Bagaimana cara membaca taawudz basmalah dan tashdiq yang benar pada surah surah dalam Al-Quran

Jakarta -

Membaca ta'awudz menjadi salah satu adab-adab dalam membaca Al-Qur'an. Lalu, seperti apa sih hukum membaca ta'awudz dalam Islam?

Ta'awudz atau isti'adzah merupakan doa untuk memohon perlindungan dan penjagaan. Kalimat yang dimaksudkan ini adalah untuk memohon perlindungan dan penjagaan kepada Allah swt yang Maha Pelindung dari bisikan serta godaan setan.

Berikut lafadz ta'awudz:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."

Bagaimana cara membaca taawudz basmalah dan tashdiq yang benar pada surah surah dalam Al-Quran
Ta'awudz dalam membaca Al-Qur'an. Foto: iStock

Imam Asy-Syafi'i, Abu Hanifah dan mayoritas ahli qira'ah menilai laradz inilah yang paling afdhal karena berdasarkan surat An-Nahl ayat 98, berbunyi:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur'an, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (QS. An-Nahl [16]: 98)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa membaca ta'awudz merupakan permohonan agar terhindar dari hal-hal negatif yang bersifat batiniah dan untuk mendatangkan kebaikan.

Anjuran membaca ta'awudz tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga boleh dibaca kapan saja. Terutama saat hendak membaca ayat suci Al-Qur'an.

(lus/erd)

Diantara sekian banyak surat-surat dalam al-Quran, surah At-Taubah merupakan satu-satunya surah yang tidak diawali dengan Basmalah. Lalu bagaimana cara membaca awal surah At-Taubah yang tanpa adanya Basmalah dalam kacamata Ilmu Tajwid? Berikut adalah Lima cara membacanya. 

Lima cara membaca awal surah At-Taubah dalam Ilmu Tajwid ini dikutip dari kitab al-Mufid fi Ilm at-Tajwid karya Abdurrahman bin Sa’dullah Aytani. Selain itu, secara singkat dipaparkan latar belakang absennya Basmalah dari surat At-Taubah.

Awal Surah At-Taubah Tanpa Basmalah

Para Ulama, menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya, al-Misbah, berbeda pendapat mengenai alasan tidak ditulisnya Basmalah di awal surah At-Taubah. Sebagian mengatakan karena Basmalah itu ungkapan rahmat, sedangkan surah At-Taubah berisi pemutusan hubungan atau laknat.

Baca Juga: Mengapa Surat At-Taubah Tanpa Basmalah? Begini Penjelasannya Dalam Tafsir Al-Mishbah

Sebagian yang lain berpendapat bahwa itu adat kebiasaan orang Arab. Masyarakat Arab terbiasa tidak menulis Basmalah apabila mereka ingin memutus atau membatalkan perjanjian. Ada juga yang berpendapat dari sisi rahasia angka dalam al-Quran.

Dalam uraiannya, Quraish Shihab menutup perbedaan-perbedaan pendapat itu dengan menyatakan bahwa pendapat yang sesuai dan berhubungan adalah karena Rasul memang tidak menyuruh sahabat untuk mencantumkan Basmalah di awal surat At-Taubah.

5 Cara Membaca Awal Surah At-Taubah

Ada sebanyak 5 (lima) cara membaca awal surah At-Taubah yang disadur dari kitab al-Mufid fi Ilm at-Tajwid, baik membaca ibtida’ (memulai) dari awal surah At-Taubah itu sendiri maupun menyambung akhir Q.S. Al-Anfal [8] dengan awal Q.S. At-Taubah [9].

Yang perlu diperhatikan ketika membaca awal surah ke sembilan dalam urutan mushaf Usmani adalah tidak membaca basmalah dan cukup dengan taawuz. Ketika seseorang membaca al-Quran dan memulai (ibtida’) bacaannya dari awal surat at-Taubah, ada dua cara membaca taawudz dan awal surat at-Taubah.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ () بَرَاءَةٌ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ اِلَى الَّذِيْنَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Pertama adalah me-washal-kan atau menggabungkan bacaan taawuz dengan awal surah at-Taubah.  Yang dimaksud washal adalah membaca (الرَّجِيْمِ) disambung dengan  (بَرَاءَةٌ) tanpa ada jeda atau berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

Baca Juga: Hukum Memperdengarkan Al-Quran Kepada Non Muslim: Tafsir Surat At-Taubah Ayat 6

Kedua adalah me-waqaf–kan atau memisah bacaan taawuz dengan awal surah at-Taubah. Ini tidak ada bedanya dengan membaca seperti biasanya. Pembaca membaca taawuz lalu berhenti, kemudian melanjutkan baca ayat pertama surah at-Taubah.

