Dalam surah al-ma'un menjelaskan tentang orang yang

QS Al-Ma'un: Celakalah Rakyat yg Sholat tanpa Makna/Amal
(kontrol di Google)

QS Al-Maa'uun (Al-Ma'un) [107] ayat 1 s/d 7 sbb :
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?2. Itulah rakyat yang menghardik anak yatim,3. dan tidak menganjurkan memberi makan rakyat miskin.

4. Karenanya kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,


5. (yaitu) orang-orang yang alpa dari shalatnya,6. orang-orang yang berbuat riya,

7. dan enggan (menolong dengan) barang berharga.

Hadir 2 pendapat dalam mengartikan "lalai dari sholatnya".

Pendapat ke 1.

Beberapa ulama serta beberapa tafsir/terjemahan Al-Quran (misalkan Syaamil Al-Quran), mengartikan "lalai dari sholatnya" yaitu tidak memberi harga serta melupakan pelaksanaan dan waktu2 sholat, seperti sholat di kesudahan waktu, atau terlambat sholat, dsb-nya.

Pendapat ke 2.

Pendapat ke 2 ini diantaranya oleh K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Prof Dr Dawam Rahardjo, Dr. Nurcholish Madjid, dsb-nya, dan beberapa tafsir/terjemahan Al-Quran (misalkan Yassarnal-Quran).

Maksud "LALAI" dari sholatnya, dalam Al-quran, rakyat tersebut menjalankan dan mengerjakan shalat, namun ternyata dia melupakan pesan-pesan, makna dan tujuan yang dikandung dalam amalan shalatnya, diantaranya enggan/tidak menolong orang2 fakir mikin, serta berbuat riya.

Meniru beliau2 itu, bahwa pengertian akap "LALAI", tidak menunjuk untuk rakyat yang di luar ingatan atau tidak menerapkan shalat karena alasan tertidur, kesibukan kerja, dalam perjalanan, dan menjadinya (seperti pendapat ke 1). Jikalau kealpaan yang demikian JUSTRU DIMAAFKAN, banyak ayat yang menyebut demikian.


Dalam ayat tsb, bukan rakyat yang di luar ingatan sholat, dsb-nya. Tetapi justru untuk rakyat yang menerapkan sholat, namun alpa terhadap pesan, makna, dan tujuan sholatnya, karenanya sesuai Al-Quran, "Celakalah rakyat tsb". Terlebih lagi bila sholatnya karena riya. Jadi rakyat akan celaka bila menerapkan sholat hanya menjadi pemenuhan formalitas saja, dan tidak memberikan faedah bagi rakyat lain (khususnya rakyat yang menderita).

Dalam Surah Al-Ma'un juga ditegaskan bahwa sesungguhnya iman seseorang yang tidak dituruti kepedulian pada nasib dan penderitaan rakyat lain (khususnya fakir-miskin dan yatim piatu) karenanya itu yaitu iman yang palsu (orang yang mendustakan agama).

Itulah karenanya, Surah Al-Ma'un sering disebut-sebut para ulama menjadi surah yang menentang wujud kesalehan resmi (formal piety), karena mengejar kesalehan pribadi. Namun tidak dibarengi dan dituruti kesalehan sosial (komitmen sosial atau amal saleh).

Pemimpin Majelis Tablig PP Muhammadiyah Dr. Abdul Munir Mulkhan menyebut, kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial yaitu amalan yang salah dalam praktik agama, begitu juga sebaliknya. "Agama bukan hanya untuk saya (individual), namun juga untuk masyarakat. Keduanya saling melengkapi, satu paket terpadu."

Kecenderungan rakyat bertambah suka kesalehan ritual (individual) daripada kesalehan sosial, meniru Beliau, terlihat pada seringnya rakyat naik haji, bangga lagi. Haji, akapnya, sah-sah saja diterapkan berulangkali, tetapi apakah hal itu tidak kontras dengan kondisi sosial yang hadir, sementara banyak umat yang bertambah membutuhkan bantuan. "Perintah haji hanya sekali seumur hidup bagi yang bisa, selebihnya yaitu sunnah."

Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Dawam Rahardjo menyebut, tak berimbangnya kesalehan sosial dan kesalehan ritual dalam masyarakat bertambah disebabkan pada kesalahan sistem peringatan sejarah nasional agama. "Selama ini, peringatan sejarah nasional agama bertambah ditekankan untuk nilai-nilai ritual mahdlah, seperti shalat, haji, dan puasa, sementara aspek pendidikan etika sosial sama sekali tidak diajarkan."

Mengutip Pemimpin MUI Jatim Dr. Muhamad Roem Rawi MA, rakyat Islam yang amal ibadah individualnya baik, namun tidak dituruti ibadah terhadap sesama yang bersifat sosial, karenanya dia termasuk katagori mereka yang mendustakan agama. "Ini disebutkan secara tegas di suratan Al-Ma'un. Mereka yang tekun ibadah namun tidak peduli dengan anak yatim dan orang-orang miskin termasuk kaum pendusta agama."

Bagaimana pendapat Anda terhadap Surah Al-Ma'un tsb?


