Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Debat merupakan kegiatan pertentagan dar sebuah topik argumentasi. (Pexels/WernerPfennig)

adjar.id – Apakah Adjarian pernah membuat teks untuk debat?

Debat merupakan kegiatan pertentangan dari sebuah topik argumentasi. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali hal yang memicu perdebatan, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

O iya, sebenarnya, debat tidak hanya asal beradu pendapat saja, lo. 

Di dalam melakukan perdebatan, kita tidak boleh berbicara dengan asal, setiap mengajukan pendapat kita dianjurkan untuk menyertai data dan menunggu kesempatan untuk berbicara.

Debat bertujuan untuk mengeksplorasi argumentasi pada setiap sudut pandang, supaya mampu dipahami secara persuasif.

Terdapat delapan unsur debat, yaitu mosi atau topik penyataan, definisi atau pembatasan topik, argumentasi, sanggahan, moderator, tim afirmasi atau pihak yang setuju, dan tim oposisi atau pihak yang mengelak, dan tim netral.

O iya, materi debat ini dipelajari dalam mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas 10 SMA, lo.

Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan coba membuat satu teks debat dengan mosi atau topik pembelajaran tatap muka. Yuk, simak bersama!

“Dalam berdebat, pernyataan harus diungkapkan secara logis dan didukung data, tidak boleh berbicara dengan semena-mena, dan menunggu giliran berbicara.”

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Debat, Jenis, dan Ciri-Ciri Debat Bahasa Indonesia


Page 2

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Debat merupakan kegiatan pertentagan dar sebuah topik argumentasi. (Pexels/WernerPfennig)

Contoh Teks Debat dengan Mosi atau Topik Pembelajaran Tatap Muka

Mosi= Penetapan Pembelajaran Tatap Muka Moderator= Ketetapan pemerintah sudah tersebar di mana-mana mengenai penerapan pembelajaran tatap muka lagi sekolah telah mengejutkan banyak pihak terutama orang tua siswa. Ada yang mendukung dan menanggapi secara positif, dan ada juga komentar negatif yang menolak.

Hal tersebut tentunya membuat kita berpikir, apakah di saat masih adanya pandemi seperti ini, apakah sudah tepat menerapkan pembelajaran tatap muka untuk semua tingkat pendidikan? Tim Afirmasi= Kami sebagai pihak yang afirmasi yang menyetujui keputusan pemerintah mengenai penerapan pembelajaran tatap muka di sekolah beranggapan bahwa hal tersebut dinilai sebagai hal yang baik.

Adanya penerapan pembelajaran tatap muka dirasa mampu membuat siswa-siswa belajar secara optimal, tentu dengan diawasi langsung oleh guru pembimbing mata pelajarannya.

Hanya belajar dari rumah cenderung membuat siswa menjadi lebih malas dan sering bermain ponsel.

Pembelajaran dari rumah juga dirasa tidak efektif karena banyaknya siswa yang kurang memahami penjelasan guru dan mengandalkan internet.

Baca Juga: Contoh Teks Laporan Hasil Observasi dengan Tema Tumbuhan

Dengan diadakannya lagi pembelajaran tatap muka, kami yakin akan mengembalikan efektivitas kegiatan belajar mengajat, tentunya dengan pengawasan guru. Lagipula, 80% siswa sudah divaksin secara penuh. Tim Oposisi= Menurut tim kami sebagai tim oposisi yang menolak ketetapan tersebut, penerapan pembelajaran tatap muka perlu dipikirkan secara matang.

Memang saat ini 80% siswa sudah divaksin, tetapi anak-anak khususnya jenjang SD dan SMP belum bisa mengontrol diri untuk menjaga jarak dengan teman.

Apalagi jika ada jam pelajaran kosong, jam istirahat, dan pulang sekolah, kegiatan siswa sudah di luar kendali guru.


Page 3

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Debat merupakan kegiatan pertentagan dar sebuah topik argumentasi. (Pexels/WernerPfennig)

Hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan peningkatan penularan COVID-19, terlebih pada siswa yang memiliki penyakit komorbid bawaan.

Ditambah lagi, saat ini angka kasus baru COVID-19 sedang sangat meningkat akibat adanya varian omicron. Tim Netral= Siswa memang masih sangat butuh bimbingan dari pihak sekolah maupun keluarga. Ilmu yang dipelajari di sekolahan memang menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan bagi siswa.

