Bagaimana pacaran yang berorientasi pada ajaran Moral Alkitab


Bagaimana pacaran yang berorientasi pada ajaran Moral Alkitab
Untuk membedakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan ketika kita berpacaran, Tuhan memberikan batasan yang jelas. Dia tak pernah takut untuk menyebut dosa sebagai dosa. Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan tentang hal ini. (Anda mungkin ingin mencari ayat-ayat ini di Alkitab Anda sendiri dan menggarisbawahinya.) Mazmur 101:2,3 Galatia 5: 16-21 Mazmur 119:9,11 Galatia 6:7,8 Ayub 31:1 Efesus 5:3-5 Matius 5:27-29 1Tesalonika 4:3-8 Matius 7:13,14 2Timotius 2:22 1Korintus 6:9,10 Wahyu 18:4,5 1Korintus 6:18-20 Wahyu 22:14,15 Standar moral Tuhan adalah satu-satunya standar moral yang kita butuhkan. Bahkan pada suatu hari nanti ketika generasi penerus kita menjadi buta seolah-olah tidak ada standar moral seperti itu, kita harus menegakkannya dan menjadikan itu sebagai bagian dari kita. Elaine Battles, seorang misionaris, pernah berkata, “Hanya ikan mati yang mengapung dan terbawa arus sampai ke hilir.” Anak muda harus hidup dan bersemangat untuk bisa berenang melawan arus. -*-

Sumber diterjemahkan dan diedit dari -*-: Judul Buku: Dare to Date Differently Penulis : Fred Hartley Penerbit : Power Book, New Jersey, U.S.A, 1998 Halaman : 44 – 47

MENJAGA KESUCIAN PADA MASA BERPACARAN

Menjaga kesucian menuntut disiplin diri yang kuat dan disiplin ini hanya bisa ada apabila ada niat yang sama kuatnya pula. Tidak hanya itu, faktor utama untuk tetap menjaga kesucian selama masa pacaran hendaknya didasarkan pada rasa takut akan Allah sebab pada akhirnya kita tetap harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah sendiri (1 Tesalonika 5:23). Berikut ini beberapa saran untuk menolong kita menjaga kesucian pada masa berpacaran.

1. Sirami hati kita dengan Firman Allah.

Firman Allah akan memberi peringatan dan sekaligus kekuatan bagi kita untuk melawan godaan seksual. Bacalah dan renungkanlah firman-Nya setiap hari; jadikan saat teduh sebagai aktivitas rohani rutin kita. Jangan biarkan iblis atau diri kita menipu dengan mengatakan bahwa kita sudah tidak layak menerima firman Tuhan. Ketidaklayakan adalah suatu sikap yang selalu harus ada namun kita butuh firman Tuhan guna bertahan dalam kehendak Tuhan.

2. Pertahankan batas sejauh-jauhnya dan sepanjang-panjangnya.

Jangan mulai sentuhan fisik terlalu dekat dan terlalu cepat. Barang siapa memulai terlalu cepat akan mengakhirinya dengan cepat dan sangat jauh pula. Hindarkan ciuman di bibir, sebisanya berhenti pada ciuman di pipi. Sentuhan-sentuhan pada anggota tubuh selain tangan, misalnya pinggul dan dada, harus dihindarkan. Hindarkan pelukan muka dengan muka, batasi hanya pada pelukan dari samping yakni tangan kanan memeluk bahu dari samping.

3. Bicarakan godaan seksual secara terbuka dan doakan bersama.

Jangan merasa sungkan atau tidak enak hati melukai pasangan kita. Keterbukaan menunjukkan kedewasaan dan kesadaran untuk menghadapi secara matang. Sepakati batas fisik dan hormati keputusan itu sebab dengan cara itulah kita menghormati tubuh pasangan kita sebagai rumah Allah yang kudus.

4. Hindarkan keberduaan dan keterpisahan.

Bertemulah di tempat terbuka dan umum; jangan mencari-cari kesempatan untuk menyendiri guna melaksanakan niat seksual kita. Membicarakan hal pribadi tidak perlu dalam kamar atau di rumah yang sepi; kita dapat melakukannya di tempat ramai yang tetap memberi kita kesempatan berbicara dengan serius.

5. Bicarakan masalah dengan seorang bapa atau ibu rohani.

Bicarakan dan akuilah masalah kita dengan seorang bapa atau ibu rohani kita agar kita bisa mempertanggungjawabkan perbuatan kita secara berkala dan terbuka. Mintalah kesediaannya untuk menjadi pengawas yang akan terus mengecek kemajuan kita. Keberadaan seorang pengawas akan menolong kita hidup kudus dan bertanggung jawab. Dosa yang disembunyikan niscaya membuat kita lebih liar dan tak terkendali, dosa yang diakui justru memperkuat ketahanan kita.

