Dampak yang ditimbulkan dari adanya penjajahan Jepang di Indonesia

Jakarta -

Masa penjajahan negara Jepang di Indonesia tergolong singkat, yakni sejak tahun 1942 hingga 1945. Namun, selama menduduki wilayah Indonesia, sejumlah kebijakan Jepang punya dampak signifikan.

Seperti diketahui, tepat pada 5 Maret 1942, Jepang berhasil menduduki kota Batavia yang kini dikenal dengan nama Jakarta.

Kewalahan dalam menghadapi serbuan pasukan Jepang, pihak Belanda mundur menuju Subang, Jawa Barat. Hingga akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada pasukan Jepang. Hal ini menandakan bahwa penjajahan Belanda di Indonesia telah berakhir.

Setelah itu, negara Indonesia diduduki oleh Jepang dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mencari dan mengumpulkan bahan baku industri, seperti dijelaskan dalam buku IPS Terpadu (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk Kelas VIII SMP oleh Nana Supriatna dkk.

Selama menduduki negara Indonesia, Jepang membuat berbagai macam kebijakan yang sewenang-wenang sehingga berdampak pada kehidupan rakyat Indonesia.

Melansir buku bertajuk Sekilas Tentang Bahasa Indonesia (Edisi Revisi) karya Fahrurrozi dan Andri Wicaksono, kebijakan-kebijakan Jepang tersebut berdampak pada segala bidang, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, militer, kebudayaan, dan kebahasaan.

Dampak Positif Kebijakan Jepang di Indonesia

Namun nyatanya, tidak semua kebijakan Jepang merugikan rakyat Indonesia, beberapa di antaranya memberikan dampak positif. Walaupun demikian, dampak dari kebijakan Jepang didominasi oleh dampak negatif.


Berikut segelintir dampak positif dari kebijakan yang diterapkan Jepang di Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI oleh Dr. Abdurakhman dkk:

  1. Diperbolehkannya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa nasional serta bahasa pengantar di sekolah.
  2. Propaganda Jepang yang mendukung gerakan anti-Belanda, secara tidak langsung menumbuhkan semangat kebangsaan atau nasionalisme rakyat Indonesia.
  3. Guna mendapatkan simpati rakyat Indonesia, Jepang mendekati para tokoh nasional dan menjadikan mereka sebagai penggerak mobilisasi massa.
  4. Agenda pelatihan militer dan semimiliter yang diadakan oleh Jepang menjadi bekal rakyat Indonesia guna mempersiapkan diri menghadapi peperangan suatu hari nanti.

Dampak Negatif Kebijakan Jepang di Indonesia

Adapun dampak negatif dari kebijakan Jepang yang sewenang-wenang bagi rakyat Indonesia sebagai berikut:

  1. Kebijakan romusha menyebabkan munculnya berbagai macam permasalahan sosial yang mengakibatkan trauma bagi masyarakat Indonesia
  2. Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan Jepang mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia
  3. Kehidupan yang menderita dan sengsara karena kemiskinan. Hal ini dikarenakan segala potensi ekonomi di Indonesia digunakan untuk mendukung Jepang dalam perang.
  4. Penyebaran intelijen dan polisi khusus menghadirkan rasa takut di kalangan rakyat. Penyebaran ini dilakukan guna mengawasi rakyat Indonesia yang dicurigai sebagai golongan anti-Jepang.
  5. Pembatasan aktivitas pers mengakibatkan tidak adanya pers nasional yang bebas dari pengaruh Jepang. Pers nasional pada saat itu harus tunduk pada pemerintah Jepang.


Demikian beberapa dampak, baik positif atau negatif, dari kebijakan-kebijakan Jepang di Indonesia.

Simak Video "Jepang Resmi Buka Pintu untuk Wisatawan Mulai 11 Oktober"


[Gambas:Video 20detik]
(pal/pal)

Jakarta: Masihkah Sobat Medcom ingat dengan sejarah ‘penjajahan’ Jepang di Indonesia pada 1942 hingga 1945 silam? Alih-alih penjajahan, peristiwa memilukan itu sejatinya lebih tepat disebut pendudukan.  Sebab, setibanya di Indonesia, Jepang mulai mengambil alih berbagai wilayah yang saat itu dikuasai sekutu. Mereka mengerahkan pasukan untuk menyerang dan merampas wilayah Tanah Air dari sekutu, sehingga diterapkanlah berbagai kegiatan dan kebijakan Jepang. 

