Ketika itu Drupada yang mencoba membunuh Drona, dikejutkan oleh kedatangan seorang ksatria yang hendak menyerangnya. Lebih terkejut lagi ketika seluruh pasukan yang diperintah menyerang ksatria tersebut luluh lantak oleh senjata dari si ksatria yang bernama Kresna. Ketika Kresna "yang berpura-pura" akan menyerang Drupada yang terpojok dengan senjatanya, Drupadi segera berlari dan menghalangi senjata Kresna. Drupada yang mengetahui hal itu merasa menyesal telah menyepelekan Drupadi, dan akhirnya mau menerima Drupadi dengan sepenuh hatinya. Pernikahan dengan semua Pandawa Lima Dikisahkan Drupadi bersuamikan lima orang, yaitu lima orang anak Pandu. Pernikahan tersebut terjadi setelah para Pandawa mengunjungi Keraaan Panchala dan mengikuti sayembara memanah. Sayembara itu juga diikuti oleh para raja-raja dan ksatria dari berbagai kerajaan terkemuka di seluruh daratan Bharatawarsha (India Kuno) termasuk Salya dan Duryadana yang diwakili oleh Karna. Para pandawa yang datang ke arena sayembara tersebut tidak berpakaian sebagaimana seorang pangeran atau ksatria melainkan menyamar sebagai Brahmana. Sayembara memanah tersebut sebenarnya pasti akan dimenangkan oleh Karna, namun Drupadi menolak dengan alasan tidak mau menikah dengan putra seorang kusir. Ketika Arjuna berhasil memenangkan sayembara itu, Drupadi bersedia menerima Arjuna sebagai suaminya.
Kresna yang memang sudah mengetahui siapa para Brahmana itu dan telah menceritakan sosok Arjuna pada Drupadi menyebutkan bahwa Brahmana sudah berhak mendapatkan Drupadi, dan menyuruh mereka semua untuk menghentikkan keributannya. Setelah keributan usai, Arjuna dan Bima pulang ke rumahnya dengan membawa serta Dewi Dropadi. Sesampainya di rumah didapatinya ibu mereka sedang berdoa sambil memikirkan keadaan kedua anaknya yang sedang bertarung di arena sayembara. Arjuna dan Bima datang menghadap dan mengatakan bahwa mereka sudah pulang serta membawa hadiah untuk ibunya. Dewi Kunti yang tidak mengetahui apa yang dibawa oleh mereka langsung menyuruh agar mereka membagi rata apa yang telah mereka peroleh.
Melihat hal itu, Dropadi tertawa terbahak-bahak. Duryodana dan Dursasana sangat malu. Mereka tidak dapat melupakan penghinaan tersebut, apalagi yang menertawai mereka adalah Dropadi yang sangat mereka kagumi kecantikannya. Ketika tiba waktunya untuk memberikan jamuan kepada para undangan, sudah menjadi tradisi bahwa tamu yang paling dihormati yang pertama kali mendapat jamuan. Atas usul Bisma, Yudistira memberikan jamuan pertama kepada Sri Kresna. Melihat hal itu, Sisupala, saudara sepupu Sri Kresna, menjadi keberatan dan menghina Sri Kresna. Penghinaan itu diterima Sri Kresna bertubi-tubi sampai kemarahannya memuncak. Sisupala dibunuh dengan Cakra Sudarsana. Pada waktu menarik Cakra, tangan Sri Kresna mengeluarkan darah. Melihat hal tersebut, Dewi Dropadi segera menyobek kain sari-nya untuk membalut luka Sri Kresna. Pertolongan itu tidak dapat dilupakan Sri Kresna. Dihina di ajang perjudian Setelah menghadiri upacara Rajasuya, Duryodana merasa iri kepada Yudistira yang memiliki harta berlimpah dan istana yang megah. Melihat keponakannya termenung, muncul gagasan jahat dari Sangkuni. Ia menyuruh keponakannya, Duryodana, agar mengundang Yudistira main dadu dengan taruhan harta, istana, dan kerajaan di Indraprastha. Duryodana menerima usul tersebut karena yakin pamannya, Sangkuni, merupakan ahlinya permainan dadu dan harapan untuk merebut kekayaan Yudistira ada di tangan pamannya. Duryodana menghasut ayahnya, Dretarastra, agar mengizinkannya bermain dadu. Yudistira yang juga suka main dadu, tidak menolak untuk diundang. Yudistira mempertaruhkan harta, istana, dan kerajaannya setelah dihasut oleh Duryodana dan Sangkuni. Karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, maka ia mempertaruhkan saudara-saudaranya, termasuk istrinya, Dropadi. Akhirnya Yudistira kalah dan Dropadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik Duryodana. Duryodana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Dropadi, namun Dropadi menolak. Setelah gagal, Duryodana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk menjemput Dropadi. Dropadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dursasana menyeret Drupadi dengan menjambak rambutnya dari kaputren Amarta hingga sampai ke arena judi di Pendopo Istana Kuru. Dan dengan perasaan yang hancur karena merasa terhina, Drupadi terkapar di tanah, matanya memerah, bajunya nyaris koyak, dan rambutnya acak-acakan. Ia mempertanyakan moral para tetua Kuru, Bhisma, para Kurawa, dan juga Pandawa yang kalah!. Drupadi yang telah dimenangkan oleh Duryudana, maka Duryudana pun dianggap berhak melakukan apa saja terhadapnya. Dalam batinnya sebenarnya ingin bertanya pada Yudhistira, siapa yang melempat dadu? berhakkah seorang pelempar dadu mempertaruhkan apa yang bukan miliknya? Ia seorang perempuan, seorang puteri dari Kerajaan Pancala, menantu dari Istana Kuru, istri para Pandawa, sepupu ipar dari Kurawa, dan "belahan jiwa" Kresna. Ia merasa telah dipertaruhkan tanpa sepengatahuannya, Drupadi meras dilecehkan tanpa sedikitpun mendapatkan pembelaan dari kelima orang suaminya. Drupadi menggugat sikap yang ditunjukan para Kurawa di hadapan Bisma, Drestarata, Karna, dan Widura sedangkan suami-suami mereka, anak-anak Kunti yang telah ia nikahi hanya bisa tertunduk meski hati mereka tidak bisa menerima penghinaan tersebut. Begitu pula ketika Duryudana, di hadapan para tetua, pengawal dan para ksatria yang berusaha menelanjangi Drupadi dengan menarik lapisan kain yang menutupi tubuhnya, tak ada satupun yang membelanya. Meski darah Bima bergolak namun pandangan Yudhistira membuat Bima menahan diri. Bagaimanapun hinaan tersebut harus mereka terima karena sebagai ksatria mereka terikat oleh Dharma dan harus menepati janji taruhan. Satu-satunya yang menyelamatkan Drupadi dari hinaan saat itu adalah Kresna. Sang Sakha-nya, sahabat sejatinya yang telah menjodohkan dirinya dengan Arjuna hingga bersuamikan lima orang. Dengan kekuatannya Kresna membuat Duryudana selalu gagal membuka lapisan kain demi kain yang menutupi tubuh Drupadi. Semakin bernafsu Duryudana menarik kain itu, semakin panjang pula kain itu menutupi Drupadi. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha.
Namun dibalik kesabarannya itu, Drupadi juga lah yang telah menyalakan api pada Yudhistira dan memainkan bandul perang Bharatayidha. Drupadi meminta kepada Yudhistira, jika hukuman mereka selesai dilaksanakan, maka waktunya untuk membalas penghinaan anak-anak Destrarata. Kematian Drupadi Beberapa lama setelah perang Mahabharata, Dinasti Yadu musnah. Para Pandawa dan Drupadi memutuskan untuk melakukan sebuah perjalanan sui mengelilingi Bharatawarsha dengan tujuan akhir perjalanan meraka adalah pegunungan Himalaya. (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); Setelah melewati gurun yang terbentang di utara Bharatawarsha , Drupadi meninggal dunia. |