Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?

Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?

Surat ini menuntut kesetiaan dan ketulusan kita untuk menyembah kepada Allah Al-Shamad. Tanpa pernah menyekutukannya, tanpa pernah bergantung kepada apapun selain kepada-Nya. /

MEDIA PEMALANG- Mengapa dinamakan Surah Al Ikhlas sementara tak ada satupun kata ikhlas di dalam ayat-ayatnya? Jika merujuk pada bahasa Arab, kata ini berasal dari akhlasha yang berarti kejujuran, kesetiaan dan ketulusan.

Surat ini menuntut kesetiaan dan ketulusan kita untuk menyembah kepada Allah Al-Shamad. Tanpa pernah menyekutukannya, tanpa pernah bergantung kepada apapun selain kepada-Nya.

Selain disebut sebagai Surah Al Ikhlas, surah ini juga bernama Surah Al-Jamal (Keindahan), Surah At Tauhid (Keesaan), Surah An-Najah (Pembawa Keselamatan), Surah An-Nur (Cahaya), dan Surah Al-Mani’ah (yang menyelamatkan dari siksaan kubur).

Nah, surah ini diturunkan di Makkah setelah orang-orang musyrik mengutus Amir bin Thufail kepada Nabi Muhammad.

Baca Juga: Memilih Aplikasi Al-Qur’an di Android dan iOS, Wajib Perhatikan 7 Hal Ini!

>

Di hadapan Nabi, Amir bin Thufail bertanya, “Wahai Muhammad, engkau telah menolak tuhan-tuhan yang kami sembah, engkau berpaling dari agama orang-orang tuamu. Atas alasan apa semua ini? Jika karena ingin kaya, kami akan kumpulkan harta kami dan berikan semuanya kepadamu. Jika karena ketidaktahuanmu pada tuhan-tuhan kami,kami akan mengajarimu. Atau jika karena engkau mencintai salah seorang dari istri yang telah kami nikahi? Kami akan sangat bersedia menceraikan dan menikahkannya denganmu.”

Rasulullah menjawab, “Aku tidak miskin, tidak juga karena ketidaktahuanku pada tuhan-tuhan yang kalian sembah. Dan aku bukan seorang yang tergila-gila pada perempuan. Akulah utusan Allah yang berkewajiban untuk menolong kalian dari menyembah berhala kepada menyembah-Nya semata.”

Orang-orang musyrik kembali mengutus Amir bin Thufail untuk kedua kalinya. Dia lalu bertanya kepada Nabi Muhammad, “Terangkan pada kami, apakah tuhan yang engkau sembah terbuat dari batu atau emas (sebagaimana patung-patung yang disembah oleh orang-orang musyrik)?”

Baca Juga: Kisah Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari Menggendong Nabi Khidir AS

Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?

Asshiddiqiyah News Ikhlas Yuk Kita Ngaji Episode Ke 3

Biasanya, sebuah surat dinamakan karena ada penyebutannya dalam al quran. tapi, kenapa surat al ikhlas tidak ada kata "ikhlas" nya? temuk. 1. berdasarkan pada salah satu kata yang ada dalam surah itu. cara penamaan yang pertama ini lebih banyak digunakan di dalam al qur'an. misalnya, surah al baqarah diambil dari kata yang terdapat pada ayat 67, 68, 69. begitu pula dengan surah al falaq dan an nas yang juga ada dalam surah tersebut. 2. berdasarkan makna yang dikandung surah tersebut. Salah satu poin yang menarik dari surat yang berjumlah empat ayat ini adalah karena namanya surat al ikhlash, namun tidak tak satu pun kata “ikhlash” yang kita temukan di dalamnya. ini mengindikasikan bahwa ikhlas itu memang sangat abstrak, bahkan tidak bisa dideteksi oleh alat detektor mana pun, termasuk oleh setan dan iblis. Kalau kita baca dan kita teliti, hingga matahari terbit dari barat agak ke selatan pun, kita tidak akan menemukan kata ikhlas di dalamnya. nama yang melekat pada surah surah dalam al qur'an setidaknya ada beberapa kriteria. pertama; nama yang diambil dari kata yang terdapat ayat dalam surah tersebut. seperti surah yaasin dan surah adh dhuha. Inilah rekomendasi tentang mengapa dalam surat al ikhlas tidak ada kata ikhlas. surah 112 al ikhlas the pure mono.

Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?

Ikhlas Itu Seperti Surat Al Ikhlas Tidak Ada Kata Ikhlas

Tidak ada kata ikhlas di dalamnya kenapa dinamai al ikhlash. Ok, kita kembali ke topik utama yaitu kata "ikhlas" dari surat ke 112. allah merupakan zat yang tidak bisa diindrakan, namun ia mengagungkan dirinya dengan bahasa, yaitu bahasa al qur’an. di dalam al qur’an memberikan larangan untuk memikirkan zat allah, namun allah memberi manusia petunjuk untuk memkirkan apa apa yang telah ia ciptakan. Dinamakan surat al ikhlas karena dua hal, pertama, karena dalam surat tersebut allah khusus menceritakan tentang diri nya. sehingga di dalam surat ini, tidak ada keterangan apapun selain keterangan tentang allah subhanahu wa ta’ala dan sifat sifat nya. kedua, surat ini mengajarkan tentang prinsip ikhlas bagi orang yang membacanya, sehingga.

Tidak Ada Kata Ikhlas Di Dalamnya Kenapa Dinamai Al Ikhlash?

kenapa dinamakan surat al ikhlas walaupun tidak ada kata ikhlas didalamnya? link full: penasarang dong? padahal enggak ada kata "ikhlas" di dalam surahnya kan? simak kenapa surah qulhu dinamankan biasanya, sebuah surat dinamakan karena ada penyebutannya dalam al quran. tapi, kenapa surat al ikhlas tidak ada kata memahami isi surat al ikhlas, mengapa surat al ikhlas tidak ada kata ikhlasnya? ustadz adi hidayat lc ma #ustadzadihidayat part 2 ikhlas, kata yang mudah diucapkan, tapi butuh waktu yang panjang untuk bisa mempraktekkannya. ketika kita sudah kenapa dinamakan surah al ikhlas? dimana ikhlasnya surah al ikhlas? tentang surat al ikhlas. mengkaji surat al ikhlas yang tidak ada kata "ikhlas" nya ustadz abdul somad, lc.,ma mohon nama : endri adi dianmarta offering : b9 prodi : desain komunikasi visual. jika anda mampu mengamalkan satu surah ini saja . ketika nabi selesai menunaikan shalat terdengar seseorang berdoa, episode 28, lintasan tajwid 1438 h. program yang hadir setiap hari selama bulan ramadhan 1438 h. membahas seputar

  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?
  • Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?

Makna di balik kata (Mengapa dinamakan Surat Al-ikhlas?)

06 Februari 2018 15:06 WIB | dibaca 9978

Kenapa di surat Al Ikhlas tidak ada kata ikhlasnya?

Foto Iwan Abdul Gani

Pernakah Anda bertanya, Mengapa surat ke 112 dinamakan al-ikhlas? Sedangkan tidak ada kata ikhlas di dalamnya? Mengapa tidak disebut al-ahad, ashomad atau bahasa plesetan masyarakat awam yang menyebutnya "kulhua-ae-lek" . Menurut saya ini pelecehan. Kenapa saya katakan ini pelecehan terhadap al-qur'an? Ini kalam (firman) Allah, berani sekali menjadikannya sebagai bahan guyonan? Kalimat ini walau dalam tulisannya "kulhu ae lek" (kulhu saja) namun terdengar "kulhua elek" (kulhu jelek), itu karena intonasi ketika mengucapkan. 

Para 'Ulama mengatakan bahwa al-qur'an itu "تبيانا لكل شيء"  menjelaskan segala sesuatu. Benarkah demikian? Jika ia, kenapa surat ini tidak menjelaskan langsung maksud dan tujuannya malah diberi nama yang membuat kita bingung?

Maksud dari al-qur'an menjalaskan segala sesuatu bukan berarti semua disebutkan, semua dijelaskan. Jika demikian, bisakah Anda bayangkan berapa tebalnya alqur'an? Berapa jilid al-qur'an itu jika dicetak? Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menghatam qur'an? Di samping itu potensi akal yang diberikan Allah pada manusia nganggur dong, karena tidak digunakan untuk berfikir karena semua sudah disebutkan. Lalu untuk apa nganggur jika diciptakan?