Melansir laman Zenius, kedatangan Jepang ke Indonesia ini dipicu menipisnya suplai minyak dari Amerika Serikat (AS). Kala itu, kedua negara tersebut tengah bersitegang lantaran AS tak suka dengan gerakan imperialisme Jepang.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Alhasil, Jepang mencari alternatif untuk mendapatkan stok bahan bakar minyak, hingga mereka mendaratkan sasaran pada Indonesia yang sedang berada di bawah jajahan sekutu. Mereka tiba di Tanah Air, lebih tepatnya di Tarakan, pada 1942.  Sepintas, kehadiran Nippon seolah membawa angin segar bagi Indonesia. Bagaimana tidak, mereka menjanjikan kemerdekaan, menunjukkan simpati terhadap pergerakan rakyat, serta membentuk berbagai organisasi guna memudahkan keseharian rakyat Indonesia.  Namun, kenyataan tak seindah yang dijanjikan. Memang benar Indonesia menerima dampak positif dari kebijakan-kebijakan Nippon, tetapi dampak negatif yang diterima bahkan lebih banyak.  Lantas, apa sajakah dampak positif dan negatif dari peristiwa pendudukan Jepang di Inndonesia? Berikut ulasannya:
Baca juga: Rumah Rengasdengklok Jadi Sanksi Penyusunan Teks Proklamasi
  1. Dampak militer Mengingat Jepang kerap menjadikan rakyat Indonesia ‘pembantu’ dalam perang, hal ini membuat Indonesia berkesempatan mempelajari hal-hal terkait militer. Salah satunya, melalui pelatihan di Pembela Tanah Air (PETA). Bekal ilmu militer ini lantas digunakan untuk melancarkan perlawanan terhadap Jepang.
  2. Dampak kesenian dan kebudayaan
    Tak cuma dari segi militer, bidang kesenian dan kebudayaan Indonesia juga terdampak positif. Dunia perfilman Tanah Air semakin terorganisir, meskipun fokusnya hanya diperbolehkan menunjukkan dukungan terhadap Jepang. Kebijakan Nippon yang memperbolehkan penggunaan bahasa Indonesia juga berhasil membangkitkan jiwa nasionalisme. Rasa nasionalisme ini juga dikembangkan melalui upacara bendera.
Selama masa pendudukan, Jepang banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan yang pada akhirnya malah merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan demi memenuhi keperluan mereka, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, atau budaya.
  1. Dampak politik Di bidang politik, Jepang melakukan restrukturisasi pemerintahan, reorganisasi administrasi, propaganda dan akomodasi tokoh penguasa melalui gerakan 3A, Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), Chuo Sangi In, atau Jawa Hokokai, serta memobilisasi massa guna memperoleh dukungan politik dan militer dari rakyat Indonesia.
  2. Dampak ekonomi Di bidang ekonomi, Nippon mengambil aset-aset yang semula dikuasai sekutu, serta mengadakan setoran wajib dan koperasi bersama. Kebijakan tersebut akhirnya malah merugikan rakyat Indonesia karena Jepang-lah yang menerima setoran lebih banyak.
  3. Dampak sosial Di bidang sosial, Jepang mengeksploitasi rakyat Indonesia dengan membentuk Romusha. Melalui kebijakan ini, laki-laki Indonesia melakukan kerja paksa. Sedangkan, para perempuan dijadikan Jugun Ianfu atau tenaga penghibur untuk memuaskan hasrat tentara Jepang.
  4. Dampak budaya
    Adapun di bidang budaya, Jepang ingin menanamkan kebiasaan Seikerei, yaitu membungkukkan badan terhadap kaisar. Kebiasan tersebut jelas bertentangan dengan cara ibadah rakyat Indonesia yang mayoritas umat muslim.

Demikianlah pembahasan mengenai dampak pendudukan Jepang di Indonesia. Sejarah mencatat, ternyata Indonesia lebih banyak menerima dampak negatif ketimbang dampak positif. (Nurisma Rahmatika)
 
Baca juga: Sejarah Politik Etis, Balas Budi Belanda untuk Indonesia
  

(REN)

tirto.id - Sejarah pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada 1942 dan berlangsung selama kurang lebih 3,5 tahun hingga proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dinyatakan tanggal 17 Agustus 1945. Lantas, apa saja dampak penjajahan Jepang di Indonesia dalam berbagai bidang, mulai dari sosial, ekonomi, budaya, militer, hingga pendidikan?

Anik Sulistiyowati dalam Sejarah Indonesia (2020) mencatat bahwa pertama kali Jepang menginjakkan kaki di Indonesia pada 1 Maret 1942 di Teluk Banten. Jepang kala itu berhasil mengalahkan Sekutu dalam Perang Dunia Kedua. Indonesia sebelumnya adalah wilayah jajahan Belanda yang merupakan bagian dari Sekutu.

Tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerahkan kekuasaannya atas wilayah Indonesia kepada pemerintah militer Jepang. Di sisi lain, Indonesia yang sudah lama dijajah oleh Belanda semula menyambut gembira kedatangan Jepang yang dianggap saudara tua karena sama-sama merupakan bangsa Asia.
Jepang alias Dai Nippon memang awalnya memposisikan sebagai saudara tua bagi Indonesia dengan mengusung semangat 3A, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.Akan tetapi, Jepang ternyata tidak berbeda dengan Belanda, sama-sama bangsa penjajah yang memberikan banyak kerugian terhadap rakyat Indonesia. Jepang bahkan memanfaatkan sumber daya Indonesia untuk membiayai perang mereka melawan Sekutu. Selama kurang lebih 3,5 tahun menguasai wilayah Indonesia, pendudukan pemerintahan militer Jepang menyebabkan munculnya banyak dampak di berbagai bidang yang dirasakan oleh rakyat Indonesia.

Dampak di Bidang Sosial

Berdasarkan catatan Soepriyanto dalam Perjuangan Meraih Kemerdekaan (2018:10), semasa pendudukan Jepang, komunikasi antar pulau atau dengan luar negeri mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena pihak Jepang yang berwenang mengendalikan saluran komunikasi. Selain masalah sosial berupa komunikasi, dampak sosial juga terjadi ketika orang-orang Indonesia mengalami tindakan sewenang-wenang dari Jepang, seperti penahanan, penyiksaan, menjadi korban salah tangkap, dan lainnya.

Bukan hanya itu, warga Indonesia juga dijadikan sebagai pekerja paksa (romusha) yang tidak mendapatkan upah.Selain itu, seperti yang diungkap Irma Samrotul dalam Sejarah Kelas XI (2020:7) para perempuan tidak jarang menjadi korban penipuan lowongan kerja. Mereka ternyata dipekerjakan sebagai gadis penghibur (Jugun Ianfu) dan dipaksa untuk memuaskan nafsu para tentara Nipon.


Dampak di Bidang Ekonomi

Saat menduduki Indonesia, Jepang juga sedang terlibat perang dengan pihak Sekutu. Oleh karena itu, Nipon memiliki siasat licik untuk memanfaatkan Indonesia sebagai sumber kebutuhan menjalankan peperangan. Sistem ekonomi perang ini mengakibatkan munculnya penyitaan pabrik, perkebunan, bank, hingga beberapa perusahaan. Lebih lanjut, hal tersebut berdampak pada terjadinya penurunan produksi pangan, kelaparan, sampai kemiskinan.

Dampak di Bidang Budaya

Pada bidang ini, masyarakat Indonesia dipaksa untuk melakukan penghormatan kepada Tenno Heika (kaisar) yang dianggap sebagai keturunan dewa matahari. Ritual tersebut dilakukan dengan membungkukan badan tepat ke arah kaisar yang berada di arah matahari terbit (dikenal sebagai budaya Seikeirei). Kala membungkukan badan, masyarakat juga disuruh untuk menyanyikan lagu kebangsaan negara Jepang, yakni Kimigayo. Kebiasaan yang sudah terkesan asing dalam budaya Indonesia ini pada akhirnya ditentang oleh beberapa ulama, bahkan hingga memunculkan pertempuran.

Dampak di Bidang Militer

Saat pendudukan terjadi, Jepang memanfaatkan masyarakat untuk bisa terlibat dalam Perang Pasifik melawan Sekutu. Alasannya sudah tentu dikarenakan Jepang membutuhkan pasukan agar bisa memenangkan perang tersebut.

Dengan cara membujuk masyarakat Indonesia untuk ikut melawan pihak musuh, Jepang pada akhirnya berhasil membentuk beberapa organisasi semi-militer. Di antaranya ada Seinendan, Keibodan, Hizbullah, Fujinkai, Barisan Pelopor, PETA, dan Heiho.

Organisasi tersebut dilatih sedemikian rupa untuk bisa menggunakan senjata, baris-berbaris, dan latihan militer lainnya. Salah satu organisasi, PETA, berkembang seiring dengan perubahan situasi Indonesia. Mula-mula, berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan kini menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dampak di Bidang Pendidikan

Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan dapat dibilang mengalami kemajuan, yakni tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan lagi serta dibentuknya sistem tahapan (SD, SMP, dan SMA).

Namun, tetap ada motivasi pemanfaatan masyarakat untuk bisa terlibat perang kala itu. Para siswa diwajibkan untuk mengikuti latihan dasar kemiliteran, yaitu baris-berbaris dan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang.