Apa yang terjadi pada paru-paru ketika kita menghirup udara

Apa yang terjadi kalau kita menghirup oksigen murni dan kenapa? Stephen, 9 tahun, Muntinlupa City, Filipina

Halo Stephen!

Itu pertanyaan yang bagus sekali. Kita tidak bisa hidup tanpa oksigen. Tapi terlalu banyak oksigen dapat berakibat buruk bagi kita. Mari kita cari tahu sebabnya.

Tubuh kita membutuhkan energi untuk berlari-lari, bermain, dan mengerjakan tugas sekolah; ini diperoleh dengan membakar makanan yang kita makan.

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.

Bisa kita bayangkan ini mirip lilin yang menyala. Untuk membakar makanan, kita butuh oksigen, yang kita dapatkan dari udara di sekitar kita.

Oksigen bukan satu-satunya gas yang ada dalam udara. Bahkan, sebagian besar udara di Bumi terdiri atas nitrogen.

Nitrogen memiliki peran penting. Nitrogen memperlambat proses pembakaran, sehingga kita mendapat cukup energi sepanjang hari, sedikit demi sedikit.

Jika kita menghirup oksigen murni, energi dari makanan kita akan terlepas semua sekaligus. Jauh berbeda dibanding nyala lilin, ini ibaratnya ledakan kembang api. Duar!

Kalau kita menghirup oksigen murni, tentu kita tidak akan benar-benar meledak. Tapi tubuh kita akan rusak.

Menghirup oksigen murni akan memicu serangkaian reaksi kimia. Saat itulah sebagian dari oksigen itu akan menjadi berbahaya dan tidak stabil, yang disebut “radikal”.

Radikal oksigen membahayakan lemak, protein, dan DNA di tubuh. Radikal oksigen dapat menyebabkan kerusakan di mata hingga kita sulit melihat, dan di paru-paru sehingga kita sulit bernapas.

Jadi menghirup oksigen murni cukup berbahaya.

Namun, menghirup oksigen murni kadang diperlukan. Para astronot dan penyelam laut dalam kadang bernafas menggunakan oksigen murni karena mereka bekerja di tempat yang sangat berbahaya.

Berapa lama mereka bernafas dengan oksigen murni, dan berapa banyak yang dihirup, secara hati-hati diatur agar mereka tidak terluka.

Orang sakit, termasuk bayi prematur di rumah sakit atau orang di rumah sakit yang menderita COVID-19, mungkin juga memerlukan bantuan untuk bernafas.

Mereka mungkin perlu mendapat oksigen lebih banyak dari yang tersedia di udara. Oksigen itu berfungsi sebagai obat untuk membantu menenangkan dan menstabilkan pernapasan mereka.

Sekali lagi, terlalu banyak oksigen bisa berbahaya. Itulah mengapa dokter dan perawat akan mengawasi mereka dengan ketat untuk memastikan mereka mendapat jumlah oksigen sesuai yang dibutuhkan.

Jadi, kita butuh oksigen untuk mendapat energi dari makanan. Kita juga mungkin butuh oksigen tambahan saat kita sakit di rumah sakit, atau jika kita bekerja sebagai astronot atau penyelam laut dalam. Tapi terlalu banyak oksigen bisa membahayakan.

If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.

Editor and General Manager

Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go.

If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you.

Komentari artikel ini

Sebagian orang mungkin belum mengetahui apa fungsi diafragma. Sekat antara dada dan perut ini berperan penting dalam proses pernapasan. Karena fungsi diafragma yang begitu penting dalam pernapasan, gangguan pada diafragma dapat menyebabkan kesulitan bernapas.

Diafragma merupakan otot utama yang digunakan saat bernapas. Otot ini terletak di bawah paru-paru dan jantung, yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut. Diafragma berbentuk menyerupai kubah yang dapat bergerak naik dan turun seiring proses pernapasan manusia.

Apa yang terjadi pada paru-paru ketika kita menghirup udara

Jika diafragma melemah, kinerjanya pun menjadi tidak efektif dan akan mengganggu fungsi sistem pernapasan secara keseluruhan.