Al-qur'an adalah kitab yang berisi petunjuk (ayat). Apa itu ayat? Ayat adalah isyarat. Sedangkan isyarat, penujukannya belum jelas. Kenapa belum jelas? Jawabannya agar manusia berfikir. Oleh karena itu, ayo mari kita berfikir.

Jika ada pertanyaan, "Apakah dalam al-Qur'an ada kata JEMBLEM?"  Loh kok jemblem dibawa-bawa? Sebenarnya bicara surat al-ikhlas atau Jemblem? Ha..ha..ha.. karena saya suka jajanan yang satu ini, maklum di tempat saya, di Timur sana tidak ada JEMBLEM. 

Jawaban dari pertanyaan di atas tentu tidak ada. Bagaimana jika pertanyaannya diubah namun obyek yang ditanyakan sama? Pertanyaan, "Apakah dalam al-Qur'an ada ayat yang mengisyaratkan adanya jajanan yeng disebut JEMBLEM?"  Kok jemblem lagi? Ia agar mempermudah kita memahaminya.

Jawabannya adalah, ada ayat yang mengisyaratkan itu. Ah.. masa sih?? Pengen bukti? Mari kita buka surat ke 2 (al-Baqroh: 31)

 وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ

"Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkan padaKu nama-nama benda itu jika kamu orang-orang yang benar."

Ayat tersebut mengatakan bahwa Allah mengajarkan nama-nama benda seluruhnya. Bisa difahami kata "Seluruhnya?". Kalimat yang perlu digaris bawahi adalah "nama-nama benda seluruhnya."

Bagaimana? Sampai di sini Anda sudah bisa memahaminya? Saya anggap Anda sudah mulai terbuka pemikirannya untuk menggali lebih dalam lagi, sayapun demikian. 

Ok, kita kembali ke topik utama yaitu kata "Ikhlas" dari surat ke 112

Allah merupakan zat yang tidak bisa diindrakan, namun Ia mengagungkan diriNya dengan bahasa, yaitu bahasa Al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an memberikan larangan untuk memikirkan zat Allah, namun Allah memberi manusia petunjuk untuk memkirkan apa-apa yang telah Ia ciptakan.

Allah memberikan kita petunjuk berupa Al-Qur’an, dan juga petunjuk melalui lisan RaosulNya berupa Hadist.  Dibutuhkan pemahaman yang baik untuk mengetahui isi petunjuk tersebut.

Surah Al-Ikhlas, Surah pendek berisi empat ayat, dinamakan Al-Ikhlas namun sama sekali tidak ada kata Ikhlas di dalamnya. Apa maksud yang hendak disampaikan Oleh Allah swt..?,  Mari kita kaji bersama.

Ayat pertama “قل هو الله احد” : Katakanlah Allah itu Ahad (satu, esa, tunggal)

Dalam terjemah Al-Quran yang lain diartikan “katakanlah Tuhan itu Esa”, ada juga yang mengartikannya “katakanlah Tuhan itu Satu”.

Engkau yang satu, apakah satu itu maknanya pasti satu? Belum tentu, tergantung kontex kalimatnya. Sebagai contoh. Seorang lelaki menikah dengan perempuan akan membentuk satu keluarga. Dua orang tetapi dinamakan “satu” keluarga. Satu disini bermakna penyatuan dua unsur menjadi satu. Apakah sama maknya dengan Allah itu ahad (satu/tunggal/esa)? Tentu tidak. Mengapa? Karena Allah tidak membutuhkan pasangan. Sudah stop di sini, jangan lanjutkan lagi pertanyaan setelah "pasangan"

Ok, kita lanjut

Allah meliputi segalanya, meliputi alam semesta, meliputi malaikat-malaikat-Nya, Serta meliputi apapun itu. Itulah ahad, satu atau Tunggal. 

Allah adalah dzat yang Maha Sempurna. Kita tidak akan pernah tau bagaimana dzat Tuhan yang sebenarnya, namun penting bagi kita  untuk mengetahui makna zat dengan ilmu yang benar  agar terbangun pemahaman bahwa  Allah benar-benar berbeda dengan makhluk-Nya.

“Katakanlah Allah itu satu”, kalimat ini merupakan kalimat impressive. Muhammad diperintahkan oleh Allah melalui Jibril untuk mengakui bila Allah itu satu. Ayat ini juga dikenal dengan ayat Tauhid.

