Ilustrasi - Bisakah puasa syawal digabung dengan bayar utang puasa Ramadan?
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Mana yang lebih dahulu bayar utang puasa Ramadan atau langsung melaksanakan puasa Syawal? Selesai Ramadan, datang bulan Syawal sebagai penanda berakhirnya puasa wajib selama kurang lebih 30 hari. Bagi muslim yang ingin mendulang pahala lebih, melaksanakan ibadah puasa sunah selama enam hari di bulan Syawal bisa menjadi pilihan. Bagaimana jika seseorang ingin berpuasa Syawal tetapi masih memiliki utang puasa Ramadan, bolehkah menggabungkan puasa Syawal dan ganti utang puasa Ramadan atau qadha? Puasa Syawal memiliki beberapa keutamaan. Baca juga: Elma Theana Merasa Kesepian Jalani Ibadah Puasa Sepanjang Ramadan Tahun Ini, Mengapa? Salah satunya, terdapat dalam Hadis Riwayat Muslim sebagai berikut: “Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR. Muslim). Adapun idealnya, puasa sunah Syawal enam hari dilakukan persis setelah hari raya Idul Fitri, yakni pada 2-7 Syawal. Namun, dikutip dari NU Online, orang yang berpuasa di luar tanggal tersebut sekalipun tidak berurutan tetap mendapat keutamaan puasa Syawal seakan berpuasa setahun penuh. Menggabungkan puasa Syawal dan qadha Halaman selanjutnya arrow_forward
Lihat Foto KOMPAS.com - Setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Bagi kaum muslim, keutamaan puasa enam hari Syawal setara dengan puasa selama satu tahun penuh, seperti dikutip dalam hadis berikut: "Barangsiapa yang telah menunaikan puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari selama bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti orang berpuasa selama satu tahun." Tak ada syarat bahwa puasa tersebut harus dilakukan secara berturut-turut. Namun, yang lebih utama adalah dilakukan setelah hari raya Idul Fitri. Namun, masih ada sebagian orang yang bertanya, apakah boleh puasa sunnah Syawal digabung dengan utang puasa Ramadhan? Baca juga: Bolehkah Menggabungkan Puasa Syawal dan Ganti Utang Puasa Ramadhan? Hukum gabungkan puasa Syawal dan utang puasa RamadhanDikutip dari laman resmi Lembaga Fatwa Mesir, mantan Mufti Mesir Dr Ali Gomaa Muhammad mengatakan, para ulama fiqih memperbolehkan menggabung utang puasa dengan puasa sunnah. Namun, niat mengganti puasa (wajib) harus didahulukan dari pada puasa Syawal (sunnah). Dengan demikian, wanita yang ingin mengganti puasa Ramadhan diperbolehkan menggabungkannya dengan puasa enam hari bulan Syawal. Mereka juga akan mendapat pahala kesunnahan puasa Syawal. Hal itu didasari atas pendapat Imam as-Suyuthi dalam al-Asybah wa an-Nadhairi berikut:
Puasa enam hari Syawal dan qadha Ramadhan hukumnya berbeda Kamis , 20 May 2021, 17:57 WIB Republika/Mardiah Rep: Dea Alvi Soraya Red: Nashih Nashrullah REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Puasa sunnah Syawal merupakan ibadah pelengkap dari puasa Ramadhan, dimana mereka yang melaksanakannya dijanjikan oleh Allah SWT mendapatkan pahala selayaknya puasa satu tahun penuh. Baca Juga عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ Dari Abu Ayub Al Anshari RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim) Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis, menjelaskan puasa qadha Ramadhan dan puasa sunnah Syawal tidak bisa digabungkan, melainkan harus dikerjakan secara terpisah. “Tapi kalau menggabungkan niat antara puasa sunnah dengan qadha jelas tidak bisa. Tidak boleh, tidak sah. Jadi harus masih-masing,” tegasnya. Hal serupa juga diungkapkan Anggota Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) KH. Hamdan Rasyid. Dia juga menegaskan bahwa kedua niat puasa tersebut tidak dapat digabungkan. Puasa qadha Ramadhan dan puasa sunnah Syawal memiliki hukum yang berbeda, sehingga pengerjaannya juga harus dipisahkan, jelasnya “Kalau saya sendiri, karena jenis ibadahnya beda, fardu dan sunnah, maka pengerjaannya harus masing-masing, sama halnya seperti sholat Zuhur yang tidak bisa digabungkan dengan sholat qabliyah atau ba’diyah, itu harus dikerjakan sendiri sendiri. Jadi tidak bisa didobel-dobel seperti itu,” tuturnya kepada Republika. Lebih lanjut, lulusan doktoral ushul fikih UIN Jakarta ini menyarankan untuk mendahulukan ibadah fardhu, seperti membayar hutang puasa Ramadhan, sebelum melakukan puasa sunnah Syawal. Dia juga menganjurkan agar hutang (qadha) puasa Ramadhan, disegerakan, dan lebih baik lagi jika dapat ditunaikan pada Syawal. “Tentu seharusnya mendahulukan yang wajib, karena ibadah itu selalu memprioritaskan yang Fardhu, jadi bagi siapapun yang punya hutang puasa ramadhan, baik karena bepergian (musafir), hamil, haid, sakit, atau lainnya, itu sebelum dia puasa sunnah Syawal, sebaiknya dahulukan membayar qada puasanya, baru setelahnya puasa sunnah Syawal,” jelasnya. Ilustrasi buka puasa. © Islam.ru
