diekspor atau yang diimpor. Sehingga, di dalamnya akan memerlukan dua hal untuk menghitungnya, yaitu nilai ekspor dan juga nilai impor.

Rumus yang bisa kita gunakan untuk menghitung neraca perdagangan adalah sebagai berikut:

“Neraca perdagangan = Ekspor – Impor”

Nilai ekspor adalah barang dan juga jasa yang diproduksi dalam suatu negara, lalu dijual kepada orang asing atau kepada negara lain. Sedangkan nilai impor adalah suatu kegiatan penjualan barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri lalu dibeli oleh masyarakat dalam suatu negara.

Namun, akan ada kemungkinan kesalahan dalam mencatat nilai ekspor dan nilai impor. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya perdagangan gelap yang mengakibatkan perhitungan neraca perdagangan menjadi tidak sesuai atau tidak tepat.

Perdagangan gelap adalah suatu kegiatan transaksi yang di dalamnya hanya tercatat dalam satu negara saja, yaitu negara yang mengekspor atau yang mengimpor, namun tidak tercatat dalam negara lain yang menerimanya. Sehingga, nilai akumulasi dalam semua transaksi di dalam neraca perdagangan dunia hasilnya menjadi tidak balance.

Agar bisa mengetahui lebih lanjut tentang bentuk neraca perdagangan, perhatikanlah contoh neraca perdagangan Indonesia dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 di bawah ini yang diambil dari  statistik.kemendag.go.id

Jenis Neraca Perdagangan

Dilansir dari Investopedia, balance of trade terbagi menjadi tiga jenis, yaitu neraca perdagangan surplus, neraca perdagangan defisit, dan neraca perdagangan seimbang. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiganya.

1. Neraca Perdagangan Surplus

Neraca perdagangan surplus adalah suatu kondisi yang saat nilai transaksi ekspor lebih besar daripada nilai impor. Bila kondisi neraca perdagangannya menjadi surplus, maka tentunya akan menguntungkan negara. Karena, mereka mendapatkan nilai pendapatan yang lebih besar.

Suatu negara harus sebisa mungkin menjaga nilai ekspor dan impornya agar nilai neraca perdagangan menjadi surplus.

2. Neraca Perdagangan Defisit

Kebalikan dari neraca perdagangan surplus, neraca perdagangan defisit adalah suatu kondisi pembayaran yang nilai transaksi impornya jauh lebih tinggi daripada nilai ekspornya.

Untuk beberapa negara, terutama negara berkembang, kondisi seperti ini dianggap tidak menguntungkan mereka. Karena, biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan impor jauh lebih tinggi daripada pendapatan dari transaksi ekspornya.

3. Neraca Perdagangan Seimbang

Neraca perdagangan seimbang adalah suatu kondisi saat nilai transaksi ekspor dan impor dalam suatu negara seimbang. Itu artinya, negara tersebut tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Kondisi ini sangat sulit untuk dipertahankan pada suatu negara tertentu.

Faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan

1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan

Faktor pertama yang mempengaruhi neraca perdagangan adalah perkembangan ekonomi yang kuat di dalam suatu negara. Sehingga, akan mampu meningkatkan standar dan juga pendapatan masyarakat di dalam negara tersebut.

Dengan begitu, maka akan membuat suatu bisnis melakukan ekspansi dalam membuat lebih banyak lapangan pekerjaan hingga pendapatan di dalam perekonomian dalam negeri. Bila suatu negara mampu memanfaatkan kondisi ini dengan baik, maka negara tersebut akan mampu meningkatkan permintaan impor yang berasal dari negara lain.

Agar bisa mendukung suatu negara dalam mendapatkan nilai ekspor yang tinggi, maka negara tersebut bisa meningkatkan permintaan pada barang modal dan juga bahan baku. Sehingga, hal ini akan mampu membantu mendorong perdagangan internasional antar negara.

2 Nilai Tukar

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi nilai neraca perdagangan adalah nilai tukar, yang mana dalam perkembangan ekonomi neraca perdagangan dalam suatu negara juga akan turut mempengaruhi nilai tukar.

Hal ini dikarenakan bila sebuah negara melakukan kegiatan ekspor impor, maka mata uang yang digunakan sebagai alat tukar berbeda.

Misalnya bila Indonesia ingin mengekspor suatu komoditas ke negara lain, maka pebisnis dari Indonesia akan memperoleh pembayaran dalam mata uang lain sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya sudah disepakati, pun begitu juga sebaliknya.

Dengan begitu, siapa saja yang melaksanakan kegiatan impor atau ekspor dalam negeri, maka harus menukarnya mata uang rupiah dengan mata uang dari negara lain. Sehingga, kegiatan yang menggunakan nilai tukar mata uang ini akan memberikan dampak pada neraca perdagangan.