Rasulullah dikuatkan kembali dengan pengakuan tersebut, sekaligus sebagai peringatan kepada umatnya agar melakukan perjalanan-perjalanan “tauhid”. Sebagaimana yang dilakukan Nabi  Ibrahim dalam proses pen-Tauhidannya.

Sampai di sini timbul pertanyan, "lalu di mana kata ikhlas itu?" Jawabnnya ada di balaik kata "Allah itu Esa". Maksdunya bagaimana? Maksudnya, Saya, Anda, Mereka, kita semua harus IKHLAS menerima Allah sebagai satu-satunya Zat yang wajib disembah, yang wajib ditaati, yang menciptakan seluruh jagad raya dan mengaturnya tampa partner, tampa bantuan makhluk yang lain.

Lalau bagaimana dengan pendapat yang mengatakan bahwa, "Tuhan Saya, Tuhan Anda, Tuhan mereka, Tuhan kita sama?" Jawabannya berbeda-beda. Jika yang dimaksud  Saya, Anda, Mereka, Kita itu sesama Muslim, jawabannya Ia Tuhan Kita sama, namun jika yang dimaksud Saya, Anda, Mereka dan Kita itu berbeda agama, maka jawabannya, Tuhan kita tidak sama.

Sebagai Muslim jika saya menjawab Tuhan kita sama kepada kaum yang beragama lain, berarti saya tidak ikhlas dalam menerima Allah sebagai satu-satunya Zat yang disembah, di samping itu, saya melecehkan Allah dan juga Tuhan yang disembah agama lain.

Ayat kedua" الله الصمد":   Allah tempat meminta segala sesuatu.

Pemaknaan kita terhadap ayat ini akan lekat pada sifat kedermawanan Alllah, mengapa? Karena meminta sangat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat materi, “Saya meminta uang kepada Ibu” sangat bermateri. Apakah Allah materialistik? Sementara Allah tidak mengukur manusia dengan kekayaan. Bentuk tubuh dan apapun itu melainkan hanya dari segi ketakwaan. 

Kita sempat melupakan kata “pinta” (cintailah aku, hanya itu yang aku pinta). Kata-kata ‘’pinta’’ cocoknya dengan sesuatu yang inmateri atau tidak bermateri. Bagaimana jika diartikan “الله الصمد”: Tempat meminta segala Pinta.

Dalam terjemahan Al-Qur’an yang lain bermakna: Adalah Allah yang bergantung padanya segala sesuatu. Yang bergantung itu adalah beban, sementara hidup manusia dipenuhi dengan beban atau persoalan.

Semoga tidak ada beban dalam diri Anda saat membaca tulisan ini. He..he..he. 

Hanya kepada Allah - lah satu-satunya yang meliputi segala misteri dan rahasia-rahasia tempat manusia menggantungkan keluh kesah, rasa dan asa.

Akankah kita meminta rezeki kepada Tuhan berupa emas ataupun permata?, Ataukah kita meminta untuk dibukakan pintu-pintu pengetahuan agar kita lekas mengetahui dari mana memulai pekerjaan yang terbaik?

Sampai pada ayat kedua ini, saya ingin mengajak untuk memahami Konsep Tuhan dari kacamata Teologi. Wah... istilah apa lagi itu? Baru tahu? Hmmmmm..

Dalam bahasa Arab, istilah Teologi ini biasa disebut dengan Usuluddin, sedang ajaran dasar agamanya disebut ‘Aqoid atau ‘Aqidah, dan ada pula yang menyebutnya dengan Tauhid. Selain itu

Ada juga yang menyebut Teologi sebagai llmu AI-Kalam, dimana jika Kalam yang dimaksud itu adalah Firman Allah, maka itu berarti ilmu tentang AI-Qur’an, sedangkan jika yang dimaksud Kalam adalah kata-kata manusia, itu berarti ilmu tentang “olah kata” dalam mempertahankan pendapat atau pendirian, yang sering disebut juga sebagai “bersilat lidah”, karena memang pada dasarnya, para Theolog itu, apapun agamanya, adalah orang yang pandai memainkan kata-kata atau bersilat lidah. Itulah sebabnya seorang Theolog dalam Islam disebut Mutakallim, yaitu ahli dalam berargumen yang mahir memainkan kata-kata.

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin tekankan bahwa saya tidak ingin Anda harus mengikuti apa yang saya tulis. Ini hanya pemahaman saya berdasarkan ilmu yang sedikit dari membaca. Tidak menutup kemungkinan, Anda lebih tahu dari saya.