Pembelajaran di sekolah memang sangat dibutuhkan karena lebih efektif dan mengajarkan banyak nilai moral bagi siswa.

Namun, saat ini kasus COVID-19 sedang meningkat, bahkan mencapai angka puluhan ribu per harinya.

Baca Juga: Contoh Teks Autobiografi tentang Diri Sendiri

Meskipun 80% siswa sudah divaksin, kita tetap perlu hati-hati sekali, terutama bagi siswa SD dan SMP.

Kesimpulan= Berdasarkan argumen yang telah dikemukakan oleh tim afirmasi, tim posisi, dan tim netral, kesimpulan yang bisa kita ambil dari penerapan pembelajaran tatap muka untuk semua tingkat pendidikan bisa mengoptimalkan belajar siswa.

Akan tetapi, perlu dipertimbangkan kembali jenjang pendidikannya. Untuk tingkat Pendidikan SD dan SMP, bisa diterapkan secara bergantian 50:50.

Sementara untuk jenjang SMA dan perguruan tinggi bisa diterapkan 30:70, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Perlu diadakan evaluasi setiap dua minggu sekali.

"Unsur-unsur debat terdiri dari  mosi atau topik penyataan, definisi atau pembatasan topik, argumentasi, sanggahan, moderator, tim afirmasi atau pihak yang setuju, dan tim oposisi atau pihak yang mengelak, dan tim netral."

Nah Adjarian, itulah contoh teks debat dengan mosi atau topik pembelajaran tatap muka yang wajib kita ketahui dan pelajari, ya. 

Sekarang, yuk, coba kerjakan soal berikut ini!

Pertanyaan
Buatlah teks debat lengkap dengan kedelapan unsurnya!
Petunjuk: Cek halaman 1-3.

Tonton video ini, yuk!

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka
Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Sumber gambar, ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

Keterangan gambar,

Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (30/08).

Pembelajaran tatap muka (PTM) menimbulkan semangat di kalangan orang tua dan pihak sekolah yang lelah dengan metode daring, tapi di sisi lain keputusan itu menimbulkan kekhawatiran epidemiolog khususnya dalam potensi menciptakan klaster Covid-19 di sekolah.

Beberapa daerah mengelar pembelajaran tatap muka (PTM) mulai Senin, (30/08) setelah mendapat izin dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Kemendikbud Ristek mengizinkan 63% satuan pendidikan yang berada di daerah PPKM level 1,2,3 memulai PTM secara terbatas.

Orang tua dan pihak sekolah menyambut baik keputusan tersebut karena berdampak positif bagi tumbuh kembang anak.

Sebaliknya, epidemiolog dan relawan LaporCovid-19 menilai, PTM berpotensi akan kembali meningkatkan kasus virus corona yang kini tengah ditekan penyebarannya, bahkan berpotensi memunculkan klaster sekolah.

Berdasarkan data Lapor Covid-19 tentang pembelajaran dan aktivitas tatap muka di sekolah dari Januari-Agustus 2021, terdapat 129 laporan warga.

Pada Juli lalu, terdapat 29 laporan yang mayoritas adalah pelanggaran protokol kesehatan, dan 17% dari laporan itu menciptakan klaster Covid-19 di sekolah.

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka
Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Sumber gambar, Halbert Chaniago

Keterangan gambar,

Puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, mengelar pembelajaran tatap muka, Senin, (30/08).

Puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, mengelar PTM Senin, (30/08).

Mereka belajar dari jam 7:30 hingga 12:00 WIB.

Saat pulang sekolah, beberapa siswa terlihat sedang bermain di lingkungan sekolah, ada yang dijemput orang tua, dan ada juga yang pulang sendiri.

Di antara mereka, ada yang terlihat menurunkan masker di dagu.

Seorang siswa ditanya menyatakan senang karena dapat kembali ke sekolah.

"Saya lebih memilih sekolah tatap muka dibanding daring, karena lebih bisa memahami pelajaran yang dijelaskan oleh guru," katanya kepada wartawan Halbert Chaniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Senada, orang tua salah satu siswa, Ali Umar yang ditemui saat menjemput anaknya menyambut baik PTM.

Ali mengatakan tidak khawatir dengan potensi anaknya dapat tertular Covid-19 ketika bersekolah.

"Keuntungannya bisa belajar lagi bersama-sama, kalau di rumah kan tidak, tidak bagus. Covid berbahaya, cuma tidak mematikan karena banyak yang sembuh dari pada meninggalnya," tambahnya.