Cara membaca yang ketiga hingga kelima, semuanya berkaitan ketika seseorang sedang membaca akhir ayat dari surat Al-Anfal dan ingin melanjutkan ke awal surah At-Taubah. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini tidak ada bacaan taawuz karena bukan ibtida at-tilawah (awal membaca al-Quran). Berikut ini potongan akhir dari ayat terakhir surah Al-Anfal dan ayat pertama surah At-Taubah.

…اِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ () بَرَاءَةٌ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ اِلَى الَّذِيْنَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Ketiga adalah me-washal-kan atau menggabungkan akhir surat Al-Anfal dengan awal surah at-Taubah.  Yang dimaksud washal adalah membaca (عَلِيْمٌ) disambung dengan  (بَرَاءَةٌ) tanpa ada jeda atau berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

Baca Juga: Akhlak Nabi saw yang Mempersatukan Umat dan Tafsir Surat At-Taubah Ayat 107-109

Keempat adalah me-waqaf–kan atau memisah akhir surah Al-Anfal dengan awal surat at-Taubah. Ini sama halnya berhenti atau waqaf di setiap akhir ayat. Qari (pembaca) membaca ayat terakhir surat Al-Anfal lalu berhenti, kemudian melanjutkan baca ayat pertama surat at-Taubah.

Kelima adalah membaca saktah antara akhir surat Al-Anfal dengan awal surah At-Taubah. Langkah-langkahnya, membaca ayat terakhir dari surat Al-Anfal kemudian berhenti sejenak tanpa bernafas, lalu disambung membaca ayat pertama surat At-Taubah. Ketiga cara ini merupakan kesepakatan para Ulama qiraat.


Bagaimana cara membaca taawudz basmalah dan tashdiq yang benar pada surah surah dalam Al-Quran

A.    CARA MEMBACA TA’AWWUDZ Ada empat cara membaca Ta’awwudz, Basmalah dan surat ketika membaca Al-Qur’an : 1.    Memutus semua, yaitu Ta’awwudz, Basmalah dan surat dibaca secara terpisah;

“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, (berhenti) Bismillahir rahmaanir rahiim, (berhenti) Qul huwallahu ahad…”

2.    Menyambung seluruhnya, yaitu Ta’awwudz, Basmalah dan surat dibaca langsung tanpa waqaf (dibaca sesuai harkat yang ada);

“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, Bismillahir rahmaanir rahiim,  Qul huwallahu ahad…”

3.    Menyambung Basmalah dan surat, yaitu membaca Ta’awwudz (waqaf) dilanjutkan membaca Basmalah dan (langsung) membaca surat;

“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, (berhenti) Bismillahir rahmaanir rahiim, Qul huwallahu ahad…”

4.    Menyambung bacaan Ta’awwudz dan Basmalah saja (tidak disambung bacaan surat);

“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, Bismillahir rahmaanir rahiim, (berhenti) Qul huwallahu ahad…”

Klik Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by ### on Thu, 19 May 2022 08:08:37 +0700 with category B. Arab and was viewed by 345 other users

Dengan cara menguasai ilmu tajwid kemudian mempraktekkan nya secara rutin dg penguasaan makroj yg tepat. dan itu tidak hanya berlaku pada taawudz basmalah dan tashdiq. akan tetapi tiap kalimat dlm Al Qur'an wajib dilafalkan dg akurat kecuali jika kita mempunyai keterbatasan tertentu yg dapat dimaklumi. Ta 'awudz = a 'udzubilah himinas syaitonirrojimbasmalah = bismillahirrohmanirrohimtashdiq =

sodakallohul adzim

Baca Juga: Coba Buat gambar ilustrasi berdasarkan cerita yang anda buat!​


en.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

Bagaimana cara membaca taawudz basmalah dan tashdiq yang benar pada surah surah dalam Al-Quran

Ilustrasi (Freepik) Ilustrasi (Freepik)

Dalam mengawali bacaan Al-Qur’an, seorang qari’ dianjurkan memulai dengan membaca isti’adzah/ta'awudz dan basmalah, sebab keduanya (isti’adzah dan basmalah) memiliki hubungan yang sangat erat, ibarat dua sisi mata uang.

Hal ini disampaikan oleh Ibnu Jarir Al-Thabariy, sebagaimana dikutip oleh Al-Allusy, bahwa ayat pertama yang dibawa oleh Jibril kepada Nabi Muhammad disertai kalimat isti’adzah dan basmalah. Artinya, Jibril ketika menyampaikan risalah wahyu pertama kali kepada Nabi, ia memulainya dengan membaca isti’adzah dan basmalah. 