6. Jangan menyerah.

C.S. Lewis, seorang penulis Kristen, pernah berujar bahwa kita tidak akan tahu besarnya kekuatan dosa sampai kita mencoba melawannya. Godaan seksual merupakan godaan besar yang adakalanya membuat kita putus asa melawannya. Namun nasihat C.S. Lewis adalah jangan menyerah. Lewis melukiskan suatu contoh yang indah. Jika kita mengosongkan kertas ujian kita, pasti kita mendapatkan nilai 0. Namun, jika kita mencoba menjawab setiap pertanyaan, kita pasti memperoleh nilai meski jawabannya salah. Lewis mengingatkan kita bahwa Tuhan ingin melihat usaha kita melawan dosa dan Ia menghargai upaya yang keras. Jangan menyerah atau membenarkan diri. Akui kejatuhan kita dan bangunlah kembali; setiap hari merupakan hari pengujian, sebab itulah esensi kehidupan Kristen.

-*- Sumber diedit dari -*-: Buletin: Seks Pranikah — Seri Psikologi Praktis Judul Artikel: Menjaga Kesucian Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2001 Halaman : 6 – 8

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 10 are not shown in this preview.


PACARAN MENURUT ALKITAB

Bagian 1

Pendahuluan

Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Mengapa demikian? Karena memang perkawinan bukan cuma masalah pribadi kedua orang yang terlibat saja, melainkan mempunyai dampak yang luas kepada keluarga dan seluruh masyarakat sekitarnya. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa suatu perubahan besar bagi generasi muda, mereka belajar bersama dan bergaul bersama dan menuju kedewasaan bersama. Dalam pergaulan sering kali berkembang pada hubungan-hubungan yang khusus yang menjurus ke pada persahabatan atau kepada pacaran.

Arti dari Pacaran

Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi apabila kita melihat pengertian di atas, maka berpacaran itu bukanlah sekedar bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan cara menyalahgunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:

·         Ganti-ganti pacar.

·         Saling mendewakan.

·         Melampiaskan nafsu seksual yang tidak wajar dan belum

saatnya di lakukan pada tahap itu.

Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini, sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu mereka akan menjadi suami istri. Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga yaitu Keluarga.

Pacaran Menurut Alkitab

Telah dikatakan dalam Bab I bahwa pacaran itu adalah konsep masyarakat modern, dan secara tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini, tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa. Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) di mana sistim pacaran dunia tidak dapat dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak lain Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda itu. Melihat hal-hal diatas, maka mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran menurut konsep

Alkitabiah:

3.1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah

Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan gula jawa akan rasa coklat … dan sebagainya, … dsb.

Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:

·         Cinta Kasih.

·         Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.

Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam 1Korintus 13.4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes 13.16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Mat 5.28, menginginkannya saja sudah berzina. Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti aturan main yang Allah berikan, diantaranya: 2Korintus

6.14 ….

Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan. Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari

kepentingan Allah.

Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah, maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa / sakit hati maka itu berarti kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada Tuhan.

Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan / kebutuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29.11; Amsal 23.18. Jadi pacaran yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua, karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang … berbahaya’.

3.2. Harus mengikuti standar moral Alkitab

Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12.12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab / berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Perbedaannya yaitu:

Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan: mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.

Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah kediaman Roh Kudus (1Korintus 3.16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah nikah, di mana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan.

Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang).

Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus dapat melepaskan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.

Standar Alkitab tentang pacaran yaitu 1Tesalonika 4.3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat 5.27-28; Kid 2.7; 3.5; 8.4. Efesus 4.27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Keempat tingkat tersebut ialah:

·         Berpegangan tangan.

·         Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.

·         Berciuman.

·         Saling membelai dengan tangan di dalam baju.

Ransangan seksuil yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh 2Samuel 13.1-15. Cerita ini mengisahkan anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 4.17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. 1Timotius 5.22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5.20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam konteks Alkitabiah yaitu:

·         Dalam perjanjian Lama Ulangan 22.13-30 Ungkapan ini menunjukkan betapa tingginya nilai keperawanan, Amsal 7.13,27.

·         Dalam Perjanjian Baru 1Korintus 6.10 Hubungan seksual di luar pernikahan adalah percabulan. 1Korintus 6.13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.

Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.

Kesimpulan

Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:

·         Berdoalah senantiasa, 1Tes 5.17; khususnya pada waktu pacaran.

·         Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef 5.20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?

·         Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14.23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.

·         Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1Korintus 6.19-20).


