Kaidah Kebahasaan Teks Drama
Di dalam teks drama hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Sehingga dalam drama terdapat kalimat langsung yang lazimnya diapit oleh dua tanda petik (“....”). Guru : “Kenapa kamu datang terlambat?” Murid : “Bangun kesiangan Bu!” Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Lain halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Kata-kata ganti yang dimaksud adalah saya, kami, kita, Anda. Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara, misalnya: Pak, Bu, Non, Nak, Bung dan lain-lain. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama juga tidak lepas dari munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti: kok, sih, dong, santuy dan lain-lain. 5. Kalimat Seru, Suruhan, dan Pertanyaan Perhatikan contoh berikut: - Wah...Kerudungmu bagus sekali! (Kalimat seru) - Besok, tolong aku belikan kerudung seperti itu ya! (Kalimat perintah/ suruhan) - Kerudungnya kamu beli di mana? (Kalimat pertanyaan) Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian. 7. Kata Kerja Peristiwa yang Terjadi/ Kata Kerja Aksi Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, menharapkan, mendambakan, mengalami. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat. Ingat, untuk membuktikan sebuah kata termasuk kata sifat atau bukan, kalian tinggal merangkaikan kata tersebut dengan kata paling, sangat, dan sekali. Selain itu, kalian bisa menambahkan dengan imbuhan se-nya. Contoh: paling baik, baik sekali, sebaik-baiknya. Petunjuk: Bacalah teks drama berikut dengan saksama. Lalu cermatilah kaidah kebahasaan yang ada pada teks drama tersebut dengan format kaidah kebahasaan dan kutipan teksnya. (Cat: Setiap kaidah, satu kutipan teks) Sekolah Yayasan Putra Bangsa di Betawi, pada pagi hari. (Guru tengah meluapkan kemarahan kepada murid-muridnya. Memukul bel berkali-kali dan baru berhenti ketika murid-murid sudah berkumpul semua. Dia menatap muridnya satu demi satu) Guru : Siapa di antara kalian yang kencing sambil berdiri? Murid-murid : (Semua mengacungkan tangan kecuali Kabayan) Guru : Sejak kapan kalian kencing sambil berdiri? Murid-murid : Sejak kami kecil, Guru. Guru : Itu menyalahi peraturan. Apa bunyi peraturan tentang kencing? Murid I : Seingat saya, sekolah kita tidak pernah membuat peraturan tentang kencing Guru. Yang ada hanya peraturan yang bunyinya: Jaga Kebersihan. Guru : (Membentak) Jaga Kebersihan! Jaga Kebersihan! Bunyi peraturan itu bisa berlaku untuk segala perkara, termasuk perkara kencing dan berak. Paham? Murid-murid : (Ketakutan) Paham, Guru. Guru : Tapi coba lihat sekarang di tembok WC dan kamar mandi. Hitamnya, kotornya. Bagaimana cara kalian menjaga kebersihan? Dengan cara mengotorinya? Itu akibat kalian kencing sambil berdiri. Kabayan : (Mengacungkan tangan) Guru : Ada apa Kabayan? Mau bertanya apa? Guru : Kamu satu-satunya yang tadi tidak tergolong kepada para kencing berdiriwan ini. Apa kamu kencing sambil jongkok? Atau sambil tiduran? Kabayan : (Menahan senyum) Maaf, Guru. Saya kencing sambil jongkok sejak saya kecil. Sudah kebiasaan. Kencing sambil berdiri, bukan saja menyalahi peraturan sekolah kita, tapi juga melanggar semboyan sekolah kita yang bunyinya: “Jongkoklah Waktu Buang Air Kecil dan Besar, supaya Kotoran Tidak akan Berceceran”. Guru : Itulah yang ingin kuutarakan pagi ini. Otakmu encer sekali, Kabayan, dan sungguh tahu aturan. Kamu betul-betul kutu buku. Apa lagi kalimat-kalimat dalam kitab yang kamu baca perihal kencing? Katakan, biar kawan-kawanmu yang bebal ini mendengar. Kabayan : (Berlagak menghafal) “Yang keluar saat buang air kecil harus air. Kalau darah, itu pertanda kita sakit. Segeralah ke dokter”. Guru : Bagus. Apa lagi? Apa lagi? Kabayan : ”Terlalu sering kencing, beser namanya. Susah kencing, mungkin kena sakit kencing batu. Segeralah berobat. Jangan punya hobi menahan kencing. Sebab kencing alamiah sifatnya. Dan harus dikeluarkan.” Kabayan “Dengan kata lain, semua kotoran harus segera dibuang”. Guru : Bagus, bagus. Sejak saat ini, dengar bunyi peraturan dari dalam semboyansemboyan sekolah kita dan patuhi! Kalian yang melanggar akan aku suruh hukum pukul tongkat tujuh kali. Hafalkan peraturannya, terutama mengenai kencing sambil jongkok itu tadi. Sekarang, kalian aku hukum membersihkan WC dan kamar mandi. Semuanya kecuali Kabayan! Murid-murid : Kami patuh, Guru. Guru : Sekian pelajaran tentang kencing. Hukuman harus segera dilaksanakan sekarang juga! (Pergi) (Musik terdengar, Masuk dalang, omong sama penonton) (Sumber Buku: Suherli, dkk. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK. Jakarta: Kemendikbud.)
Coggle requires JavaScript to display documents.
CIRI
KEBAHASAAN TEKS DRAMA
Drama merupakan karya fksi yang
dinyatakan dalam bentuk dialog. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang tersaji
di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.
Ada kalimat-kalimat tidak langsung ada pula
bagian prolog dan epilognya. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Berikut contoh-contohnya. • Ah, ya! • Ampun seribu ampun! • Bagus! Bagus! • Atas dasar kekuatan! • Jangan khawatir Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan. • Sri .... Ratu Dara? • Bagaimanakah keadaan mereka? Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut. 1] Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu [konjungsi kronologis]. Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian. 2] Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat. 3] Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami 4] Menggunakan kata-kata sifat [descriptive language] untuk menggabarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Posted in PEMBELAJARAN on February 16, 2018 by MuhZuhri | Leave a commentSalah satu ciri kebahasaan novel sejarah adalah menggunakan kata kerja mental [menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan]. Kalimat-kalimat berikut yang menggunakan kata kerja mental adalah?
Jawaban: E. Gajah mada mengharapkan semua anak buahnya setia kepadanya. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, salah satu ciri kebahasaan novel sejarah adalah menggunakan kata kerja mental [menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan]. kalimat-kalimat berikut yang menggunakan kata kerja mental adalah gajah mada mengharapkan semua anak buahnya setia kepadanya.. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Sejarah adalah ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa yang merupakan realitas dari masa lalu. Pernyataan tersebut merupakan pengertian sejarah menurut? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap. Video yang berhubungan
CIRI
KEBAHASAAN TEKS DRAMA
Drama merupakan karya fksi yang
dinyatakan dalam bentuk dialog. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang tersaji
di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.
Ada kalimat-kalimat tidak langsung ada pula
bagian prolog dan epilognya. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Berikut contoh-contohnya. • Ah, ya! • Ampun seribu ampun! • Bagus! Bagus! • Atas dasar kekuatan! • Jangan khawatir Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan. • Sri .... Ratu Dara? • Bagaimanakah keadaan mereka? Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut. 1] Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu [konjungsi kronologis]. Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian. 2] Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat. 3] Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami 4] Menggunakan kata-kata sifat [descriptive language] untuk menggabarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Posted in PEMBELAJARAN on February 16, 2018 by MuhZuhri | Leave a comment |