Jelaskan perbedaan antara sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem pertahanan tubuh spesifik

tirto.id - Respon imun spesifik dan nonspesifik adalah bahasan dalam materi Sistem Imun pada manusia. Apa perbedaan dua jenis respon ini? Beriku penjelasan selengkapnya.

Manusia dan hewan memiliki sistem pertahanan tubuh untuk menangkal masuknya benda asing ke dalam badan. Pertahanan tubuh disebut juga imunitas. Sistem imun adalah sistem yang sangat kompleks dan memiliki peran ganda dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Dilihat secara definisi, imunitas adalah mekanisme yang bersifat faali atau otomatis yang melengkapi tubuh manusia dan hewan, dengan kemampuan mengenali suatu zat sebagai sesuatu yang asing terhadap dirinya.

Bila sudah dikenali, zat asing tersebut akan diambil tindakan oleh tubuh. Wujudnya bisa dengan menetralisasinya, melenyapkan atau memasukkannya dalam proses metabolisme yang menguntungkan dirinya, atau memunculkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.

Mekanisme sistem imun seperti halnya sistem endokrin. Sistem imun memiliki tugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar seluruh tubuh, sehingga bisa mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Fungsi imunitas tubuh dibantu oleh sistem yang bernama sistem limforetikuler.

Sistem limforetikuler adalah jaringan atau kumpulan sel yang memiliki letak tersebar di seluruh tubuh.

Beberapa letaknya antara lain di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem saluran napas, saluran, cerna, dan sebagainya. Jaringan ini akan segera merespons apabila terdapat rangsangan sesuai sifat dan fungsinya masing-masing.

Dalam konsep imunitas, bagian paling awal dalam menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh ditentukan dari kemampuan sistem limforetikuler dalam mengenali suatu bahan termasuk asing atau tidak.

Konfigurasi bahan asing itu dinamakan antigen atau immunogen. Ketika tubuh melakukan respons imun akibat rangsangan dari bahan asing, maka akan menghasilkan zat yang disebut antibodi.

Apabila antibodi berhasil mengalahkan antigen, maka itu tidak menjadi masalah untuk tubuh. Hanya saja, kadang dalam keadaan tertentu (patologis), sistem umum gagal membedakan zat asing dan zat dari tubuh sendiri. Akibatnya, sistem imun membentuk zat anti buat jaringan tubuhnya sendiri dan membahayakan.

Kejadian sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri ini dinamakan autoantibodi. Orang yang mengalami autoantibodi berisiko mendapatkan penyakit auto imun. Contohnya penyakit Lupus, rematik sendi, psoriasis, dan sebagainya.

Respon Imun Spesifik-Nonspesifik yang Muncul dalam Tubuh Manusia

Sementara itu, saat sistem imun terpapar zat yang dianggap asing maka memunculkan dua respons, yaitu respons imun non spesifik dan respon imun spesifik.

Perbedaaan keduanya ada pada prosesnya. Meski demikian, interaksi kedua akan meningkatkan efektivitas pertahanan tubuh.

Respons imun sebenarnya interaksi satu komponen dengan komponen lain pada sistem imun. Ketika komponen-komponen saling bekerja sama, terjadi aktivitas seirama dan serasi.

Pertahanan tubuh nonspesifik

Menurut laman Kemdikbud, Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons imun yang sifatnya bawaan (innate immunity). Pada respons ini, tubuh akan merespons setiap zat yang dianggap asing sekali pun belum pernah terpapar sebelumnya.

Contohnya, tubuh terapapar oleh antigen bakteri. Respons imun untuk mengatasinya dilakukan dengan cara nonspesifik yaitu lewat proses fagositosis untuk menghancurkannya. Sel-sel fagosit bergerak menuju bakteri, lalu melekat di permukaan fagosit, dan dihancurkan.

Pertahanan tubuh nonspesifik lainnya diwujudkan dalam bentuk reaksi inflamasi (peradangan). Munculnya peradangan di tubuh dapat disebabkan mediator tertentu dari beberapa jenis sel seperti histamine, vasoactive amin, dan anafilatoksin. Salah satu contohnya yaitu peradangan pada kulit akibat zat tertentu.

Respon imun spesifik dalam tubuh manusia

Dalam pertahanan tubuh spesifik, respons imun muncul setelah ada rangsangan dari antigen tertentu karena tubuh sudah pernah terpapar sebelumnya. Pertahanan tubuh ini dimulai dari aktivitas marofag atau antigen precenting sell (APC) yang melakukan pemrosesan pada antigen, sehingga mampu menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.

Setelah antigen berinteraksi dengan sel-sel imun, maka terjadi proses ploriferasi dan diffrensasi untuk menjadikan sel-sel memiliki kemampuan pertahanan diri (immunologi) dan bereaksi dengan antigen.

Proses pemusnahan antigen sekunder atau yang sebelumnya telah memapar ke tubuh, jauh lebih cepat ditangani oleh sistem imun. Imun juga lebih intensif untuk menanganinya.

Sel apa yang berperan dalam sistem imunitas?

Ada dua sel utama yang bertugas dalam sistem kekebalan tubuh manusia, yakni fagosit dan limfosit. Kedua sel ini sama-sama jenis dari sel darah putih atau yang juga disebut dengan leukosit. Fagosit secara umum bertugas untuk memecah patogen dan memakannya. Fagosit terdiri atas beberapa jenis, yakni neutrofil, monosit, makrofag, dan sel mast.

