Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

Perkenalan saya dengan ibadah sewaktu kecil dimulai ketika saya diajak tetangga pergi ke gereja. Di sana, saya mengikuti Sekolah Minggu. Saya senang karena punya banyak teman dan mendengar kisah-kisah menarik tentang tokoh-tokoh Alkitab. Daya tarik lainnya adalah makanan dan hadiah yang saya dapatkan setiap kali menyelesaikan tugas Sekolah Minggu. Belum lagi saat Natal atau Paskah, saya dibanjiri telur-telur Paskah dan aneka bingkisan lomba.

Bagi pribadi kanak-kanak yang sederhana, ibadah itu menyenangkan karena banyak teman, hadiah, makanan, dan cerita menarik.

Lalu, bagaimana cara kita memandang ibadah?

Apakah kita terjerumus ke dalam pengertian yang keliru tentang ibadah? Kesalahan apa saja yang cenderung kita lakukan dalam ibadah? Dan, seperti apa seharusnya ibadah yang sejati dan berkenan kepada Allah?

Ibadah yang Keliru

Hanya Perintah Manusia

Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” – Matius 15:9

Mungkin sebagian dari kita menganggap ibadah sebagai kebiasaan turun-temurun dalam keluarga. Rutinitas sejak kecil. Bagi kita, ibadah hanyalah sekadar datang, duduk, dengar, dan pulang. Kita tidak datang dengan hati yang rindu untuk memuji Tuhan, mendengar ajaran-Nya, atau membangun persekutuan dengan saudara-saudari rohani kita.

Akibatnya, sepulang ibadah, beberapa orang langsung kembali ke tabiat asal: mabuk-mabukan, mengumbar emosi dan sumpah-serapah, atau mengunjungi tempat-tempat maksiat. Ibadah demi ibadah yang kita jalani akhirnya menjadi sebuah kerutinan, bukan kerinduan untuk dekat kepada Tuhan.

Tidak Segenap Hati

Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: “Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.” – 1 Samuel 12:20

Beberapa waktu lalu, ketika pekerjaan menyita waktu saya di hari Minggu, beberapa kali sebulan, saya sering terlambat ibadah. Kala itu, saya berpikir keterlambatan ini bukan karena saya malas bangun atau tidur kesiangan. Saya bekerja. Dan, saya masih memberikan hati dan memprioritaskan Tuhan di atas pekerjaan. Sudah bagus saya tetap pergi ibadah walaupun terlambat, bukan?

Namun, tahukah Anda, bahwa ketika saya terlambat pergi ibadah, sebenarnya saya sudah membuat Tuhan tidak lagi berharga dan penting bagi hidup saya? Menyadari hal tersebut, saya merasa sedih, karena tanpa sadar saya telah menomorsatukan pekerjaan ketimbang Tuhan.

Apakah Anda sering terlambat datang ibadah? Apa pun alasannya, itu menunjukkan bahwa Anda belum dengan segenap hati datang kepada Tuhan. Jika Tuhan masih berharga dan penting bagi hidup Anda, Anda pasti akan berusaha pergi ibadah tepat waktu.

Mencari Keuntungan

Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

“… percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. – 1 Timotius 6:5

Tanpa sadar, ketika kita datang kepada Tuhan dalam ibadah, kita ingin diberkati. Kita ingin usaha kita dilancarkan, jodoh dipertemukan, keuangan diperbaiki, segala sakit-penyakit diangkat, dan hubungan dalam keluarga dipulihkan.

Lalu, apakah salah jika kita memiliki pengharapan tersebut?

Tentu, berharap itu sah-sah saja. Namun, jika hanya itu yang memotivasi kita untuk beribadah, berarti kita sudah menganggap ibadah sebagai sebuah keuntungan. Bukan lagi karena ingin dekat dengan Tuhan dan mengoreksi hidup kita selama seminggu terakhir lewat perenungan firman-Nya. Juga, bukan karena kita ingin memuji dan menyembah Tuhan.

Kalau begitu, seperti apakah ibadah yang Tuhan inginkan?

Ibadah yang Sejati

Hidup Kudus

Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” – Roma 12:1

Ibadah bukan hanya tentang pergi ke gereja setiap Minggu, mengikuti pelayanan, atau aktif dalam berbagai organisasi keagamaan.

Ibadah yang sejati adalah ketika Anda menjaga tubuh dan hidup Anda agar tetap kudus sehingga berkenan kepada Allah.

Tubuh dan hidup yang kudus berarti Anda tidak mencemari diri dengan dosa. Tidak merusak bait Allah dalam tubuh Anda dengan makanan tidak sehat, minuman keras, atau obat-obatan terlarang. Anda memastikan hidup Anda dipakai sebagai alat kebenaran untuk Tuhan. Hidup Anda mencerminkan kemuliaan, kebesaran, dan keindahan dari Allah sendiri.

Perubahan Pola Pikir

Cara mempersembahkan diri sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” – Roma 12:2

Ibadah yang sejati menuntut adanya perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir seperti apa yang Tuhan maksud?

  • Tidak lagi menilai segala sesuatu hanya dari materi, tetapi rela meluangkan tenaga, waktu, dan pikiran untuk membantu orang lain mengenal Tuhan secara cuma-cuma.

“Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” – 1 Tesalonika 2:8

  • Pemikiran duniawi (iri hati, amarah, dendam, kebencian) digantikan dengan pemikiran yang rohani (bersyukur, sabar, mengampuni, mengasihi).

“Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” – Roma 6:12

  • Prinsip hidup yang tidak sesuai firman Tuhan (berbohong demi kebaikan, yang penting happy, “jangan ganggu saya, toh, saya tidak ganggu kamu”) tak lagi berlaku. Sebaliknya, kita memegang teguh kejujuran, ketulusan, peduli pada hidup orang lain, serta melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan.

“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.” – Efesus 4:17

Sudahkah Anda memiliki ibadah yang sejati, yang berkenan kepada Allah? Apakah ibadah Anda selama ini menjadikan Anda pribadi yang merefleksikan gambaran Tuhan—kasih-Nya, pengampunan-Nya, kecintaan-Nya akan Bait Allah, dan kepedulian-Nya terhadap orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan?

Kalau belum, mari kita sama-sama belajar untuk hidup kudus dan memperbaiki pola pikir, agar ibadah kita berkenan kepada Tuhan! Amin.

Gereja GKDI terdapat di 35 kota di Indonesia. Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:

Click untuk mengikuti Bible Study

Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:

Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok:https://link.gkdi.org/tiktok