Hal yang tidak menyebabkan tertularnya penyakit HIV AIDS adalah

Penyakit HIV dan AIDS memang menjadi momok yang menyeramkan. Tidak jarang orang menganggap bahwa status positif HIV ibarat putusan hukuman mati bagi penderitanya. Namun, faktanya perkembangan di dunia medis saat ini telah memberikan banyak harapan kepada para pengidap infeksi HIV.

Walaupun belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV, banyak di antara penderitanya dapat hidup sehat bertahun-tahun dan tidak menularkan penyakit ini kepada orang lain jika diterapi dengan tepat. Sayangnya, masih banyak mitos yang beredar seputar jalur penularan infeksi HIV yang sejatinya tidak benar. Sering kali mitos ini menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjadi terkucilkan dari pergaulan.

Oleh sebab itu, mari kita bahas satu per satu mengenai hal-hal yang tidak akan menularkan HIV, sehingga kita tetap bisa merasa nyaman saat berinteraksi dengan para penderita HIV/AIDS!

Faktanya, virus HIV adalah virus yang akan segera mati jika terpapar dengan lingkungan di luar tubuh inangnya. Maka, penularannya pun harus melalui jalur yg tidak akan terpapar oleh lingkungan luar. Contohnya melalui hubungan seksual atau penggunaan jarum suntik yang non-steril.

Jadi, menghirup udara yang sama dengan penderita (sekalipun penderita batuk dan bersin) atau berenang di kolam renang umum yang juga digunakan oleh ODHA tidak akan menempatkan kita pada risiko tertular infeksi HIV.

Bersentuhan maupun berpelukan dengan ODHA tidak akan membuat seseorang berisiko tertular infeksi HIV. Virus HIV tidak dibawa oleh keringat. Jadi sekalipun bersentuhan dengan ODHA yang sedang berkeringat, kita tidak perlu khawatir dapat tertular. Terkadang, sentuhan dan pelukan kita bisa sangat berarti untuk mendukung rekan yang mungkin mengidap HIV atau AIDS.

Virus HIV tidak terdapat dalam urine dan feses manusia. Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir apabila harus menggunakan toilet yang sama dengan pengidap HIV/AIDS. Jangan percaya dengan hoaks kalau dudukan toilet dapat terkontaminasi virus HIV yang berasal dari urine atau feses ODHA ya, Gengs.

Virus HIV tidak menempel pada bulu binatang, tidak pula ditularkan melalui feses maupun gigitan mereka. Ada mitos yang menyebutkan bahwa tinggal serumah dengan ODHA bisa berisiko tertular, salah satunya jika digigit oleh nyamuk yang baru saja mengisap darah dari tubuh ODHA. Hal ini tidaklah benar.

Nyamuk tidak pernah memasukkan darah dari orang yang baru saja diisapnya kepada orang lain. Selain itu, virus HIV tidak dapat hidup lama di tubuh inang nyamuk. Sekalipun kita tinggal bersama ODHA di tempat dengan populasi nyamuk yang banyak, kita tidak perlu khawatir akan tertular dari gigitan nyamuk.

Kita tidak perlu khawatir akan tertular HIV sekalipun tidur di tempat tidur yang sama dengan penderita HIV/AIDS. Virus HIV tidak akan bertahan hidup di serat kain. Hal ini juga berlaku untuk baju, handuk, kaus kaki, dan bahan linen lainnya. Kalaupun tidak disarankan penggunaan bersama, itu hanya untuk alasan higienis, misalnya pada kasus penggunaan handuk.

Banyak persepsi yang kurang tepat saat mendengar informasi bahwa HIV menular melalui cairan tubuh. Faktanya, tidak semua cairan tubuh dari penderita dapat membawa virus HIV. Air mata adalah salah satunya.

Oleh karena itu, jika salah satu rekan kita mengatakan bahwa dirinya mengidap HIV dan dia menangis, kita tidak perlu khawatir untuk menyeka air matanya. Jangan malah menghindarinya. Hal ini akan membantu memberikan dukungan moral agar rekan kita memiliki semangat untuk berobat.