JABAR | 7 Mei 2022 10:05 Reporter : Andre Kurniawan Merdeka.com - Bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang? Ketika seseorang sedang sakit, yang sakitnya dapat memberatkannya untuk berpuasa, atau wanita hamil dan menyusui, yang khawatir dengan keselamatan anaknya, atau seorang musafir, maka mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan. Namun, ibadah puasa Ramadan yang mereka tinggalkan, wajib diganti atau diqadha di luar bulan Ramadan, sesuai dengan jumlah hari puasa yang mereka lewatkan. Puasa bayar hutang ini dapat dimulai di bulan setelah Ramadan, yaitu Syawal. Namun, di bulan Syawal sendiri ada amalan sunnah yang juga dianjurkan untuk dikerjakan. Puasa Syawal yang dianjurkan dikerjakan selama enam hari, memiliki keutamaan yang baik terlebih jika dikerjakan setelah selesai puasa Ramadan. Dari Abu Ayyub Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, muncul pertanyaan, bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang? Permasalahan tentang bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang ini memang kerap menjadi dilema selepas Ramadan. Dalam artikel berikut, kami akan menjelaskan tentang permasalahan bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang yang dilansir dari rumaysho.com. 2 dari 4 halaman
Qadha puasa hukumnya wajib dan kita dianjurkan untuk segera menunaikannya setelah Ramadan. Sedangkan puasa Syawal hukumnya sunnah sehingga derajatnya lebih rendah dibanding qadha puasa. Namun, puasa Syawal hanya dapat dikerjakan di bulan Syawal. Lalu, bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang? Dikutip dari fatwa Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) tentang bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang, maka jawabannya "Tidak boleh melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat qodho’ puasa dan niat puasa sunnah.” Karena memang tidak bisa menggabungkan dua niat antara yang wajib dan yang sunnah. Seperti yang kita tahu bahwa qadha puasa Ramadan adalah hal yang wajib dan puasa Syawal adalah ibadah sunnah. Hal ini sebagaimana salat qobliyah subuh dua rakaat yang tidak mungkin digabungkan niatnya dengan salat subuh wajib dua rakaat. Ingat pula ketika berpikir bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang, bahwa amalan wajib memiliki pahala lebih besar dari amalan sunnah. 3 dari 4 halaman
Selain permasalahan tentang bolehkah puasa syawal digabung dengan puasa bayar hutang, dilema lain yang sering membuat umat Islam bingung adalah pengerjaan antara qadha puasa dan puasa Syawal, mana yang lebih dulu. Terlebih bagi wanita yang mengalami haidh saat Ramadan sehingga mesti mengqadha puasa, dan di bulan Syawal pun kemungkinan juga bisa mendapati haidh kembali. Dalam hal ini, para fuqoha berselisih pendapat. Ada yang mengatakan boleh untuk puasa sunnah sebelum qadha puasa, ada yang mengatakan boleh namun disertai makruh ketika mendahulukan puasa sunnah dari qadha, dan ada yang mengatakan tidak boleh mendahulukan puasa sunnah sebelum mengqadha puasa. Namun yang perlu diketahui bahwa waktu mengqadha puasa juga amat panjang, yaitu sampai Ramadan berikutnya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185). Kemudian ada pula hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dan Muslim). Pendapat terkuat dalam masalah ini adalah bolehnya melakukan puasa sunnah sebelum menunaikan qadha puasa selama waktu qadhanya masih longgar. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Inilah pendapat terkuat dan lebih tepat (yaitu boleh melakukan puasa sunnah sebelum qodho’ puasa selama waktunya masih lapang). Jika seseorang melakukan puasa sunnah sebelum qodho’ puasa, puasanya sah dan ia pun tidak berdosa.” 4 dari 4 halaman
Disebutkan jika balasan bagi orang yang berpuasa enam hari Syawal setelah bulan Ramadan sama seperti berpuasa setahun penuh. Namun untuk mendapatkan pahala puasa setahun penuh itu, Anda perlu menyempurnakan puasa Ramadan terlebih dahulu. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa mempunyai qodho’ puasa di bulan Ramadhan, lalu ia malah mendahulukan menunaikan puasa sunnah enam hari Syawal, maka ia tidak memperoleh pahala puasa setahun penuh. Karena keutamaan puasa Syawal (mendapat pahala puasa setahun penuh) diperoleh jika seseorang mengerjakan puasa Ramadhan diikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Dalam kondisi tadi, ia tidak memperoleh pahala tersebut karena puasa Ramadhannya belum sempurna.” (Lathoif Al Ma’arif, Ahmad bin Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami). Ibnu Rajab rahimahullah kembali menjelaskan, “Barangsiapa mendahulukan qodho’ puasa, setelah itu ia melakukan puasa enam hari Syawal setelah ia menunaikan qodho’, maka itu lebih baik. Dalam kondisi seperti ini berarti ia telah melakukan puasa Ramadhan dengan sempurna, lalu ia lakukan puasa enam hari Syawal. Jika ia malah mendahulukan puasa Syawal dari qodho’ puasa, ia tidak memperoleh keutamaan puasa Syawal. Karena keutamaan puasa enam hari Syawal diperoleh jika puasa Ramadhannya dilakukan sempurna.” Jadi, jika mendahulukan puasa enam hari Syawal dari qadha puasa, maka puasanya tetap sah, namun pahala puasa setahun penuh tidak diperoleh karena puasa Ramadannya belum sempurna. Jika ingin mendapatkan pahala sempurna seperti berpuasa setahun penuh, maka lebih baik dahulukan qadha puasa daripada puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. (mdk/ank)Baca juga: |