Kita lanjut.........panjang pembahasannya, saya sarankan sediakan kopi dan jajan yang banyak sambil membaca. He..he..he..

Dalam ilmu Teologi, satu zat diyakini Tuhan, harus memiliki tiga kriteria.  Apakah kriteria ini baru dalam Islam? Tentu Tudak. Karena semenjak Nabi pertama diutus, konsep ini sudah ada, bahkan lebih lengkap dari konsep para Teolog, hanya istilahnya saja yang berbeda, dan Nabi Muhammad diutus untuk menghidupkan kembali konsep tersebut. Para Theolog hanya memodifikasikan saja, namun karena kesombongan akhirnya mereka tidak mengakui bahwa ilmu itu sebenarnya punya Islam. Anda akan menemukan bukti itu dari tulisan ini.

Lanjuuuuutt.....

Apa saja kriterianya?

Yang pertama, Absolut, yaitu Allah (Tuhan) mempunyai kekuasaan yang mutlak, melingkupi seluruh jagad raya ini. Dia tidak membutuhkan bantuan makhluk apapun, tidak membutuhkan partner baik dari anak manusia maupun dari kalangan Malaikat

Lalu mana buktinya bahwa Islam sudah konsep tersebut? Di antaranya ada pada surat al-ikhlas ayat 1-2. Baca dan fahami ayat tersebut.

Yang kedua, Unik, yaitu Allah (Tuhan) itu tersendiri, berdiri sendiri. Tidak berawal dan berakhir, tidak melahirkan apa lagi dilahirkan. 

Di sini saya rasa Anda sudah bisa menemukan buktinya sendiri dari al-qur'an. Ayo dikaji al-qur'annya, jangan jadikan bahan koleksi atau hiasan almari. Ingat "dikaji" bukan sekedar dibaca agar dapat pahala, kalau hanya untuk mengejar pahala, itu namanya mengajak Allah untuk berbisnis. He..he..he..Bingung????

Alhamdulillah kalau Anda bingung. Dari kebingungan akan timbul rasa ingin tahu. Dengan demikian, mari kita kaji bersama.

Yang ketiga, Distinct, yaitu Allah (Tuhan) lain dari pada yang lain, tidak boleh ada makhluk yang menyerupainya, tidak boleh ada makhluk baik dari kalangan manusia ataupun malaikat yang meyerupainya.

Selanjutnya silahkan cari buktinya sendiri dari al-qur'an, ok. 

Mari kita lanjutkan pada ayat berikutnya.

Ayat ketiga “ لم يلد و لم يولد” : Tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. 

Mari kita bahas,Allah tidak beranak, dan mari kita mengurusi kata anak. Anak berawal dari sel sperma dan sel ovum. 

Mari kembali lagi, dengan Allah yang meliputi segala semesta, Sungguh rendah kedudukan Allah jika Ia dilahirkan apalagi melahirkan. Apakah Allah memerlukan semua itu? Allah tidak butuh bersenggama (maaf) sebab Ia adalah Zat yang ‘’Maha Cinta’’, Maha Pencipta tanpa reproduksi.

Di mana ikhlasanya? Jawabnnya, anda, saya, mereka, kita harus ikhlas menerima bahwa Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakan.

Ayat keempat “و لم يكن له مفوا احد” :  Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya. 

Ayat ini sebagai pembersih, Bersih dari apapun mengenai pemikiran manusia terhadap-Nya. Bersih dari penyerupaan makhluk dengan diri-Nya

Itulah IKHLAS. Sama sekali tidak ada kata-kata Ikhlas di dalam surah Al-Ikhlas. Ikhlas tidak meski disebutkan, Ikhlas adalah bentuk pentauhidan kepada Allah yang Maha Kuasa. Disebut ataupun tidak, kita harus ikhlas. 

Selanjutnya silahkan kaji al-qur'an, dan Anda akan menemukan sesuatu yang membuat Anda takjub.

Tulisan ini hanya sebagai penggugah agar kita kaji lebih dalam lagi al-Qur'an. Tulisan ini bukan yang paling benar, karena yang menulis ini manusia bukan malaikat. Jika ada salah, semoga Allah mengampuni. 

والله اعلم بالصواب

Tuban, 6 Februari 2018

Iwan Abdul Gani