Kalimat pertama, isti’adzah, sebagai ungkapan permohonan untuk dihindarkan dari godaan dan gangguan setan, sedangkan yang kedua, basmalah, sebagai ungkapan pujian dan pengagungan Dzat Maha Kasih dan Penyayang. Selain sebagai anjuran dalam memulai bacaan Al-Qur’an, ia juga sebagai adab dalam berinteraksi dengan kalam ilahi.

Diceritakan dari Ibnu Abbas, bahwa Jibril berkata kepada Nabi Muhammad: “Wahai Muhammad, bacalah ta’awwudz!” Kemudian Nabi membaca “ أَسْتَعِيْذُ بِاللهِ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم ”. Jibril berkata kembali: “bacalah basmalah”. Nabi pun membaca basmalah “ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ”. Kemudian dilanjutkan membaca surat Al-Alaq 1-5 (lihat: Jalaluddin Al-Allusy, Dirasat fi Al-Tafsir wa Ulumihi, Tunisia, Muassasah bin Asyur, 2006, halaman 182).

Oleh karena itu, dalam riwayat di atas, ada tiga potongan kalimat; isti’adzah, basmalah, dan ayat Al-Qur’an. Dalam ilmu qira’at, untuk membaca ketiga potongan kalimat di atas, ada empat metode; metode ini juga dikenal dengan metode qiyasiy. Berikut contoh dan cara bacanya:

Pertama, berhenti di setiap potongan kalimat: isti’adzah, basmalah, dan ayat Al-Qur’an. Metode ini dalam ilmu qira’at dikenal dengan qat’ul jami’, misalnya:

اِقْرَأْ بِاسمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Kedua, berhenti pada kalimat isti’adzah, kemudian menyambung basmalah dengan ayat Al-Qur’an. Metode ini dikenal dengan qat’ul ûlâ wa washluts tsânî, misalnya: 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اِقْرَأْ بِاسمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Ketiga, menyambungkan kalimat isti’adzah dengan basmalah dan berhenti pada kalimat basmalah, kemudian memulai awal ayat. Metode ini dikenal dengan washlul ûlâ wa qat’uts tsânî, misalnya:

اِقْرَأْ بِاسمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Keempat, menyambungkan semua komponen kalimat; isti’adzah, basmalah dan awal ayat. Metode ini dikenal dengan “ washl Al-Jami’”, misalnya:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اقْرَأْ بِاسمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Keempat metode di atas dapat dioprasionalkan apabila seorang qari’ memulai bacaan Al-Qur’an di awal surat kecuali Surat Al-Taubah atau Al-Bara’ah.

Baca: Mengapa Surat at-Taubah Tak Dimulai dengan Basmalah?

Sedangkan apabila seorang qari’ memulai bacaan Al-Qur’an di tengah-tengah surat, seperti awal rubu’, atau awal kisah dalam Al-Qur’an, maka bagi seorang qari’ boleh membacanya dengan basmalah atau meninggalkannya (tak membaca basmalah). Apabila seorang qari’ memulai bacaan Al-Qur’an di tangah-tengah surat dengan membaca basmalah, maka ia boleh membacanya dengan menggunakan empat metode seperti di atas, tapi apabila tidak membaca basmalah, maka baginya hanya boleh dua metode saja, yaitu menyambung isti’adzah dengan ayat Al-Qur’an atau berhenti pada kalimat isti’adzah dan memulai pada awal ayat. Berikut contoh dan cara bacanya:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا اْلمــُرْسَلُوْنَ

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا اْلمــُرْسَلُوْنَ

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Sementara itu, apabila seorang qari’ memulai membaca Al-Qur’an dengan isti’adzah kemudian berhenti di tengah-tengah ayat karena percakapan atau menjawab salam, maka dianjurkan baginya untuk mengulang bacaan isti’adzah. Tapi apabila seorang qari’ berhenti (memutuskan bacaan) karena sesuatu yang terpaksa, seperti bersin, percakapan yang berhubungan dengan kemaslahatan bacaan, seperti ragu akan bacaannya (tepat atau tidak) kemudian ia bertanya kepada orang lain untuk memantapkan bacaannya atau belajar kepada orang lain, maka dalam hal ini seorang qari’ tidak perlu mengulang bacaan isti’adzahnya (lihat: Abdul Fattah Al-Qadhiy, Al-Budur Al-Zahirah fi Al-Qira’at Al-Asyr Al-Mutawatirah, Bairut, Dar al-Kitab al-Arabiy, tt., halaman 13).

Moh. Fathurrozi, Pecinta Ilmu Qira’at, Kaprodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo 

Penjelasan soal Wakaf dalam Islam