Ditulis oleh Ahmad Waktu Hariadi
Cirebon, 2 Maret 2009  Jam 12:40:06

Page 2

QS Al-Ma'un: Celakalah Rakyat yg Sholat tanpa Makna/Amal
(kontrol di Google)

QS Al-Maa'uun (Al-Ma'un) [107] ayat 1 s/d 7 sbb :
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?2. Itulah rakyat yang menghardik anak yatim,3. dan tidak menganjurkan memberi makan rakyat miskin.

4. Karenanya kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,


5. (yaitu) orang-orang yang alpa dari shalatnya,6. orang-orang yang berbuat riya,

7. dan enggan (menolong dengan) barang berharga.

Hadir 2 pendapat dalam mengartikan "lalai dari sholatnya".

Pendapat ke 1.

Beberapa ulama serta beberapa tafsir/terjemahan Al-Quran (misalkan Syaamil Al-Quran), mengartikan "lalai dari sholatnya" yaitu tidak memberi harga serta melupakan pelaksanaan dan waktu2 sholat, seperti sholat di kesudahan waktu, atau terlambat sholat, dsb-nya.

Pendapat ke 2.

Pendapat ke 2 ini diantaranya oleh K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Prof Dr Dawam Rahardjo, Dr. Nurcholish Madjid, dsb-nya, dan beberapa tafsir/terjemahan Al-Quran (misalkan Yassarnal-Quran).

Maksud "LALAI" dari sholatnya, dalam Al-quran, rakyat tersebut menjalankan dan mengerjakan shalat, namun ternyata dia melupakan pesan-pesan, makna dan tujuan yang dikandung dalam amalan shalatnya, diantaranya enggan/tidak membantu orang2 fakir mikin, serta berbuat riya.

Meniru beliau2 itu, bahwa pengertian akap "LALAI", tidak menunjuk untuk rakyat yang di luar ingatan atau tidak menerapkan shalat karena alasan tertidur, kesibukan kerja, dalam perjalanan, dan menjadinya (seperti pendapat ke 1). Jikalau kealpaan yang demikian JUSTRU DIMAAFKAN, banyak ayat yang menyebut demikian.


Dalam ayat tsb, bukan rakyat yang di luar ingatan sholat, dsb-nya. Tetapi justru untuk rakyat yang menerapkan sholat, namun alpa terhadap pesan, makna, dan tujuan sholatnya, karenanya sesuai Al-Quran, "Celakalah rakyat tsb". Terlebih lagi bila sholatnya karena riya. Jadi rakyat akan celaka bila menerapkan sholat hanya menjadi pemenuhan formalitas saja, dan tidak memberikan faedah bagi rakyat lain (khususnya rakyat yang menderita).

Dalam Surah Al-Ma'un juga ditegaskan bahwa sesungguhnya iman seseorang yang tidak dituruti kepedulian pada nasib dan penderitaan rakyat lain (khususnya fakir-miskin dan yatim piatu) karenanya itu yaitu iman yang palsu (orang yang mendustakan agama).

Itulah karenanya, Surah Al-Ma'un sering disebut-sebut para ulama menjadi surah yang menentang wujud kesalehan resmi (formal piety), karena mengejar kesalehan pribadi. Namun tidak dibarengi dan dituruti kesalehan sosial (komitmen sosial atau amal saleh).

Pemimpin Majelis Tablig PP Muhammadiyah Dr. Abdul Munir Mulkhan menyebut, kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial yaitu amalan yang salah dalam praktik agama, begitu juga sebaliknya. "Agama bukan hanya untuk saya (individual), namun juga untuk masyarakat. Keduanya saling melengkapi, satu paket terpadu."

Kecenderungan rakyat bertambah suka kesalehan ritual (individual) daripada kesalehan sosial, meniru Beliau, terlihat pada seringnya rakyat naik haji, bangga lagi. Haji, akapnya, sah-sah saja diterapkan berulangkali, tetapi apakah hal itu tidak kontras dengan kondisi sosial yang hadir, sementara banyak umat yang bertambah membutuhkan bantuan. "Perintah haji hanya sekali seumur hidup bagi yang bisa, selebihnya yaitu sunnah."

Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Dawam Rahardjo menyebut, tak berimbangnya kesalehan sosial dan kesalehan ritual dalam masyarakat bertambah disebabkan pada kesalahan sistem peringatan sejarah nasional agama. "Selama ini, peringatan sejarah nasional agama bertambah ditekankan untuk nilai-nilai ritual mahdlah, seperti shalat, haji, dan puasa, sementara aspek pendidikan etika sosial sama sekali tidak diajarkan."

Mengutip Pemimpin MUI Jatim Dr. Muhamad Roem Rawi MA, rakyat Islam yang amal ibadah individualnya baik, namun tidak dituruti ibadah terhadap sesama yang bersifat sosial, karenanya dia termasuk katagori mereka yang mendustakan agama. "Ini disebutkan secara tegas di suratan Al-Ma'un. Mereka yang tekun ibadah namun tidak peduli dengan anak yatim dan orang-orang miskin termasuk kaum pendusta agama."

