Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Anomali Suhu Udara Rata-Rata Bulan Mei 2022

Berdasarkan data dari 87 stasiun pengamatan BMKG, normal suhu udara bulan Mei periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 27.2 oC (dalam range normal 21.7 oC - 29.1 oC) dan suhu udara rata-rata bulan Mei 2022 adalah sebesar 27.5 oC. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan Mei 2022 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0.3 oC. Anomali suhu udara Indonesia pada bulan Mei 2022 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-8 sepanjang periode data pengamatan sejak 1981.

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi
Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada bulan Mei 2022 yang diperoleh dari 87 stasiun pengamatan BMKG di Indonesia umumnya menunjukkan nilai anomali positif (lebih panas dari rata-rata klimatologisnya) di seluruh wilayah Indonesia. Anomali maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kunda - Sumba Timur (sebesar 1.3 oC), sedangkan anomali minimum tercatat di Stasiun Meteorologi Naha - Tahuna (sebesar -0.7 oC).

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi
Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Perbedaan (selisih) suhu udara rata-rata bulan Mei 2022 dengan bulan April 2022 yang diperoleh dari 87 stasiun pengamatan BMKG di Indonesia umumnya menunjukkan peningkatan suhu (nilai positif). Peningkatan suhu terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Raja Haji Fisabilillah - Tanjung Pinang (sebesar 1.2 °C), sedangkan penurunan suhu terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Raden Inten II - Lampung (sebesar -0.7 °C).

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

 

Anomali Suhu Udara Rata-rata Tahunan

Anomali suhu udara tahunan adalah perbandingan suhu udara pada tahun tertentu, relatif terhadap rata-rata periode normal (dalam hal ini adalah rentang waktu tahun 1981-2010). Berdasarkan data dari 89 stasiun pengamatan BMKG, normal suhu udara periode 1981-2010 di Indonesia adalah sebesar 26.6 oC dan suhu udara rata-rata tahun 2021 adalah sebesar 27.0 oC.

Untuk wilayah Indonesia secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020. Tahun 2021 sendiri menempati urutan ke-8 tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.4 °C, sementara tahun 2020 dan 2019 berada di peringkat kedua dan ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C dan 0.6 °C. Sebagai perbandingan, informasi suhu rata-rata global yang dirilis World Meteorological Organization (WMO) di laporan terakhirnya pada awal Desember 2020 juga menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat pertama).

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada tahun 2021 yang diperoleh dari 89 stasiun pengamatan BMKG di Indonesia hampir seluruhnya menunjukkan nilai anomali positif, dengan hanya sebagian kecil yang memiliki nilai anomali negatif. Anomali maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Sentani - Jayapura (sebesar 1.4 oC), sedangkan anomali minimum tercatat di Stasiun Meteorologi Dumatubun Tual - Maluku Tenggara (sebesar -0.3 oC).

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Perbedaan (selisih) suhu udara rata-rata tahun 2021 dengan tahun 2020 yang diperoleh dari 89 stasiun pengamatan BMKG menunjukkan nilai perbedaan negatif yang dominan diseluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat diartikan bahwa suhu udara rata-rata tahun 2021 cenderung lebih dingin dibandingkan tahun 2020. Perbedaan positif terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Sentani - Jayapura (sebesar 0.4 °C), sedangkan perbedaan negatif terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Syukuran Aminudin Amir - Sulawesi Tengah (sebesar -0.6 °C).

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

 

Admin buleleng | 16 Maret 2021 | 298131 kali

Keadaan udara dalam jangka waktu yang lama dan mengalami perubahan akibat meningkatnya suhu bumi

Dampak pemanasan global terhadap kehidupan manusia dan lingkungan bukanlah mitos. Dampak-dampak tersebut telah terjadi, mempengaruhi kita sehari-hari, baik disadari atau tidak,. Berbagai akibat pemanasan global bersifat negatif dan kontra produktif terhadap manusia beserta keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Walaupun ada beberapa jenis yang diuntungkan akibat pemanasan global, itu hanya sebagian kecil saja.

Berikut adalah enam belas dampak pemanasan global terhadap manusia dan lingkungan. Jika efek akibat pemanasan global yang belum penulis tuliskan ke dalam artikel ini, silahkan pembaca tambahkan ke dalam bagian komentar.

