Kerajaan budhha di Indonesia yang mengirimkan pelajar untuk belajar agama budhha adalah kerajaan

KOMPAS.com - I-Tsing adalah biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha.

Ia adalah pengembara China yang dijadikan sebagai dasar alasan para ahli sejarah dalam mengemukan teori masuknya Islam yakni pada abad ke-7.

Catatan perjalanannya pada abad ke-7 merupakan sumber penting bagi sejarah kerajaan abad pertengahan di sepanjang jalur laut antara China dan India.

Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing pernah tinggal di nusantara, khususnya di Sriwijaya, dalam waktu yang cukup lama.

Bahkan catatan tertua tentang Sriwijaya diketahui dibuat oleh I-Tsing.

Sepanjang hidupnya, I-Tsing diperkirakan telah menerjemahkan ratusan teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Awal perjalanan ke Sriwijaya

I-Tsing lahir di Yanjing, China, pada 635 Masehi dan menjadi biksu pada usia 14 tahun.

Ia adalah pengagum Fa Hien atau Faxian, seorang biksu China terkenal yang melakukan perjalanan ke India pada abad ke-4.

Berkat beasiswa dari seorang dermawan bernama Fong, I-Tsing memutuskan untuk mengunjungi Nalanda, pusat pendidikan agama Buddha di India saat itu.

Ia mengembara dari Guangzhou dengan menumpang kapal dagang dan singgah di Sriwijaya.

Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.

Dari situ, ia melanjutkan perjalanan ke negeri Melayu, Kedah, hingga tiba di pantai timur India.

Di India, I-Tsing tinggal selama 11 tahun untuk mempelajari agama Buddha.

Baca juga: Kekaisaran Maurya: Sejarah, Raja-Raja, Masa Kejayaan, dan Kehidupan

Kunjungan kedua ke Sriwijaya

Pada 687, I-Tsing kembali singgah di Kerajaan Sriwijaya ketika akan kembali ke China.

Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama dua tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Pada 689, I-Tsing kembali ke Guangzhou untuk mendapatkan tinta dan kertas yang belum dimiliki Sriwijaya.

Masih di tahun yang sama, ia kembali ke Sriwijaya dan tinggal di Indonesia hingga 695.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya dalam menerjemahkan kitab suci Buddha, I-Tsing kembali ke China.

Selama 25 tahun perjalanannya, I-Tsing diperkirakan telah menerjemahkan sekitar 400 teks Buddha yang kemudian dibawa kembali ke China.

Begitulah peran I-Tsing dalam penyebarluasan ajaran Buddha, yaitu dengan cara menerjemahkan kitab.

I-Tsing juga membuat catatan yang menggambarkan petualangannya dari China ke Sriwijaya hingga akhirnya sampai di India.

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Catatan I-Tsing tentang Indonesia

I-Tsing adalah salah satu tokoh yang berperan besar dalam historiografi Indonesia.

Catatan perjalanannya menjadi sumber para peneliti dalam mengungkap Kerajaan Sriwijaya dan perkembangan ajaran Buddha di nusantara pada abad ke-7.

Dalam catatannya, ia kagum dengan perkembangan agama Buddha di Sriwijaya.

I-Tsing bahkan menyarankan para biksu dari negerinya yang hendak menuju Nalanda untuk belajar di Sriwijaya.

Ketika tinggal di Sriwijaya, ia bertemu dengan para biksu dari pulau-pulau di nusantara lainnya.

Menurutnya, Kerajaan Holing atau Kalingga di Jawa dapat ditempuh empat hari perjalanan melalui laut dari Sriwijaya.

Ia juga menulis bahwa raja-raja di nusantara banyak yang memeluk agama Buddha.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Peninggalan budaya bercorak Buddha di Indonesia tak lepas dari sejarah masa lalu yaitu masuknya para pedagang ke nusantara.

Hal ini karena lokasi Indonesia berada di jalur pelayaran para pedagang dari India dan China yang turut menyebarkan agama Buddha di sepanjang jalur perdagangan yang dilewatinya.