Sementara itu, limfosit bertugas untuk membantu tubuh mengingat patogen untuk berjaga apabila tubuh kembali diserang oleh patogen tersebut. Limfosit diproduksi di sumsum tulang. Limfosit yang hidup dan berkembang di sumsum tulang disebut sebagai limfosit B. Sementara itu, limfosit menuju ke timus dikenal sebagai limfosit T. Keduanya memiliki peran yang berbeda.

Limfosit B menghasilkan antibodi dan membantu mengingatkan limfosit T, sementara limfosit T menghancurkan sel-sel yang rusak di dalam tubuh dan membantu mengingatkan leukosit lainnya.

Baca juga:

  • Gejala & Arti Autoimun Penyakit Ashanty yang Banyak Diderita Wanita
  • Ketahui Apa Saja Jenis Sistem Imunitas Tubuh Manusia & Perannya

Baca juga artikel terkait IMUN TUBUH atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/ylk)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Semua orang pasti pernah mengalami sakit, mulai dari sakit yang ringan seperti flu sampai sakit yang berat dan diharuskan dirawat di Rumah Sakit. Namun, tahukah kamu mengapa kita dapat bertahan dan sembuh dari sakit yang menyerang tersebut? Hal ini dikarenakan tubuh kita memiliki suatu sistem yang disebut dengan sistem pertahanan tubuh, yang menangkal masuknya benda asing ke dalam badan.

Sistem pertahanan tubuh merupakan semua sel, jaringan dan organ yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi suatu patogen. Sistem pertahanan ini dibagi menjadi dua, yaitu sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem pertahanan tubuh spesifik. Nah, pada materi kali ini kita akan membahas mengenai apa itu sistem pertahanan tubuh nonspesifik.

Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons pertama terhadap patogen yang masuk ke dalam tubuh. Pertahanan tubuh nonspesifik berfungsi untuk melawan berbagai jenis infeksi yang umum terjadi tanpa melibatkan adanya proses seleksi dan memori terhadap jenis patogen tertentu. Secara umum pertahanan tubuh nonspesifik ini terbagi menjadi dua tahap yaitu garis pertahanan pertama dan garis pertahanan kedua.

Pertahanan Garis Pertama

Pertahanan garis pertama dibedakan menjadi pertahanan secara fisik dan kimiawi. Pertahanan fisik merupakan barrier pertama yang mencegah patogen masuk ke dalam tubuh. Pertahanan fisik diperankan oleh kulit, membran mukosa dan silia. Secara struktural kulit mengandung keratin yang membuatnya sulit untuk ditembus patogen.

Setiap organ tubuh seperti paru-paru, lambung, dan ginjal dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi sebagai pembatas mekanis yang mencegah patogen masuk. Silia dalam saluran pernapasan berfungsi untuk menyaring udara masuk dan mikroorganisme yang masuk bersama dengan udara.

(Baca juga: Mekanisme Pertahanan Tubuh)

Sedangkan pertahanan kimiawi merupakan senyawa kimia hasil sekresi yang berfungsi untuk membunuh patogen yang masuk. Beberapa contoh dari pertahanan kimiawi antara lain :

  • Keringat yang disekresikan oleh kelenjar keringat pada kulit berfungsi untuk membunuh mikroorganisme.
  • Asam klorida (HCl) yang disekresikan oleh lambung berfungsi untuk membunuh patogen yang masuk bersamaan dengan makanan.
  • Mukus atau lender di saluran pernapasan berperan untuk membunuh patogen yang masuk bersama dengan udara.
  • Kelenjar saliva dan air mata mengandung enzim lisozim yang bersifat sebagai antibakteri.

Pertahanan Garis Kedua

Patogen yang berhasil melewati pertahanan garis pertama akan diatasi oleh pertahanan garis kedua. Pertahanan garis kedua meliputi pagositosis, inflamasi, demam, interferon, dan sistem komplemen.

Fagositosis adalah proses dimana sel fagosit menelan atau memakan sel lain atau patogen. Fagositosis dilakukan oleh leukosit seperti neutrophil, makrofag, dan eosinofil. Ketika terjadi infeksi, maka jumlah leukosit ini meningkat. Mereka dapat keluar menembus dinding pembuluh kapiler guna menghancurkan patogen.

Kemampuan leukosit untuk keluar dari dinding pembuluh kapiler disebut diapedesis. Makrofag merupakan hasil diferensiasi dari monosit yang bermigrasi ke jaringan untuk melakukan fagositosis. Bakteri yang sudah berada di dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan ezim lososom.

Inflamasi atau peradagangan merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi yang ditandai dengan adanya pembengkakan, nyeri, panas, dan kemerahan. Inflamasi merupakan proses penting yang berfungsi antara lain :

– Menarik datangnya sel darah putih fagosit ke tempat luka untuk menghancurkan patogen.

– Menyebabkan pembekuan darah lokal sehingga mencegah penyebaran patogen lebih jauh.

– Memicu penyembuhan jariangan yang luka.

Demam merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan naiknya suhu tubuh diatas ambang normal. Demam berfungsi untuk menghambat penyebaran dan pertumbuhan patogen yang masuk ke dalam tubuh.

Interferon (IFN) merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh leukosit akibat adanya infeksi virus. Terdapat 3 jenis interferon yaitu IFN-α, IFN-β, dan IFN-γ yang berfungsi untuk melawan virus.

Protein komplemen dapat memberikan respon pertahanan dengan cara melekat pada dinding bakteri dan menyebabkan pembentukan lubang pada dinding bakteri tersebut. Akibatnya, cairan dan ion dari sel bakteri akan keluar sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.