Mengenal Beragam Fungsi Diafragma

Ketika menarik napas, otot-otot pernapasan di rongga dada mengembang dan diafragma akan berkontraksi menjadi lebih datar. Ini memudahkan udara atau oksigen bergerak masuk menuju paru-paru, karena tekanan pada rongga dada akan turun secara mendadak.

Sementara itu, ketika mengembuskan napas, diafragma akan mengendur dan membuat ukuran paru-paru turut mengecil. Hal ini bisa membuat tekanan udara dalam rongga dada meningkat dan udara mengalir keluar.

Selain berguna dalam fungsi pernapasan, diafragma juga dapat membantu Anda saat muntah, buang air kecil, dan buang air besar, dengan cara meningkatkan tekanan pada rongga perut.

Diafragma juga dapat mencegah terjadinya refluks gastroesofageal atau naiknya asam lambung ke kerongkongan dengan menjaga tekanan pada kerongkongan.

Cara Bernapas yang Baik Menggunakan Diafragma

Tahukah Anda bahwa cara bernapas yang baik bukan menggunakan otot dada, melainkan dengan mengembangkan diafragma?

Bernapas dengan diafragma membantu paru-paru berkembang lebih besar, sehingga udara yang masuk pun lebih banyak. Selain itu, bernapas dengan diafragma juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen dan menghabiskan lebih sedikit energi untuk bernapas.

Berikut ini adalah cara bernapas dengan diafragma yang optimal:

  • Baringkan tubuh telentang dan letakkan satu tangan di perut serta tangan lainnya di dada.
  • Bernapaslah perlahan melalui hidung hingga perut bergerak ke atas. Pastikan tangan yang berada di dada tidak bergerak.
  • Kencangkan otot perut dan biarkan otot tersebut turun ke bawah saat mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerucut.

Latihan pernapasan diafragma ini dilakukan setidaknya 5–10 menit, sebanyak 3–4 kali dalam sehari. Awalnya, bernapas dengan cara ini akan terasa melelahkan. Namun, dengan berlatih dan melakukannya secara rutin, Anda pun akan terbiasa dan lebih mudah bernapas dengan diafragma.

Gangguan Diafragma yang Bisa Terjadi

Sama seperti organ tubuh lain, diafragma juga bisa mengalami gangguan. Berikut ini adalah beberapa gangguan yang dapat terjadi pada diafragma:

Hernia hiatus

Hernia hiatus terjadi ketika bagian organ perut turun ke rongga dada melalui lubang di diafragma. Penyakit ini lebih sering dialami oleh penderita obesitas dan orang yang berusia di atas 50 tahun.

Penyebab hernia hiatus belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit ini, yaitu:

  • Melemahnya diafragma seiring bertambahnya usia
  • Mengalami cedera di area sekitar diafragma
  • Menerima tekanan terus-menerus dan intens di otot sekitar diafragma, seperti saat batuk, muntah, buang air besar, berolahraga, atau mengangkat benda yang berat

Hernia diafragma bawaan

Hernia diafragma bawaan atau congenital diaphragmatic hernia (CDH) terjadi ketika diafragma tidak terbentuk sempurna sejak di dalam kandungan dan menyebabkan sebagian isi perut menonjol ke rongga dada. Organ perut yang bergerak ke dada ini, nantinya dapat menempati ruang tempat paru-paru seharusnya berada.

Efek jangka panjang CDH kemungkinan tidak ada sama sekali. Namun, anak dengan CDH berisiko mengalami masalah paru-paru kronis pada usia dini, pneumonia, PPOK, hingga komplikasi pada sistem pencernaan.

Lumpuh diafragma

Ketika terjadi kerusakan saraf yang mengatur otot-otot pernapasan, termasuk diafragma, terjadilah kondisi yang dikenal dengan lumpuh diafragma. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan lumpuh diafragma adalah sindrom Guillain-Barré, cedera saraf tulang belakang, dan multiple sclerosis.