3. Daya Saing Produk

Faktor selanjutnya adalah daya saing produk, yang mana pada suatu perdagangan akan dilihat dari harga jual dan juga kualitas produk tersebut. Adapun salah satu hal yang mampu mempengaruhi daya saing produk adalah struktur biaya.

Keuntungan dan Kerugian Neraca Perdagangan 

Perlu Anda ketahui bahwa hampir setiap negara sudah pasti mempunyai kebijakan ekonominya tersendiri agar bisa menghasilkan surplus neraca. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan proteksionisme perdagangan.

Cara kerjanya adalah dengan melindungi suatu industri di dalam negeri dengan adanya pengenaan tarif, kuota, ataupun subsidi impor. Sebelumnya sudah kita bahas bahwa defisit perdagangan akan dinilai sebagai suatu yang kurang menguntungkan dalam suatu negara.

Kenapa bisa begitu? Karena bila negara menerima impor secara terus-menerus, maka akan membuat bisnis dan juga produk dalam negeri menjadi tidak mempunyai nilai tambah. Sederhananya, negara tersebut tidak mempunyai pemasukan.

Pada akhirnya, negara yang mengalami defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan merkantilisme. Merkantilisme adalah menghapus berbagai defisit perdagangan dengan menerapkan berbagai cara. Salah satunya caranya adalah dengan menerapkan tarif impor dan juga kuota impor, tapi hal tersebut pun nantinya akan diikuti dengan kenaikan harga konsumen.

Sehingga, hal ini akan mampu memicu adanya proteksionisme reaksioner dari mitra dagang negaranya tersebut. Akhirnya, kegiatan perdagangan dan juga perkembangan ekonomi dalam negara tersebut akan menurun drastis.

Contoh Neraca Perdagangan

Nilai balance of trade pada suatu negara bisa kita ketahui dari nilai ekspor yang dikurang dengan nilai impor. Agar lebih mudah dalam memahaminya, simaklah contoh sederhananya di bawah ini.

Contoh 1:

Katakanlah pada tahun 2020 negara X mempunyai nilai ekspor sejumlah $180 miliar. Sedangkan nilai impor dari negara tersebut adalah berjumlah $170 miliar. Itu artinya, balance of trade negara X mengalami surplus sebanyak $10 miliar.

Hal ini bisa diketahui dari nilai ekspor, yaitu $180 miliar yang dikurangi dengan nilai impor, yaitu $70 miliar. Bisa kita katakan surplus karena nilai ekspornya lebih tinggi daripada nilai impornya.

Contoh 2:

Di tahun 2019, terdapat negara yang berhasil mempunyai nilai ekspor sejumlah $250,5 miliar. Tapi nilai impornya jauh lebih besar, yaitu $285,1 miliar. Nah, itu artinya balance of trade negara Y mengalami defisit sebanyak $34,6 miliar karena nilai impornya jauh lebih rendah daripada nilai ekspornya.

Baca juga: Apa itu Job Order Costing? Berikut Pengertian dan Contohnya

Kesimpulan

Apapun jenis perdagangan yang dilakukan, khususnya dalam skala internasional dengan melakukan neraca perdagangan, maka setiap pebisnis akan membutuhkan suatu alat ataupun media pembukuan yang canggih dan juga akurat.

Terlebih lagi dalam setiap periode waktu tertentu, perusahaan harus mampu menilai adanya perbedaan nilai barang atau jasa, baik itu yang diekspor ataupun diimpor. Sehingga, dalam melakukan perhitungan keuntungan, mereka bisa mencatatnya secara akurat.

Adapun alat yang bisa digunakan adalah software akuntansi canggih, yang saat ini sudah banyak digunakan oleh banyak perusahaan besar di Indonesia, salah satunya adalah Accurate Online.

Accurate Online adalah salah satu software akuntansi yang sudah dipercaya oleh lebih dari 300 ribu pebisnis di Indonesia dan sudah mendapatkan Top Brand Award 6 kali berturut-turut.

Hal ini dikarenakan Accurate Online mampu membantu para pebisnis di tanah air dalam melakukan pembukuan dan juga mempermudah setiap kegiatan bisnisnya. Dengan menggunakan Accurate Online, setiap pebisnis bisa mendapatkan lebih dari 200 jenis laporan keuangan yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja.

Accurate Online juga sudah dilengkapi dengan berbagai fitur menarik, seperti fitur persediaan, pembelian, penjualan, perpajakan, dan masih banyak lagi. Terlebih lagi, tampilan dashboard di dalamnya sangatlah sederhana, sehingga akan mudah dipahami oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang akuntansi sekalipun.

Penasaran? Anda bisa langsung mencoba Accurate Online secara gratis selama 30 hari dengan klik tautan gambar di bawah ini.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA