Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

ABDURRAHMAN BIN AUF (SAHABAT YANG SANGAT DERMAWAN)

Salah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapat rekomendasi masuk surga adalah `Abdurrahmân bin `Auf bin `Abdi `Auf bin `Abdil Hârits Bin Zahrah bin Kilâb bin al-Qurasyi az-Zuhri Abu Muhammad. Dia juga salah seorang dari enam orang Sahabat Radhiyallahu anhum yang ahli syura. Dia dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama `Abdul Ka`bah atau `Abdu `Amr; kemudian diberi nama `Abdurrahmân oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[1] Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Hârits bin Zahrah.[2]

`Abdurrahmân bin `Auf adalah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dermawan dan yang sangat memperhatikan dakwah Islam, berikut ini adalah sebagian kisahnya:

`Abdurrahman bin Auf pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar, kemudian membagi-bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin bani Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan dan kepada Ummahâtul Mukminin (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Al-Miswar berkata: “Aku mengantarkan sebagian dari dinar-dinar itu kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma. Aisyah Radhiyallahu anhuma dengan sebagian dinar-dinar itu.” Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: “Siapa yang telah mengirim ini?” Aku menjawab: “`Abdurrahmân bin Auf”. Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata lagi: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Tidak ada yang menaruh simpati kepada kalian kecuali dia termasuk orang-orang yang sabar. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi minum kepada `Abdurrahmân bin Auf dengan minuman surge [3]””

Dalam hadits lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan (sesuatu) kepada sekelompok Sahabat Radhiyallahu anhum yang di sana terdapat `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu ; namun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan apa pun kepadanya. Kemudian `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu keluar dengan menangis dan bertemu Umar Radhiyallahu anhu . Umar Radhiyallahu anhu bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sesuatu kepada sekelompok Sahabat, tetapi tidak memberiku apa-apa. Aku khawatir hal itu akibat ada suatu keburukan padaku”. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan keluhan `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab: ‘Aku tidak marah kepadanya, tetapi cukup bagiku untuk mempercayai imannya.[4]”

Keutamaan-Keutamaan `Abdurrahmân bin Auf di antaranya:
`Abdurrahmân bin `Auf walaupun memiliki harta yang banyak dan menginfakkanya di jalan Allah Azza wa Jalla , namun dia selalu mengintrospeksi dirinya. `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu pernah mengatakan : “Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diuji dengan kesempitan, namun kami pun bisa bersabar, kemudian kami juga diuji dengan kelapangan setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami pun tidak bisa sabar”[5]

Baca Juga  Si Mulia Hati dan Sang Penjaga kehormatan Diri

Suatu hari `Abdurrahmân Radhiyallahu anhu diberi makanan, padahal dia sedang berpuasa. Ia mengatakan, “Mush`ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Akan tetapi ketika dia meninggal tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat). Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini. Kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.[6]”

Senada dengan kisah di atas, Naufal bin al-Hudzali berkata, “ Dahulu `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu teman bergaul kami. Beliau adalah sebaik-baik teman. Suatu hari dia pulang ke rumahnya dan mandi. Setelah itu dia keluar, ia datang kepada kami dengan membawa wadah makanan berisi roti dan daging, dan kemudian dia menangis. Kami bertanya, “ Wahai Abu Muhammad (panggilan `Abdurrahmân), apa yang menyebabkan kamu menangis?” Ia menjawab, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya belum kenyang dengan roti syair. Aku tidak melihat kebaikan kita diakhirkan.[7]