Selain air mata, air liur juga termasuk cairan tubuh yang tidak membawa virus HIV. Oleh karena itu, kita tetap dapat makan bersama dengan penderita HIV/AIDS, bahkan jika karena satu dan lain hal harus menggunakan peralatan makan yang sama.

Secara garis besar, ada dua jenis ciuman, berciuman dengan mulut tertutup (dikenal juga dengan sebutan social kissing) dan berciuman dengan mulut terbuka (deep kissing). Social kissing tidak berisiko menularkan HIV. Deep kissing mungkin menempatkan seseorang pada risiko tertular HIV jika terdapat luka terbuka atau iritasi selaput membran di rongga mulut keduanya.

Secara umum, seks oral tidak berpotensi menularkan HIV. Akan tetapi, peluang penularan masih ada jika pihak pria berejakulasi di dalam rongga mulut pasangannya yang memiliki luka terbuka, ataupun salah satu pihak memiliki luka di area genital (alat kemaluan), yang kemudian mengalami kontak dengan selaput membran yang juga terluka.

Penyakit HIV/AIDS memang mengerikan. Namun, bukan berarti penderitanya tidak berhak untuk memiliki kehidupan yang normal layaknya orang sehat. Jadi jangan sampai karena persepsi yang keliru, kita bertindak tidak baik dengan mengucilkan para pengidap HIV/AIDS.

Pada dasarnya, mereka adalah kelompok yang sangat membutuhkan dukungan moral dari orang-orang di sekitarnya supaya selalu memiliki semangat untuk bertahan hidup. Spread love, not HIV/AIDS.

  • # Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS/HIV)

Masyarakat sering kali menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS mudah menular. Cari tahu penyebab infeksi HIV dan bagaimana cara penularannya di sini.

Infeksi HIV/AIDS berbahaya karena awalnya tidak menimbulkan gejala, tetapi diam-diam merusak sistem kekebalan tubuh. Penderita HIV menjadi rentan terkena infeksi penyakit lainnya dan lebih sulit untuk sembuh dibandingkan orang sehat. Bagaimana cara penularan HIV?

Berikut 7 penyebab utama penularan penyakit HIV/AIDS yang perlu diwaspadai, di antaranya:

Hubungan seksual merupakan penyebab utama penularan HIV/AIDS yang paling umum terjadi karena virus dapat menular melalui cairan sperma dan lendir vagina. Berhubungan seksual dengan penderita HIV memiliki risiko tertular paling tinggi. Sebaiknya hindari bergonta-ganti pasangan dan gunakan kondom untuk keamanan Anda.

Jarum suntik tidak steril merupakan salah satu media penularan virus HIV/AIDS. Penularan virus HIV melalui jarum suntik banyak terjadi pada pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian. Hal ini disebabkan oleh jarum yang digunakan oleh penderita HIV digunakan oleh orang lainnya, sehingga virus juga ditularkan ke orang yang menggunakan jarum tersebut.

Sama halnya dengan jarum suntik, pembuatan tato di bagian tubuh merupakan salah satu penyebab utama penularan HIV/AIDS. Ini karena alat tato juga menggunakan jarum suntik, bila dipakai secara bergantian meningkatkan risiko terkena HIV dari orang sebelumnya. Penting bagi Anda untuk memastikan jarum steril sebelum melakukan tato atau tindik.

Penularan virus HIV/AIDS dapat terjadi melalui proses transplantasi organ tubuh, misalnya ketika seseorang mendapat transplantasi organ dari penderita HIV/AIDS, virus di dalam organ tersebut dapat masuk ke dalam tubuh pasien. Hal ini perlu diwaspadai baik oleh petugas medis maupun pasien dengan memastikan seluruh kondisi kesehatannya terlebih dahulu. Tak hanya itu, transfusi darah tanpa melalui proses screening bisa menularkan HIV pada Anda.

Bekerja di rumah sakit sakit meningkatkan risiko seseorang tertular virus HIV/AIDS. Ini karena mereka yang bekerja sebagai petugas medis cenderung melakukan kontak dengan darah atau jarum suntik yang telah terkontaminasi virus HIV/AIDS. Meskipun petugas medis telah melakukan beragam pengamanan dengan baik, risiko ini tetap harus diwaspadai. 