Baca juga: 10 Candi Buddha di Indonesia, Lengkap dengan Lokasi dan Sejarahnya

Terjadinya akulturasi kebudayaan membuat masyarakat berkembang, termasuk munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Buddha.

Baca juga: Ciri Khas Candi Buddha di Indonesia serta Contohnya

Berikut adalah rangkuman singkat beberapa kerajaan bercorak Buddha yang pernah berdiri di Indonesia.

Baca juga: Mengapa Candi Buddha Besar Tidak Ditemukan di Sumatera?

1. Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga adalah kerajaan Buddha yang disebut sebagai yang tertua di Indonesia.

Dikutip dari buku Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa (2019) oleh Danik Isnaini, Kerajaan Kalingga atau dikenal dengan Kerajaan Holing berdiri pada sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 masehi.

Lokasinya berada di pantai utara Pulau Jawa, tepatnya di antara Kabupaten Pekalongan dan Jepara.

Kerajaan Kalingga didirikan oleh keturunan Dinasti Syailendra yang juga dikenal sebagai penguasa Kerajaan Mataram kuno.

Pada masa pemerintahan Ratu Shima antara tahun 674-695 masehi, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya.

Di masa tersebut, Kerajaan Kalingga sempat menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Jawa.

Kerajaan budhha di Indonesia yang mengirimkan pelajar untuk belajar agama budhha adalah kerajaan
Dok. Indonesia.travel Kompleks Candi Muara Takus peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Dikutip dari Modul Sejarah Indonesia X (2020) yang disusun oleh Dra. Veni Rosfenti, M.Pd, Kerajaan Sriwijaya berdiri sejak abad ke-7 dan berkembang hingga abad ke-13 masehi.

Pusat pemerintahannya berada di Pulau Sumatera, tepatnya di sekitar Palembang.

Sriwijaya sempat menjadi pusat pembelajaran agama Buddha yaitu aliran Buddha Mahayana dan Hinayana.

Pendeta Buddha yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Dharmapala dan Sakyakirti.

Pada masa pemerintahan Dapunta Hyang, Kerajaan Sriwijaya mencapai masa kejayaan.

Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya antara lain Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Talang Tuwo, Prasasti Karang Berahi, Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Ligor.

3. Kerajaan Dharmasraya

Seiring runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, muncul sebuah kerajaan bernama Dharmasraya.
Kerajaan ini merupakan penerus dari Kerajaan Melayu yang sempat ditaklukkan oleh Sriwijaya.

Wilayah kekuasaannya juga cukup luas yaitu meliputi Sumatra, sunda, hingga Semenanjung Malaya.

Kerajaan Dharmasraya diperintah oleh Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa dari Wangsa Mauli.

Salah satu sumber sejarah Kerajaan Dharmasraya didapatkan dari Thailand, yakni Prasasti Grahi.

Di era Raja Adityawarman, pusat pemerintah Kerajaan Dharmasraya dipindahkan ke Pagaruyung dan mengganti nama kerajaan menjadi Malayapura.

Namun adanya ekspansi Kerajaan Majapahit diperkirakan menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Dharmasraya.

4. Kerajaan Mataram Kuno

Setelah Rakai Panangkaran wafat, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua.

Dinasti Sanjaya memimpin dengan corak Hindu di Jawa Tengah bagian utara, sementara Dinasti Syailendra memimpin dengan corak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan.

Dinasti Syailendra membawa Kerajaan Mataram Kuno pada masa kejayaannya di abad ke-8 masehi.

Di bawah pemerintahan Sri Dharmatungga, wilayah kekuasaannya meluas hingga Semenanjung Malaka.

Selanjutnya pada pemerintahan Syailendra, kekuasaan meluas hingga Kamboja.

Tak sampai di situ, dibangun pula Candi Borobudur yang dilakukan oleh para penganut Buddha Mahayana.

Sumber: kemdikbud.go.id dan Kompas.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Pusat agama Buddha Selain menjadi pusat perdagangan, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat ilmu dan agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Apa buktinya bahwa Sriwijaya sebagai pusat pendidikan agama Buddha?

Bukti Bukti Yang Menunjukkan Kerajaan Sriwijaya Sebagai Pusat Agama Budha. -> Adanya Prasasti Nalanda Di Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Nalanda ini Berisikan/menceritakan tentang Raja Sriwijaya, yaitu Balaputra Dewa yang Mengirimkan Pelajar Pelajar Ke India.

Tuliskan di kerajaan manakah pusat pembelajaran agama Buddha di Indonesia?

Berdasarkan catatan I-tsing, Sriwijaya merupakan rumah bagi sarjana Buddha, dan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.

Apa peranan kerajaan Sriwijaya bagi agama Buddha?

Sriwijaya pernah dikenal sebagai kerajaan maritim yang besar. Kerajaan ini juga pernah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan pengajaran bahasa Sansekerta. Dari abad ke-7 hingga permulaan abad ke-11 Masehi, Kedatuan Sriwijaya merupakan pusat pengajaran agama Buddha.

You might be interested:  Apa Yang Dimaksud Pendidikan Inklusif?

Dimana letak kerajaan Sriwijaya dan jelaskan mengapa Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perkembangan agama Budha *?

Diketahui bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim bercorak Hindu – Buddha yang terbesar di Indonesia. Sriwjaya berdiri sekitar abad ke-7 M dan terletak di tepi sungai Musi Palembang, Sriwijaya terkenal sebagai pusat pengajaran agama Buddha di Asia Tenggara.

Siapa pendeta Budha yang terkenal?

Pendeta yang terkenal adalah Sakyakirti.

Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf pallawa dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M).

Alasan berikutnya mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut kerajaan maritim yaitu adanya penguasaan lautan atau wilayah perairan yang luas dari Kerajaan Sriwijaya ini. Gambar kapal bercadik Ganda pada salah satu arcanya dengan jelas menunjukan bahwa alat transportasi perairan ini merupakan alat transportasi utama mereka.

Bagaimana peranan Sriwijaya sebagai pusat penyebaran agama Hindu Buddha di Indonesia?

Kerajaan sriwijaya merupakan salah satu kerajaan budha tertua di nusantara. Karajaan sriwijaya terkenal dengan kerajaan maritim yang mebuat kerjaan tersebut menjadi pusat persebaran agama budha di asia tenggara saat itu karena lokasinya yang sangat strategis.

Kerajaan apa yang dijadikan sebagai pusat pendidikan agama Budha se Asia Tenggara di Indonesia?

Pada masanya Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Bagaimana perkembangan agama Buddha di Indonesia?

Agama Buddha sendiri telah masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Proses penyebaran Agama Buddha di Indonesia dimulai melalui perdagangan melalui jalur laut. Hal ini dapat dilihat pada catatan sarjana dari China bernama I-Tsing ketika beliau melakukan perjalanan ke India dan Nusantara.

Berapa persen agama Buddha di Indonesia?

Dikutip dari tirto.id, pada sensus terakhir Badan Pusat Statistik, yaitu pada 2010, jumlah penduduk yang beragama Buddha 1,7 juta jiwa atau sekitar 0,72 persen dari populasi.

Apa sajakah peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya?

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

  • Baca juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim?
  • Prasasti Kedukan Bukit.
  • Prasasti Kota Kapur.
  • Prasasti Telaga Batu.
  • Baca juga: Prasasti Kedukan Bukit: Sejarah, Isi, dan Artinya.
  • Prasasti Karang Berahi.
  • Prasasti Palas Pasemah.
  • Prasasti Talang Tuo.

Bagaimanakah kedudukan kerajaan Sriwijaya dalam penyebaran agama Budha di Nusantara dan Asia Tenggara?

Sriwijaya juga diketahui sebagai pusat pengembangan agama Buddha di nusantara. Jawabannya adalah karena letak Sriwijaya sangat strategis dan mempertemukan Jemaah agama Buddha yang berangkat dari Cina ke India dan dari India ke Cina.