Bagian 2

Refrensi : Matius 5:28, Yohanes 15:9-10, Ibrani 13:4

Tema ini cukup menarik kita bicarakan, karena pembicaraan ini selalu up date untuk kita kupas. Secara biologis saling tertarik antara pria dengan wanita yang kemudian berpacaran, dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar (hormon) seks atau terjadi perkembangan organorgan reproduksi yang berkembang pesat sehingga hal-hal yang berhubungan dengan relasi antar lawan jenis dapat membangkitkan sensasi baru dalam hidup remaja. Secara aspek sosial serta emosi, mendoron seseorang untuk memperhatikan dan ingin diperhatikan, mengasihi dan dikasihi secara utuh.  Remaja memang wajar kalau membayangkan tentang keinginan bersama dengan lawan jenis  yang disuka, ingin tampil menarik, ingin bercanda dan mengenal lebih dekat dan lebih dalam, mengalami jatuh cinta, dst. Ini mudah membuat anda merasa panas dingin, serba canggung, serba salah, berbagai ketidaknyamanan lainnya, dan malah sangat sering muncul dalam tindakan salah yang sesungguhnya.

Ini semua akan semakin hilang kalau anda melatih diri untuk bergaul dengan lawan jenis. Jangan ragu untuk menghabiskan waktu bersama-sama dengan lawan jenis bukan hanya satu tetapi banyak. Kenalilah mereka, kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana gaya hidup, bagaimana mengisi waktu luang, menetapkan prioritas, dsb. Kesalahan pertama dalam membina hubungan dengan lawan jenis adalah ketika berpura-pura menyukai apapun yang dikerjakan supaya ia tahu bahwa senang bersamanya.

Modal yang baik untuk bergaul dengan lawan jenis jika anda sudah menguasai materi yang lalu tentang menghargai orang lain dan menjalin persahabatan yang baik dan benar.

Pengertian Pacaran

Sulit untuk mendifinisikan pacaran. Namun kita bisa menyimpulkan bahwa berpacaran adalah suatu proses dimana seorang laki-laki atau perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan diantara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Karena itu maka tidak semua dan selamanya seseorang dengan cinta pertamanya bisa sampai masuk dalam pernikahan.

Pada masa remaja biasanya belum sampai pada tahap persihapan pernikahan. Pada masa pacaran dapat berarti salah satu cara pencarian jati diri yang dilakukan dengan komitment bersama dan didasarkan pada perasaan cinta. Melalui berpacaran ia menemukan identitas dirinya menurut pacarnya. Ingan tentang jendela Johari.

I know and Others know

I know But Others don’t know

I don’t know but Others know

Others and I don’t know

Orang lain (others) yang mengenal kita adalah orang tua, keluarga, teman-teman dan sahabat. Pacar adalah orang yang dekat bahkan terdekat yang diharapkan bisa mengenal lebih dekat tentang dirinya.  Untuk sampai tahap ini maka perlu ada komitment bersama. Komitment yang dimaksud adalah kebersamaan dan keterbukaan. Kedua belah pihak harus haruslah berkomitment untuk saling mempercayai sehingga tercipta keterbukaan. Dengan demikian kedua belah pihak dapat saling mendukung dalam mengembangkan diri.

Cinta

Cinta dalam hubungan antar lawan jenis yang akan menyiapkan diri menjadi pasangan adalah hubungan yang saling memberi dan menerima, menghargai satu sama lainny. Cinta membuat orang tidak memaksakan kehendak terhadap yang diintainya. Cinta merupakan keputusan yang matang, bersifat abadi, artinya keguanya harus saling setia, baik dalam suka maupun duka. Karena perkawinan Kristen berlangsung sekali sampai mau memisahkan kedua belah pihak, oleh karena itu keberadaan cinta harus dipastikan ada pada keduanya.

Cinta adalah anugerah Tuhan dan kasih adalah ajaran utama Tuhan Yesus Kristus. Bahkan Tuhan itu sendiri adalah kasih. Seorang psikolog sekalus wartawan yang banyak menulis tentang kesehatan mental dan tingkah laku di Boston, Rosschelle Semmel Albin, mendifinisikan cinta sebagai emosi yang membawa kebahagiaan terbesar dan perasaan puas yang sangat dalam. Jika mencintai orang lain, kita akan senang bergaul dengan mereka.  Apa yang terjadi pada mereka penting bagi kita, dan kehidupan mereka terikat pada kita.

Sebenarnya pada cinta antar lawan jenis ada dua katagori, yaitu kategori emosi dan kategori rasio, dengan kata lain cinta itu bisa bersifat emosional dan bisa pula bersifat rasional.