Bagaimana pendapat Anda terhadap Surah Al-Ma'un tsb?


Ditulis oleh Ahmad Waktu Hariadi
Cirebon, 2 Maret 2009  Jam 12:40:06

Page 3

QS Al-Maa'uun (Al-Ma'un) [107] ayat 1 s/d 7 sbb :
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,


5. (yaitu) orang-orang yang tidak ingat dari shalatnya,6. orang-orang yang berbuat riya,

7. dan enggan (menolong dengan) barang berarti.

Kehadiran 2 pendapat dalam menafsirkan "lalai dari sholatnya".

Pendapat ke 1.

Beberapa ulama serta beberapa tafsir/terjemahan Al-Quran (misalkan Syaamil Al-Quran), menafsirkan "lalai dari sholatnya" menjadikan tidak memandang penting serta melalaikan pelaksanaan dan waktu2 sholat, seperti sholat di kesudahan waktu, atau terlambat sholat, dll-nya.

Pendapat ke 2.

Pendapat ke 2 ini selang lain oleh K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Prof Dr Dawam Rahardjo, Dr. Nurcholish Madjid, dll-nya, dan beberapa tafsir/terjemahan Al-Quran (misalkan Yassarnal-Quran).

Maksud "LALAI" dari sholatnya, dalam Al-quran, orang tersebut melakukan dan melakukan shalat, namun ternyata ia melalaikan pesan-pesan, makna dan tujuan yang dikandung dalam amalan shalatnya, selang lain enggan/tidak membantu orang2 fakir mikin, serta berbuat riya.

Mencukupi beliau2 itu, bahwa pengertian akap "LALAI", tidak menunjuk kepada orang yang di luar ingatan atau tidak mengerjakan shalat karena argumen tertidur, kesibukan kerja, dalam perbuatan, dan dijadikannya (seperti pendapat ke 1). Seandainya kesilapan yang demikian JUSTRU DIMAAFKAN, banyak ayat yang mengatakan demikian.


Dalam ayat tsb, bukan orang yang di luar ingatan sholat, dll-nya. Tetapi justru untuk orang yang mengerjakan sholat, tetapi tidak ingat terhadap pesan, makna, dan tujuan sholatnya, maka sesuai Al-Quran, "Celakalah orang tsb". Terlebih lagi jika sholatnya karena riya. Jadi orang akan celaka jika mengerjakan sholat hanya dijadikan pemenuhan formalitas saja, dan tidak memberikan faedah bagi orang lain (khususnya orang yang menderita).

Dalam Surah Al-Ma'un juga ditegaskan bahwa sesungguhnya iman seseorang yang tidak didatangi kepedulian pada nasib dan penderitaan orang lain (khususnya fakir-miskin dan yatim piatu) maka itu menjadikan iman yang palsu (orang yang mendustakan agama).

Itulah sebabnya, Surah Al-Ma'un sering disebut-sebut para ulama dijadikan surah yang menentang bentuk kesalehan formal (formal piety), karena mengejar kesalehan pribadi. Tetapi tidak dibarengi dan didatangi kesalehan sosial (komitmen sosial atau amal saleh).

Ketua Majelis Tablig PP Muhammadiyah Dr. Abdul Munir Mulkhan mengatakan, kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial menjadikan amalan yang salah dalam praktik agama, begitu juga sebaliknya. "Agama bukan hanya untuk diri sendiri (individual), namun juga untuk orang. Keduanya saling melengkapi, satu paket terpadu."

Kecenderungan orang lebih suka kesalehan ritual (individual) daripada kesalehan sosial, mencukupi Beliau, terlihat pada seringnya orang meningkat haji, bangga lagi. Haji, akapnya, sah-sah saja dimainkan berulangkali, tetapi apakah mengenai itu tidak kontras dengan kondisi sosial yang kehadiran, sementara banyak umat yang lebih membutuhkan bantuan. "Perintah haji hanya sekali seumur hidup bagi yang mampu, selebihnya menjadikan sunnah."

Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Dawam Rahardjo mengatakan, tak berimbangnya kesalehan sosial dan kesalehan ritual dalam orang lebih disebabkan pada kealpaan sistem perihal mengajar agama. "Selama ini, perihal mengajar agama lebih ditekankan kepada nilai-nilai ritual mahdlah, seperti shalat, haji, dan puasa, sementara aspek edukasi etika sosial sama sekali tidak diajarkan."

Mengutip Ketua MUI Jatim Dr. Muhamad Roem Rawi MA, orang Islam yang amal ibadah individualnya patut, namun tidak disertai ibadah terhadap sesama yang bersifat sosial, maka ia termasuk katagori mereka yang mendustakan agama. "Ini disebutkan secara tegas di surat Al-Ma'un. Mereka yang tekun ibadah namun tidak peduli dengan anak yatim dan orang-orang miskin termasuk kaum pendusta agama."

Bagaimana pendapat Anda terhadap Surah Al-Ma'un tsb?


Written by Ahmad Ketika Hariadi
Cirebon, March 02, 2009  at 12:40:06

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA