Jelaskan Konsep manusia dalam PERSPEKTIF Hindu

Tugas Agama Hindu Konsep Manusia Menurut Agama Hindu Nama Anggota Kelompok: 1. 2. 3. 4. Made Widya Aryati Putu Yuni Pradnya Wiraputri Ni Made Ayu Oka Dewi Ni Kadek Devi Indrayani Widyastuti Universitas Mahasaraswati Denpasar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kulih Agama Hindu Semester satu yang berjudul “Konsep Manusia Menurut Agama Hindu”. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dan materi pembahasan karya tulis ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis masih mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak. Makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak,Maka penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna untuk kita semua,Serta dapat menjadi acuan dan pedoman hidup sehingga kita dapat hidup menjadi lebih baik. Denpasar , 27 September 2019 Penulis Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan manusia ? 2. Bagaimanakah hakekat manusia Hindu ? 3. Apa martabat manusia Hindu ? 4. Bagaimana tanggung jawab manusia Hindu ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Manusia Hindu Hindu Mānawa dharmaśāstra istilah manusia/manusya secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta yakni kata Manu (berarti pikiran) dan sya (bentuk negative yang menyatakan arti: milik atau sifat yang dimiliki kata benda yang dilekatinya) dengan demikian secara hafiah kata manusia/manusya berarti ia yang memiliki pikiran atau ia yang senantiasa berfikir dan menggunakan akal pikirannya. Menurut Ludwig Wittgenstein dalam bukunya Gallagher (dalam Wirawan, 2007:40) menyatakana, bahwa kata/bahasa adalah logika, sehingga secara konsepsional dapat kita pahami bahwa dalam kata manu dan manusia tersebut pada dasarnya telah terumuskan tentang makna hakiki dari jenis mahluk hidup yang bernama manusia sebagai subjek pengada yang berkesadaran, karena itu kepastian pertama dari eksistensi manusia menurut Rene Descartes adalah “Cogito, ergo sum”: (Saya berfikir, maka saya ada) dan selanjutnya dinyatakan dengan “Cogito Ergo sum cogitan” yang maksudnya, Saya berpikir, maka saya adalah pengada yang bepikir, yaitu eksistansi dari budi, sebuah subtansi sadar. Dalam kitab Veda disebutkan (dan selanjutnya dijelaskan dalam kitab upanisad), bahwa manusia pertama dalam konsepsi Hindu adalam Manu atau SwayambuManu (Mahluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri). Dari konsepsi (lingual dan filosofis) ini maka dalam sistem kondifikasi Veda kita mengenal Manu sebagai maharsi pertama yang menuliskan (sabda suci/wahyu yang diterima) tentang hukum Hindu (dharma) berdasarkan ingatan pikirannya sebagai kitab hukum tersebut dikenal dengan nama Manusmerti atau Manawadharmasastra (kitab umum Hindu dari Manu). Dari konsep-konsep ini dapat dipahami bahwa secara dasar manusia mahluk rasional karena berpikir dengan akal (budhi) pikirannya. Akal budi-pikiran yang dimilikinya itu merupakan dasar yang penting dalam pengembangan Wiweka yakni kemampuan akal-pikiran rasional untuk mempertimbangkan sesuatu secara arif. Karena itu secara konseptual manusia Hindu adalah manusia yang mampu mengembangkan dan mengedepankan daya berpikir dan pikiran rasional (manah) untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai manusia swayambu-manu) dalam tatanan hidup dan kehidupan ini. 2.2 Hakekat Manusia Hindu Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Dimana jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. 1. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu berarti lapisan badan yang paling luar atau badan kasar,badan fisik atau badan wadah . Stula Sarira terbentuk dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu a) Pertiwi adalah zat yang padat , wujud dari pertiwi cenderung tetap(padat) zat ini juga menentukan bentuk bentuk benda didalam badan kita , contoh : tulang dan daging. b) Apah adalah zat yang cair, zat ini lebih halus daripada Pertiwi dan dapat berubah ubah bentuknya , contoh : darah dan lender. c) Teja adalah zat segala zat panas , zat ini lebih halus daripada zat Apah karena hanya dapat dilihat dan dirasakan , contoh : suhu badan. d) Bayu adalah zat udara , contoh : nafas. e) Akasa adalah zat eter atau hampa , contoh : rongga mulut. 2. Suksma Sarira yaitu lapisan badan yang tidak dapat dilihat dan diraba, yaitu alam pikiran manusia. Suksma Sarira dalam Bahasa Sansekerta disebut citta. Ingatan atau citta adalah pengalaman yang dibuat tubuh, dipikirkan, dilihat dan dirasakan selama manusia hidup di dunia ini.Citta adalah salah satu unsur yang membentuk watak atau budi seseorang. Pada Citta ini terdapat unsur Dasendria. Dasendria (10 indera pada diri manusia) suatu ilmu yang apabila seseorang sampai bisa menguasainya, maka ia akan punya kesempatan besar untuk tinggal di Swargaloka (Surga). Dasendria terdiri dari Panca Bunddhindria dan Panca Karmendria. Panca Bunddhindria Dalam hal ini adalah mengendalikan kelima indera perasa, yaitu: Caksundria (rangsang penglihatan; indera pada mata), Srotendria (rangsang pendengar; indera pada telinga), Ghranendria (rangsang penciuman; indera pada hidung), Jihwandria (rangsang pengecap, indera pada lidah) dan Twakindra (rangsang peraba; indera pada kulit), sedangkan Panca Karmendria dalam hal ini adalah mengendalikan kelima indera penggerak, yaitu: Garbendria (pengerak pada mulut), Panindra(penggerak pada tangan), Padendria (penggerak pada kaki), Payundria (penggerak pada organ pelepasan) dan Upasthendria (penggerak pada alat kelamin) 3. Antakarana Sarira adalah lapisan badan yang paling halus yaitu Atman. Antakarana Sarira disebut juga badan penyebab. Atman inilah yang menjiwai manusia sehingga bisa hidup dan beraktivitas. 