`Abdullâh bin Abbâs Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Umar bin Kaththâb Radhiyallahu anhu pergi ke Syam. Ketika sampai Sarghin (nama sebuah desa di batas Syam setelah Hijâz), ia berjumpa dengan penduduk al-Ajnad yaitu Abu Ubâdah dan para sahabatnya. Mereka memberitahu bahwa wabah penyakit telah berjangkit di Syam. Umar Radhiyallahu anhu berkata : ‘Panggilkan aku para Muhajirin yang awal (berhijrah)!’ Aku (`Abdullâh bin Abbâs-red) pun memanggil mereka. Umar Radhiyallahu anhu memberitahu dan meminta pendapat mereka tentang wabah tersebut. Kemudian mereka berselisih, sebagian mengatakan : “Engkau telah keluar untuk suatu tujuan. Menurut pendapat kami, engkau jangan mundur.” Sedangkan sebagian lain mengatakan : “Engkau bersama banyak orang dan bersama para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka kami berpendapat agar tidak membiarkan mereka terkena wabah.” Umar Radhiyallahu anhu berkata lagi : “Panggilkan para Anshar untukku”. Akupun memanggil mereka. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu meminta pendapat kepada mereka dan mereka sama dengan pendapat para kaum Muhajirin yaitu mereka juga berbeda pendapat. Lalu Umar Radhiyallahu anhu berkata: “Panggilkan orang-orang tua Quraisy dari orang yang hijrah ketika fathu Mekah, yang berada di sini.” Akupun memanggil mereka dan tidak ada seorangpun yang berselisih. Mereka mengatakan, “Pendapat kami, sebaiknya kamu membawa kembali orang-orang dan tidak membiarkan mereka terkena wabah.” Kemudian Umar Radhiyallahu anhu berkata kepada orang-orang, “Sebaiknya kita kembali.” Dan merekapun setuju dengannya. Abu Ubaidah bin Jarrâh Radhiyallahu anhu mengatakan, “Apa kita berusaha berlari dari takdir Allah Azza wa Jalla ?” Umar Radhiyallahu anhu menjawab, “Seandainya selainmu mengucapkan hal itu, wahai Abu Ubaidah. Ya, kami berlari dari takdir Allah Azza wa Jalla menuju takdir Allah Azza wa Jalla yang lain. Kemudian datanglah `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu dan mengatakan: “Dalam hal ini, aku memiliki ilmunya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوْا فِرَارًا مِنْهُ

Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan apabila wabah terjadi di suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar/lari darinya. [HR. Bukhâri no. 5398] [8]

Pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , `Abdurrahmân bin `Auf Radhiyallahu anhu pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu dia bersedekah lagi sebanqak 40.000 dinar. Kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan [9].

Ja`far bin Burqan mengatakan, “ Telah sampai kabar kepadaku bahwa `Abdurrahmân bin Auf Radhiyallahu anhu telah memerdekakan 3000 orang.[10]

Imam Bukhâri menyebutkan dalam kitab tarikhnya bahwa `Abdurrahmân pernah memberikan wasiat kepada semua Sahabat yang mengikuti perang badar dengan 400 dinar. Dan jumlah mereka ketika itu 100 orang.[11]

Dia meninggal dunia pada tahun 32 H. Dia berumur 72 tahun dan dia dikubur di pemakaman baqi` dan `Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu ikut menyalatkannya.[12]

Demikian selintas kisah tentang seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat kaya, seorang konglomerat pada jamannya, namun amat sangat dermawan. Semoga menjadi tauladan bagi kita semua. Wallâhu a`lam

Referensi: 1. Ash-Shahâbah, Syaikh Shâlih bin Thaha `Abdul Wâhid, Maktabah al-Ghurabâ`, Dâr al-Atsariyah, cet. Ke-1 tahun 1427H 2. Al-Ishâbah fî Tamyîz ash-Shahâbah, Ibnu Hajar al-Asqalâni, tahqîq: Khalîl Makmûn Syîha, Dârul Makrifah, Beirut

3. Fadhâilush Shahâbah Lil Imâm Ahmad, Dâr Ibnul Jauzi cet. ke-2 tahun 1420 M

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

Sejak zaman nabi, perempuan memiliki peran penting dalam sejarah dunia, politik, hadist, hingga perdagangan. Kendati demikian, kisah para perempuan cerdas nan dermawan di zaman nabi masih kurang diketahui oleh khalayak luas. Inilah 5 kisah para perempuan tangguh untuk menjadi inspirasi sukses di dunia dan akhirat!