Yang pertama, cinta emosional adalah cinta yang amat misterius, ia datang dan pergi bagaikan angin, as free as the wind blows. Ciri-ciri emosional adalah perasaan yang sangat kuat atau intens yang diarahkan pada lawan jenis. Begitu kuatnya cinta sehingga menguasai pikiran yang jatuh cinta, sebagian besar energi dan waktu dihabiskan untuk yang dicintainya. Namun ciri lain adalah egoisme. Diri sendiri sebagai ukuran seberapa puasnya ia terhadap hubungan yang terjalin. Kadang cinta emosional disebt dengan cinta romatis. Cinta ini tiak berdasarkan fakta, hanya imajinatif, sehingga tidak lengkap, tapi bagaimanapun cinta emosional ini bisa membuat hidup begitu indah.

Yang kedua, adalah cinta rasional. Cinta rasional itu didominasi oleh akal atau rasio. Cinta rasional biasanya terwujud dalam tindakan yang disadari sepenuhnya, bukan hanya berdasarkan perasaan. Erich Form dalam buku yang berjudul  The Art of Loving mengatakan, “Untuk melaksanakan keempat unsur cinta yang sesungguhnya, tidak cukup hanya bermodalkan perasaan, tetapi dibutuhkan kesadaran penuh, bahkan penalaran.” Keempat unsur tersebut adalah: care, responsibility, respect, dan knowledge.

Berikut ini beberapa ciri jatuh cinta

Bila bertemu akan merasa gembira dan ingin selalu dekat dengannya, (perasaan canggung, bahagia, hati berdebar-debar, berbicara tersendat-sendat), tetapi jika berada di tempat yang berbeda atau jauh, selalu memikirkannya dan membayangkan penampilannya, sering senyum sendiri, ada perasaan rindu, dsb.

Tidak tertarik pada orang lain, hanya dia, artinya menyukainya sebagai seorang pribadi, mengasihinya apa adanya, rela berkorban untuknya dsb.

Mengalami perasaan aneh, sulit digambarkan, tetapi membuat yang bersangkutan merasa bersemangat, antusias, mendorongnya untu merencanakan hal-hal indah bersama orang yang dicintai.

Tujuan Berpacaran

Lima tujuan dasar berpacaran,

Untuk bertumbuh secara sosial, emosional dan rohani

untik belajar bagaimana berkomunikasi

untu memenuhi kebutuhan mencintai dan dicintai

untuk menikmati keindahan pada masa muda.

untuk membantu membentuk gambaran keluarga yang ideal.

Pacaran bukan ajang coba-coba tetapi harus didasri perasaan yang tulus serta komitment bersama. Kalau hanya sebagai ajang coba-coba sangat berbahaya karena pacaran akan kehilangan maknadan bisa terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan atau dibayangkan pada awalnya.

Beberapa nasehat

Tunjukkan sikap saling hormat  menghormati.

Hindari perkenalan dan percakapan melalui telpon.

Pilihlah tempat-tempat yang layak untuk berduaan, aturlah waktunyayang serasi untuk itu, pilih alam yang terbuka dibawah pengawasan Allah pencipta alam semesta

hindari cium-ciuman pada waktu berpisah

Ingat ciuman hanya diberikan kepada dia yang sudah pasti atau resmi menjadi calon suami atau isteri

seorang pemuda yang mengantar pulang pemudi, hendaknya jangan terlalu lama nongrong  atau mondar-mandir dirumah si gadis.

Antar pulang gadis tepat sesuai dengan waktu yang disetujui dan waktu yang telah ditentukan

Perhatikanlah dan hormatilah hak kekuasaan orangtua dan berlakulah dengan sopan-santun terhadap orang tua

Hal: tinggal di dalam rumah si gadis. Pertanyaan: “Bolehkah orangtua mengundang seorang pemuda untuk tinggal bersama di dalam rumahnya untuk beberapa waktu lamanya ? Hal ini tentu tidak lazim. Kadang-kadang orangtua mengundang si pemuda untuk duduk-duduk bersama untuk saling kenal mengenal;  tetapi itu janganlah dianggap sbagai sesuau isyarat seolah-olah sipemuda sudah boleh berbuat sekehendak hatinya di dalam rumah si gadis. Kadang-kadang si gadis meminta kepada orangtuanya agar sipemuda diperbolehkkan untuk tinggal lebih lama untuk lebih mengenal keluarga si gadis, pemuda hendaknya memanfaat waktu sebaik-baiknya.

Ingatlah selalu akan nasehat-nasehat orangtua dan berpikirlah selalu dengan pikiran-pikiran yang sehat. Ingatlah selalu Juru Selamat dan Tuhanmu dalam segala tindak-tandukmu, “Ia akan menjaga keluar masukmu.



Page 2