2.3 Martabat Manusia Hindu Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu, juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat. Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama. Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak terlepas dari kebutuhan arta ini. Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu kondisi yang memotivasi manusia untuk rajin, giat dalam melaksanakan tugasnya. Pencarian atau pencapaian kama ini lebih banyak memerlukan artha, sehingga untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk mengumpulkan artha. Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam mencari artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri. Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah Mokhsa, yaitu menyatunya atman dengan brahman saat orang itu meningggal dunia. 2.4 Tanggung Jawab Manusia Hindu Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan yang utama), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta. Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Marga Yoga, Karma KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. 1. Bhakti Marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukan Bhakti kita (berbakti, cinta pada Tuhan dan sesama). Kata Kunci dari Bhakti Marga adalah "Love All". Sayangi Tuhanmu, sayangi keluargamu, sayangi teman teman mu, bahkan kau harus menyayangi musuhmu, SAYANGI SEMUA. 2. Kata Kunci dari Karma Marga adalah "Serve All". Karma Marga adalah jalan meuju Tuhan dengan cara bekerja / melakukan pelayanan tampa pamrih. Lakukanlah semua pekerjaan / pelayanan itu sebagai persembahan kepada Tuhan dan jangan pernah mengharapkan pabrih /hasilnya. 3. Jnana Marga adalah cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab Suci Veda.Jalan ini cukup sulit untuk dilakukan oleh orang biasa, karena tidak semua orang mampu untuk memahami secara benar maksud yang terkandung dalam Veda. Bila anda ingin mempelajari Kitab Suci Veda, saya sangat menyarankan anda untuk membaca Bhagawad Gita, karena Bhagawad Gita merupakan ajaran Veda yang sudah disederhanakan, sehingga orang biasa pun bisa memahami maksud yang terkandung dalam Bhagawad Gita. 4. Raja Yoga adalah cara mencapai Tuhan denga cara Meditasi, Perenungan Tuhan, Pengendalian (Tapa). Cara ini sulit dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Bila anda ingin melakukan Raja Yoga saya sarankan carilah guru spiritual yang bisa membimbing meditasi anda, sehingga meditasi anda akan berhasil dan anda bisa mencapai Tuhan denga cara ini. Apapun kesulitan kita hendaknya tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang hanya akan membuat kita kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan kesenangan sementara. Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat kesadaran kita goyah BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari uraian data di atas kami dapat simpulkan bahwasannya: 1. Hindu Mānawa dharmaśāstra istilah manusia/manusya secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta yakni kata Manu (berarti pikiran) dan sya (bentuk negative yang menyatakan arti: milik atau sifat yang dimiliki kata benda yang dilekatinya) dengan demikian secara hafiah kata manusia/manusya berarti ia yang memiliki pikiran atau ia yang senantiasa berfikir dan menggunakan akal pikirannya 2. Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Dimana jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. 3. Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan yang utama), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta. DAFTAR PUSTAKA Wirawan, I Gusti Bagus. 2007. Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi. Surabaya: Pāramita.Darmayasa. 2012. Bhagavad-gītā (Nyanyian Tuhan). Denpasar: Yayasan Dharma Sthapanam. Hindu, Kata ,2013, Tri Sarira Dalam Agama Hindu. Tersedia di https://katahindu.wordpress.com/2013/05/06/tri-sarira-dalam-agama-hindu/. Diunduh pada tanggal 27 September 2019 pukul 19.00 di Denpasar. Adie, Wayan 2014 ,Hakekat Manusia Menurut Hindu .Tersedia di http://wayansedikitjutek.blogspot.com/2014/11/hakekat-manusia-menuruthindu.html. Diunduh pada tanggal 27 September 2019 pukul 21.00 di Denpasar. Devi, Trisna 2016 Manusia Persepektif Hindu .Tersedia di

http://trisnadeviberbagiilmupengetahuan.blogspot.com/2016/05/manusiaperspektif-hindu.html. Diunduh pada tanggal 27 September 2019 pukul 22.00 di Denpasar