Ali mengatakan ia dan anaknya hingga kini tidak divaksin. "Tidak (mau divaksin), saya melihat yang sudah-sudah, lebih banyak bahaya (vaksin) dari pada sehatnya," kata Ali.

Kepala Sekolah SMP N 3 Batang Anai, Hayatussaadah mengatakan, pelaksanaan PTM pertama berjalan lancar dan mematuhi protokol kesehatan mulai dari jumlah siswa 50%, ruangan disemprot disinfektan usai pembelajaran, hingga penggunaan masker.

Hayatussaadah mengatakan, berdasarkan pendataan sekolah, terdapat sekitar 80 siswa yang bermasalah ketika melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai dari tidak mengerjakan tugas hingga tidak menghadiri kelas daring.

Di sisi lain, data sekolah juga menunjukan, sekitar 60% anak dan orang tua di SMP Batang Anai itu tidak mau divaksin dengan alasan beragam, sementara 99% guru telah mendapatkan vaksin.

Terkait dengan keengganan tersebut, Jubir Satgas Covid-19 Sumatera Barat, Jasman Rizal mengatakan, vaksinasi tidak bisa dipaksakan.

"Tapi kami terus edukasi dan sosialisasi, semoga mereka mau (divaksin). Kami akan melibatkan semua pihak, dan tokoh masyarakat. Dengan vaksin, jika terpapar maka tidak terlalu berat," kata Jasman.

Saat dikonfirmasi, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemkes RI Siti Nadia Tarmizi menegaskan, vaksinasi memberikan perlindungan kepada diri sendiri dan orang sekitar dari bahaya Covid-19.

"Kita terus meminta pemuka agama dan tokoh agama setempat untuk mendorong vaksinasi," kata Nadia.

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka
Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Sumber gambar, Antara Foto

Keterangan gambar,

Sejumlah murid mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) di Sekolah Dasar Negeri-1 Lhokseumawe, Aceh, Jumat (3/6/2021).

Pembelajaran tatap muka adalah pilihan terbaik dari opsi-opsi buruk lain yang tersedia, kata Ketua PGRI Jawa Tengah Muhdi.

Terdapat beberapa manfaat di tengah adanya potensi paparan Covid-19 saat murid datang ke sekolah.

Pertama, membangkitkan psikologis dan karakter anak yang telah jenuh karena satu setengah tahun melaksanakan PJJ.

"Anak itu tidak hanya kompeten, cerdas, terampil, tapi juga harus memiliki karakter unggul yang dibentuk di sekolah," kata Muhdi kepada Margi Ernawati yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Kedua, meningkatkan kemampuan pendidikan anak yang selama PJJ rata-rata hanya menyerap 50% dari materi pendidikan.

"Bahkan ada anak yang sama sekali tidak memperoleh dan menyerap pelajaran dengan baik," katanya.

Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Kota Semarang, Jawa Tengah, yang melaksanakan PTM Senin (30/08), Wiji Eny Ngudi Rahayu mengatakan, selama PJJ anak terlihat menjadi malas belajar, tidak disiplin, banyak bermain, dan kurang bersosialisasi.

"Dengan PTM, kemampuan sosial jadi hidup, bertemu teman, bersosialisasi dengan guru. Sedangkan di rumah jadi bosan hingga akhirnya tergantung sama gadget," kata Eny.

"Selain itu, kalau PJJ banyak kendala, dari jaringan internet, kuota, dan kadang kamera dimatikan, kan kita tidak tahu apakah anak mendengarkan atau tidak. Kalau PTM kan semua terpantau," kata Eny.

Keterangan gambar,

Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 bagi pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Taman Sekartaji, Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (16/8/2021).

Namun, lembaga pemantau LaporCovid-19 memandang PTM belum tepat dilaksanakan saat ini. Salah satu alasannya karena tingkat vaksinasi anak sekolah masih rendah.

"Kita baru 10%, data 29 Agustus kemarin, anak 12-17 tahun yang divaksin. Di tambah, PTM berbahaya karena berpotensi meningkatkan klaster Covid-19 yang sudah sekuat tenaga ditekan pemerintah, kita belum siap," kata relawan dari LaporCovid-19, Diah Dwi Putri.

Diah mencontohkan, sepanjang Januari hingga Agustus 2021, terdapat 129 laporan warga tentang pembelajaran dan aktivitas tatap muka di sekolah.