Virus HIV dapat ditularkan melalui ASI dari ibu dengan HIV/AIDS, maka dari itu perlu pertimbangan dokter mengenai pemberian ASI pada bayi. Agar kondisi ini tidak terjadi pada bayi Anda nantinya, konsultasikan dengan dokter kandungan Anda untuk memulai program kehamilan. Tes HIV juga dapat dilakukan bagi mereka yang telah menginjak masa kehamilan.

HIV dapat ditularkan oleh ibu hamil yang menderita HIV kepada janin selama di dalam kandungan. Akibatnya janin yang terlahir ke dunia berisiko mengalami HIV karena virus dapat menembus sawar plasenta. Untuk mencegahnya, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

Penularan HIV dapat terjadi dimana pun, baik itu rumah sakit, lingkungan pemakai narkoba, tempat pembuatan jasa tato yang mana menggunkan jarum suntik sebagai medianya sebab jarum suntik terkadang dilakukan secara bergantian, akhirnya tidak steril dan bisa jadi telah mengenai tubuh penderita HIV/AIDS. Selain itu, penularan HIV/AIDS yang paling utama ialah hubungan seksual secara bergantian tanpa memakai pengaman.

Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

Baca Juga: Memahami Gejala Awal HIV yang Sering Kali Tidak Disadari

Penularan HIV bukan melalui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, atau gigitan nyamuk. HIV dapat ditularkan melalui kontak cairan tubuh, seperti carian vagina atau sperma saat melakukan aktivitas seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian.

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu. Itu sebabnya penting untuk mengetahui cara penularan HIV, untuk kemudian mencegah penularan penyakit ini.

Hal yang tidak menyebabkan tertularnya penyakit HIV AIDS adalah

Mengenal Beragam Cara Penularan HIV

Siapa pun bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV. Sebab, pada dasarnya penularan HIV dapat terjadi melalui cairan tubuh, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu ke dalam tubuh seseorang.

Cairan-cairan tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui berbagai metode berikut:

1. Hubungan seks

Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik melalui vagina, anal, maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV.

2. Penggunaan jarum suntik

HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas membuat seseorang berisiko tertular penyakit, termasuk HIV.

3. Kehamilan, persalinan, atau menyusui

Seorang ibu dengan HIV yang kemudian mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya. Untuk itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil, agar risiko penularan HIV pada bayi bisa ditekan.

Pada beberapa kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ, atau jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.

Mengobati Infeksi HIV

Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Namun, bagi penderita HIV, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu dengan mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.

Obat antiretroviral akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehingga penderita HIV memiliki harapan untuk berumur lebih panjang, hidup lebih sehat, dan mampu memperkecil risiko menularkan HIV kepada pasangan.

Mencegah Penularan HIV

Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan HIV, yaitu:

1. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks

Jika Anda tidak mengetahui status HIV pasangan Anda, gunakanlah kondom setiap kali Anda melakukan hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Untuk wanita, Anda bisa menggunakan kondom wanita.

2. Hindari perilaku seksual yang berisiko

Selain tidak menggunakan kondom, seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV. Pelaku maupun penerima seks anal sama-sama berisiko untuk tertular HIV, hanya saja penerima seks anal berisiko lebih tinggi.

Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan hubungan seks yang aman serta menggunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.

3. Gunakan jarum baru

Jarum dapat digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti prosedur tindik, pembuatan tato, dan penyuntikkan obat atau vaksin, misalnya vaksin COVID-19. Untuk menghindari penularan HIV, pastikan bahwa jarum suntik yang digunakan adalah jarum suntik baru yang masih steril.

4. Lakukan pre-exposure prophylaxis (PrEP)

PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi obat antiretroviral bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV, seperti:

  • Orang yang memiliki pasangan dengan HIV positif
  • Pengguna jarum suntik yang berisiko
  • Orang yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman
  • Orang yang aktif secara seksual dan menderita penyakit menular seksual dalam 6 bulan terakhir

Pemahaman yang salah mengenai penularan HIV dan kurangnya pengetahuan mengenai berhubungan seks yang aman merupakan beberapa kendala dalam pencegahan dan penanggulangan HIV.

Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penularan HIV serta pemeriksaan dini terkait HIV melalui metode VCT.