1. Khadijah binti Khuwailid 

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

Ialah Khadijah binti Khuwailid, seorang pedagang mahsyur yang terkenal karena kearifan dan kebijaksanannya. Perempuan kelahiran 555 M dan berdarah Quraisy adalah sosok mandiri, cerdas, dan dermawan. Para masyarakat Quraisy menyebut beliau sebagai tokoh masyarakat yang paling dihormati.

Ia merupakan istri pertama dan abadi dari Rasulullah SAW sekaligus pemeluk Islam pertama. Sebelum menjadi suami dan era kenabian, Muhammad merupakan rekan bisnis sang saudagar Khadijah.

Saat menjalankan bisnis, Rasulullah ditemani budak bernama Maisarah. Omzet selalu melambung saat Muhammad berdagang hingga membuat Maisarah takjub. Tak hanya itu, ia selalu berdagang dari hati yang terlihat dari sikap beliau yang jujur, ramah, santun, baik hati, dan terpercaya.

Setelah pulang, Maisarah bercerita tentang harinya hingga karakter Rasulullah. Dari A sampai Z membuat Khadijah terpikat pada tutur dan akhlak Muhammad. Ia tidak hanya memandang baginda sebagai rekan kerja, akan tetapi juga sebagai pribadi manusia.

Baca juga: Kisah Nabi Muhammad SAW dari Lahir Sampai Wafat

Singkat cerita, Rasulullah dan Khadijah menikah dengan mahar dua puluh unta muda. Saat itu, Khadijah berusia 40 tahun dan Rasulullah berumur 25 tahun. Dari pernikahan dan rumah tangga yang penuh kedamaian, lahirlah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Khadijah setia menemani perjuangan Rasulullah selama 25 tahun.  Khadijah adalah orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul beserta ajaran-Nya. Menjadi Nabi berarti harus siap dengan kesepian dan terpinggirkan karena tantangan yang ia hadapi untuk menuntun umat ke jalan yang benar.

Rasulullah merasa ringan bebannya karena di sampingnya ada pasangan pilihan Allah yang senantiasa memberikan dukungan materi, psikologis, dan kasih sayang untuk dakwahnya. Seperti, saat wahyu pertama turun tak disangka-sangka saat Rasulullah menyepi di Gua Hira.

Paman Khadijah, Waraqah bin Naufal memberi tahu keponakannya kalau suaminya sedang menghadapi risalah kenabian. Rasulullah minta tolong untuk diselimuti, lantas Khadijah dengan sigap menyelimutinya hingga hilang perasaan takutnya. Beliau menumpahkan semua keluh kesahnya hingga berkata,

“aku khawatir kepada diriku,” ujar Rasulullah.

Dukungannya terhadap dakwah Nabi Muhammad mendapatkan tempat spesial di hatinya. Saat 3 tahun masa kenabian, Khadijah meninggal dunia dan meninggalkan duka mendalam. Hati Nabi Muhammad mencelos hingga Allah menghiburnya dengan peristiwa Isra Miraj.

2. Aisyah binti Abu Bakar

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

Ini adalah kisah perempuan zaman nabi yang tak lekang oleh waktu dari Aisyah binti Abu Bakar. Setiap kali sahabat nabi dan perempuan berdiskusi dengan Aisyah, maka obrolannya mampu memperluas khazanah orang lain. Ingatannya kuat, peduli, dan kritis terhadap masalah sosial pada masanya.

Baca juga: Inilah 8 Fakta Sejarah Singkat Wakaf yang Jarang Diketahui

Aisyah berusia 18 tahun ketika Rasulullah meninggal dunia. Di sisi lain, mengutip dari Women and Islam: An Historical and Theological Enquiry (1991) oleh Fatima Mernissi, Aisyah pernah menjadi pemimpin pasukan pada Perang Jamal saat berusia 42 tahun. Meskipun begitu, ia merasa sedih karena peperangan tersebut memakan banyak korban dan perpecahan.