Pada bulan Juli 2021, terdapat 29 laporan yang 52% adalah bentuk pelanggaran protokol kesehatan dan 17% dari laporan itu menimbulkan klaster Covid-19.

Kemudian Agustus, terdapat 34 laporan di mana tiga menimbulkan klaster Covid-19.

Diah mengatakan, pemerintah dapat melakukan PTM ketika positivity rate berada di bawah 5% dan meningkatkan vaksinasi anak sekolah.

"Sambil menunggu itu, sekolah mempersiapkan PJJ yang kreatif dan efektif. Banyak cara kok untuk itu. Ini cara yang lebih aman untuk pendidikan dan juga kesehatan," katanya.

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka
Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Sumber gambar, ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

Keterangan gambar,

Siswa berpamitan kepada gurunya seusai pembelajaran tatap muka di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (30/08).

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko menilai, cara pemerintah menentukan daerah yang bisa melaksanakan PTM berdasarkan level PPKM adalah tidak tepat.

"Jadi salah jika indikator masuk sekolah itu karena level-level PPKM, itukan untuk mengukur transmisi. Yang benar itu harusnya positivity rate, di bawah 5%, yang tingkat penyebaran dan resikonya telah kecil," kata Yunis.

Level dalam PPKM ditentukan berdasarkan jumlah transmisi suatu wilayah yang dibagi dengan tingkat kapasitas respons yang dimiliki.

Contoh, level 1 menunjukan angka kasus konfirmasi positif kurang dari 20 orang per 100 ribu penduduk. Level 2 yaitu 50 orang, level 3 adalah 50-100 orang dan level 4 lebih dari 150 orang per 100 ribu penduduk.

Sementara positivity rate adalah perbandingan jumlah kasus positif dengan jumlah tes yang dilakukan.

Pada awal Agustus, positivity rate Indonesia sebesar 25% (dari 100 orang yang dites, 25 orang terinfeksi) yang menurun hingga 8% kemarin.

"Jangan sembarangan masuk (sekolah) saja, dengan menggunakan indikator yang tidak tepat, demi kepuasan orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya."

"Kalau terjadi peningkatan lagi, varian delta, siapa yang bertanggung jawab? Kalau berani lari, banyak, tapi berani tanggu jawab tidak ada," katanya.

Saat dikonfirmasi, Ketua Tim Pakar sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, level PPKM telah memasukkan beragam unsur pertimbangan secara komperhensif dari aspek indikator epidemiologis hingga kapasitas respons daerah.

"Khusus terkait indikator yang lebih detil layaknya potensi klaster kasus dan syarat vaksinasi di area sekolah telah dimasukkan ke dalam unsur teknis operasional PTM untuk dijadikan pedoman bagi sekolah juga Satgas yang dibentuk di dalamnya agar berhat-hati," kata Wiku.

Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka
Contoh teks Eksplanasi tentang sekolah tatap muka

Sumber gambar, ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

Keterangan gambar,

Sejumlah siswa mengikuti pembelajaran tatap muka di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (30/08).

Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Hendarman mengatakan, keputusan pembukaan PTM menjadi kewenangan daerah yang berkonsultasi dengan Satgas Covid di masing-masing daerah.

"Karena mereka mengetahui kondisi kesiapan, dan daerah yang mendorong pelaksanaan vaksinasi baik kepada guru dan tenaga pendidik maupun siswa-siswanya," kata Hendarman.

"Apabila terjadi penularan maka sudah diatur juga dalam SKB 4 Menteri yang diikuti oleh daerah yaitu melakukan mitigasi baik testing maupun tracing, dan diikuti dengan penutupan sekolah sementara apabila ditemukan korban terpapar positif," katanya.

Hendarman menegaskan, orang tua mempunyai kewenangan untuk tidak mengirimkan anaknya ke sekolah.

"Ke depan diharapkan PTM dapat lebih banyak lagi dibuka," katanya.

Berdasarkan data Satgas Covid hingga 22 Agustus 2021, terdapat 31% dari 261.040 satuan pendidikan yang berada pada daerah dengan PPKM Level 1,2 dan 3 telah menyelenggarakan PTM secara terbatas.

Mendikbud Ristek Nadiem Makarim dalam rapat kerja di Komisi X DPR, Senin (23/08) menyampaikan, 63% sekolah di Indonesia yang berada di PPKM level 1,2,3 bisa melaksanakan PTM.

Konten tidak tersedia

  • {{promo.headlines.shortHeadline}}