Gangguan ini dapat menyebabkan terganggunya proses pernapasan dan bahkan gagal napas. Oleh karena itu, apabila mengalami gejala lumpuh diafragma, seperti sesak napas, mudah lelah ketika beraktivitas, dan sulit tidur, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Kelainan diafragma yang terdeteksi secara dini, dapat ditangani sebelum menimbulkan komplikasi. Selain itu, Anda dapat menerapkan beberapa cara untuk menjaga kesehatan diafragma, seperti membatasi makanan yang memicu refluks asam, makan dengan porsi kecil, dan melakukan pemanasan sebelum berolahraga.

Gangguan pada diafragma dapat membahayakan kesehatan secara umum. Oleh karena itu, periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami sulit bernapas, nyeri dada, atau gejala lain yang mengarah pada masalah di diafragma.

Inhalasi merupakan bagian dari siklus pernapasan dan menjadi salah satu faktor utama untuk menunjang kelangsungan hidup. Jadi, penting bagi Anda untuk mengenali apa itu inhalasi, bagaimana prosesnya, serta gangguan kesehatan yang mungkin saja terjadi pada proses tersebut.

Inhalasi adalah proses saat Anda menghirup oksigen melalui hidung dan masuk ke paru-paru. Udara yang masuk ke paru-paru kemudian disalurkan ke seluruh bagian tubuh agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan optimal.

Apa yang terjadi pada paru-paru ketika kita menghirup udara

Begini Proses Pernapasan Terjadi

Pernapasan dimulai saat Anda menghirup udara lewat hidung. Selanjutnya, udara akan turun ke laring dan masuk ke dalam trakea atau batang tenggorokan, hingga akhirnya ke paru-paru.

Proses pernapasan paling besar dibantu oleh otot berbentuk kubah besar yang terletak di bawah paru-paru dan memisahkan rongga dada dan rongga perut. Otot ini disebut diafragma.

Bersamaan saat Anda menarik napas, diafragma akan berkontraksi ke bawah untuk membuat ruang kosong di dalam rongga dada, sehingga paru-paru bisa menarik udara yang Anda hirup. Proses inilah yang disebut inhalasi.

Saat Anda menghembuskan napas, diafragma mengendur kembali ke atas dan mendorong paru-paru untuk mengempis dan mengeluarkan udara yang berisi karbon dioksida.

Penyakit yang MengganguProses Inhalasi

Sistem pernapasan terdiri dari banyak organ. Jika salah satu organ atau bagian dari sistem pernapasan bermasalah, secara otomatis proses inhalasi pun akan terganggu. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang mengganggu proses inhalasi:

1. Rhinitis

Rhinitis adalah peradangan pada bagian dalam hidung yang biasanya dipicu oleh alergi terhadap serbuk sari, debu, jamur, atau serpihan kulit hewan tertentu. Kondisi ini membuat penderitanya menjadi bersin-bersin dan pilek. Bila pembengkakan di dalam hidung berat, hidung bisa tersumbat dan membuat penderita sulit bernapas.

2. Asma

Pasa asma terjadi penyempitan dan peradangan saluran pernapasan yang membuat penderitanya mengalami kesulitan bernapas, batuk-batuk, dan terkadang nyeri dada. Penyebab asma belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang memicu munculnya gejala asma, antara lain paparan zat di udara, kondisi cuaca, dan aktivitas fisik.

3. Bronkitis

Penyakit lain yang bisa mengganggu proses inhalasi adalah bronkitis, yaitu peradangan akibat infeksi virus pada saluran utama pernapasan atau bronkus. Gejala yang muncul akibat kondisi ini adalah batuk-batuk dan sesak napas

4. Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi paru-paru yang mengakibatkan kantong-kantong udara meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita bisa mengalami sesak napas, batuk berdahak, nyeri dada ketika menarik napas atau batuk, demam, hingga menggigil. Tentu kondisi ini membuat proses inhalasi terganggu.

Selain penyakit-penyakit di atas, proses inhalasi juga dapat terganggu karena adanya hambatan pada saluran napas, misalnya karena tersedak atau cedera.

Gangguan pada proses inhalasi tidak boleh dianggap sepele sebab bisa berdampak serius bagi kesehatan, bahkan membahayakan nyawa. Oleh karena itu, segeralah periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gangguan bernapas, terlebih bila sudah disertai gejala yang parah, seperti kulit pucat, kuku dan bibir tampak kebiruan, dan keringat dingin.