Perempuan yang memiliki julukan Al-Humairah tersebut adalah perawi hadits unggul. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk belajar dan mengajar hadits. Hingga akhir hayatnya, ia berkontribusi menyumbang 242 hadits sebagai pusaka pengetahuan umat Islam.

3. Hafsah binti Umar

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

Hafsah binti Umar adalah putri dari Umar bin Khattab. kisah perempuan zaman nabi yang satu ini populer berkat kepiawaian Hafsah menghafal dan menjaga Al Quran. Ia memiliki nama lengkap Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Naf’al bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Rajah bin Adi bin Luay. Ia lahir dan tumbuh dari suku Arab Adawiyah.

Sebelum Umar bin Khattab mengenal Islam, ia merasa malu ketika Hafshah lahir karena terdapat mitos saat Arab jahiliyah bahwa anak perempuan adalah aib. Setelah masuk Islam, Umar bangga kepada anaknya yang menjadi penghafal Al Quran.

Baca juga: Hukum Wakaf untuk Orang yang Telah Meninggal, Begini Hukumnya

Berkat kasih sayangnya, Hafshah binti Umar tumbuh menjadi sosok yang kuat seperti ayahnya. Selain itu, ia memiliki kepribadian yang baik dan ucapan yang tegas.

Kecakapan Hafsah dalam menghafal Al Quran diteliti oleh sejarawan, seperti Ruqayya Y. Khan dalam jurnalnya berjudul Did a Woman Edit the Qur’an? Hafsa’s Famed Codex. Khan menjelaskan bahwa Hafsah binti Umar kemungkinan menjadi perempuan pertama yang menyimpan ayat-ayat Al Quran dalam bentuk teks tertulis.

Hafsah belajar Al Quran serta cara menulis ayat yang baik dan benar dari Rasulullah SAW. Ia menjadi sosok yang istimewa karena satu-satunya penghafal yang menulis ayat di bawah pengawasan langsung Nabi Muhammad. Maka dari itu, ayahnya, Umar bin Khattab menyebut anaknya sebagai penghafal Al Quran karena ia sendiri mencari Hafshah ketika terdapat perbedaan tafsir Al Quran.

Melansir dari Medievalists.net, sampai saat ini, para penghafal Al Quran lebih banyak berfokus kepada laki-laki. Di sisi lain, beberapa sejawaran menunjukkan bahwa perempuan juga berperan penting dalam kebangkitan agama Islam di tanah Arab, seperti Hafshah binti Umar. Ia adalah perempuan terpelajar yang vokal menjaga ayat Al Quran sebelum ditulis ulang di era khalifah Utsman bin Affan.

4. Fatimah binti Muhammad

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

Inilah kisah Fatimah Az-Zahra, putri dari Siti Khadijah dan Nabi Muhammad, tentang kesederhanaan, tawaduk, wara, bersahaja, dan bersabar dalam kesulitan. Kehidupan yang keras sejak belia membuatnya menjadi pribadi yang tegar. Di awal kenabian Nabi Muhammad, ia dan keluarganya menerima perundungan dari kafir Quraisy. Lalu, ibunda Khadijah wafat di saat ia masih balita.

Baca juga: 6 Kisah Teladan Utsman bin Affan Sebagai Sosok Ideal

Meskipun ditempa dengan kenyataan, Rasulullah sebagai ayah membimbing Fatimah dengan cinta dan kasih sayang. Dengan begitu, Fatimah pun memiliki sifat bersahaja, dermawan, dan tidak pendendam. Ia pernah memberi sedekah kepada musafir berupa kalung hadiah pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib. Musafir tersebut telah kehabisan bekal makanan dan hartanya.

Fatimah memiliki julukan Az-Zahra yang artinya wajah yang bersinar. Karena ketaatannya yang ia praktikkan dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah menjanjikan Fatimah Az Zahra akan masuk surga.