Daftar dampak pemanasan global

  1. Dampak pemanasan global yang cukup sering dipublikasikan adalah mencairnya gletser: Mencairnya gletser akan menciptakan banyak masalah bagi manusia dan hewan yang hidup di bumi. Salah satunya adalah kenaikan permukaan laut. Seiring meningkatnya pemanasan global, permukaan laut akan naik sehingga berpotensi menyebabkan banjir.
  2. Akibat pemanasan global yang kedua adalah terjadinya perubahan Iklim. Pola cuaca yang tidak teratur telah mulai menunjukkan efek pemanasan global tersebut. Peningkatan curah hujan dalam bentuk hujan telah diketahui di daerah kutub dan gurun. Meningkatnya pemanasan global akan menyebabkan lebih banyak penguapan yang akan menyebabkan lebih banyak hujan. Hewan dan tumbuhan tidak dapat dengan mudah beradaptasi dengan peningkatan curah hujan. Tanaman dapat mati dan hewan dapat bermigrasi ke area lain. Ini dapat menyebabkan seluruh ekosistem berubah secara total dan cepat. Diluar kemampuan manusia untuk beradaptasi.
  3. Meningkat dan meluasnya kekeringan. Meskipun mungkin adanya hujan dan banjir di Savannah, kekeringan yang parah terjadi di bagian lain di dunia. Ketika suhu hangat, keberadaan kekeringan telah meningkat di bagian barat Amerika Serikat. Kekeringan juga menyebabkan terjadinya kebakaran hutan di Indonesia. Penguapan skala besar menjadi penyebab utama kekeringan di banyak tempat, terutama Afrika. Kekeringan yang berpoentsi menyebabkan gagal panen dapat menyebabkan malnutrisi.
  4. Meluasnya penyakit. Karena suhu bumi menjadi lebih hangat, ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan meluasnya penyakit yang mereka hadapi. Dengan peningkatan curah hujan, penyakit yang terbawa air cenderung menyebar, seperti penyakit malaria.
  5. Meningkatnya frekuensi badai. Ketika suhu lautan naik, angin topan dan badai lainnya cenderung menjadi lebih kuat. Dengan meningkatnya pemanasan global, air di laut memanas yang akan memanaskan udara di sekitarnya sehingga menciptakan angin topan.
  6. Naiknya permukaan laut. Mencairnya es di kutub dan berkurangnya air yang menguap ke atmosfir menyebabkan naiknya permukaan laut. Kota-kota dan kota-kota pesisir yang tidak jauh di dekat pantai timur AS, kepulauan pasifik, Teluk Meksiko hanyalah beberapa wilayah di mana kerusakan banjir mulai menenggelamkan beberapa arealnya.
  7. Pemanasan global dapat mempengaruhi pertanian. Ketika suhu global akan meningkat, tanaman akan merasa lebih sulit untuk bertahan hidup dan akan mati. Tumbuhan adalah sumber utama makanan bagi manusia dan sebagai akibatnya kekurangan makanan dapat terjadi. Kekurangan makanan dapat menyebabkan perang dan konflik di beberapa negara.
  8. Gelombang Panas. Gelombang panas menyebabkan cuaca panas yang berbahaya dan dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak kematian terjadi karena gelombang panas daripada dalam enam puluh tahun terakhir, seperti gelombang panas yang terjadi di India baru-baru ini, seperti diberitakan The Gurdian.
  9. Dampak pemanasan global berikutnya adalah terjadinya kebakaran hutan. Walaupun kebakaran hutan adalah kejadian alami, namun dengan bertambahnya jumlah karbon dioksida di udara, dan musim panas yang lebih panas, menyebabkan kebakaran hutan lebih mudah dan sering terjadi. Kebakaran hutan yang lebih sering terus muncul dalam jumlah besar setiap tahun, seperti di Indonesia, australia dan amerika. Laju pembakarannya lebih lama daripada yang terakhir, dan dengan pelepasan karbondioksida ke udara, bukan hanya kehidupan orang-orang dalam bahaya, tetapi satwa liar sangat menderita. Setiap kali api membakar, semakin sedikit oksigen yang ada untuk melawan jumlah karbon dioksida yang berbahaya yang dilepaskan ke atmosfer.
  10. Perubahan musim berupa berlangsungnya periode musim yang lebih panjang atau pendek. Perubahan peiode berlangsungnya musim, misalnya musim semi, gugur, hujan, bisa terjadi lebih cepat dan lebih cepat, atau lebih lama dan lebih lama.
  11. Dampak pada tanaman. Terjadinya perubahan musim menyebabkan pola cuaca menjadi tidak menentu dan ekstrim. Banjir akibat naiknya permukaan laut, gagal panen, perubahan musim bunga meningkatkan resiko kegagalan tanaman untuk berbuah dan dipanen. Ini akan berakibat negatif pada industri makanan. Harga tanaman pokok bisa saja meningkat drastis. Pada akhirnya akan menimbulkan penurunan kinerja ekonomi.
  12. Rusaknya ekosistem laut. Kondisi terumbu karang dunia terus berkurang dan rusak akibat pemanasan global. Sekali terumbu karang terpengaruh, seluruh ekosistem yang berkembang menjadi usang, termasuk penurunan sektor perikanan.
  13. Rantai makanan di dalam ekosistem. Perubahan pola waktu dan durasi migrasi burung migran, hibernasi memakan waktu lebih lama. Akibatnya, seluruh rantai makanan bisa terganggu.
  14. Meningkatnya resiko kesehatan. Dengan semakin banyaknya jumlah karbon dioksida terperangkap di atmosfer, kualitas udara untuk pernafasan semakin buruk dan sulit didapat. Jika pemanasan global berlanjut, menurut sebuah perkiraan, AS akan menghabiskan sekitar 60 miliar dolar untuk memerangi penyakit pernapasan dan gejala.
  15. Kepunahan hewan. Pemanasan global meningkatkan resiko terjadinya kepunahan hewan. Terjadinya pemanasan global menyebabkan beberapa satwa mengalami perubahan habitat sehingga bermigrasi. Migrasi ini akan menyebabkan sebagian hewan tidak dapat beradaptasi alias dirugikan. Misalnya saja rubah putih yang bermigrasi kemudian kalah bersaing dengan rubah merah, seperti yang dipublikasikan oleh artikel BBC berjudul “Arctic foxes suffer while reds thrive in northern Canada“.

Itulah beberapa akibat pemanasan global bagi manusia, satwa dan tumbuhan yang telah teridentifikasi dan wajib diketahui. Dengan mengetahui efek pemanasan global, semoga kita dapat mengelola lingkungan hidup kita menjadi lebih baik.