“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (HR Muslim).

5. Nusaibah binti Ka’ab al-Mazneya

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran

Nusaibah, ialah ibunda yang dikenal sebagai tim medis di Perang Uhud. Ia adalah sang perisai Rasulullah yang berani dan sigap melindungi Rasulullah dari musuh di medan perang.

Sebagai tim medis, ia berkewajiban untuk memasok air dan mengobati pasukan muslim yang terluka. Saat para pemanah menembakkan anak panah dari atas bukit, Rasulullah kewalahan menangkis sendirian. Sekejap, Nusaibah dan lainnya membentuk pertahanan untuk melindungi beliau.

Baca juga: 5 Rumah Sakit di Dunia Berasal dari Wakaf, Yuk Lihat!

Meskipun ia mengalami luka-luka di sekujur tubuh, semangatnya terus membara. Keberaniannya membuat Rasulullah takjub hingga mendoakan ia dan anaknya, Abdullah, kelak menjadi sahabatnya di surga.

Selain Uhud, masih ada peperangan lain yang ia ikuti bersama suami dan putra-putranya, seperti Khaibar, Hunain, dan Yamamah.

Itulah kisah perempuan bersahaja di zaman nabi yang bisa menginspirasi Anda. Mari, dukung terus pemberdayaan yang progresif untuk kehidupan perempuan yang lebih baik dengan patungan wakaf untuk Ibu. Wah, apa itu?

Ibu, kedudukannya mulia nan penuh kasih sayang

Menjadi ibu tidaklah mudah. Proses mengandung, melahirkan, hingga menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya seringkali menguras emosi, tenaga, dan waktu karena menjadi ibu merupakan tugas seumur hidup. Saking susahnya menjadi ibu, Rasulullah menyebutnya berkali-kali untuk memuliakan dan memprioritaskan ibu.

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

Artinya: “wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Multitasking seorang perempuan saat menjadi ibu mendapatkan kedudukan mulia, hingga disebut sebanyak 3 kali oleh Rasulullah. Kisah inspiratif seperti Siti Khadijah hingga Nusaibah menjadi panutan untuk perempuan muslim dalam menyeimbangkan tugas rumah dan di luar urusan rumah tangga.

Baca juga: Asal Usul Masjid Nabawi sebagai Wakaf Pertama Rasulullah

Meskipun begitu, seringkali multitasking yang dilakukan ibu untuk membesarkan anak dan mengurus keluarga membuat dirinya terlampau lelah. Saat kelelahan, sudah seharusnya keluarga menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk melepas penat, keluhan, dan gundah pada diri ibu.

Saling menolong, bersikap pengertian, serta berempati dapat meringankan hati ibu. Aksi baik dan nyata dari anak dan keluarga dapat membuat ibu senang.

Kadomu bahagiakan ibu

Sahabat, sudahkah Anda tahu apa love language ibumu? Mengenal love language seseorang dapat meningkatkan komunikasi dari hati ke hati, loh! Salah satu jenisnya dengan memberikan kado terbaik kepada sosok yang Anda cintai.

Ibu senantiasa membahagiakan anak dan keluarganya, kini giliranmu sebagai harapan ibu untuk membuatnya senang. Caranya dengan memberikan kado wakaf untuk ibu.

Kadomu mungkin tidak akan bisa menggantikan semua usaha ibumu selama ini, namun selalu ada cara mudah untuk membahagiakan orang terkasih seperti kisah di bawah ini.

Wakaf yang diatasnamakan ibumu, kemanfaatan wakaf tersebut InsyaAllah akan mengalirkan pahala terus menerus kepada ibu. Jangan tunda kado terbaik darimu, selagi mereka masih ada. Yuk, sahabat sama-sama kita hadiahkan kado terbaik untuk ibu dengan klik wakaf sekarang di sini atau di banner bawah, ya! (SH)

Carilah salah satu cerita atau kisah tentang sosok yang dermawan di dalam Alquran