Ketentuan Allah yang tidak bisa diubah manusia dengan ikhtiar disebut dengan takdir

Senin, 18 Juli 2022 | 14:35 WIB

Senin, 18 Juli 2022 | 12:04 WIB

Minggu, 17 Juli 2022 | 16:33 WIB

Sabtu, 16 Juli 2022 | 22:35 WIB

Sabtu, 16 Juli 2022 | 21:35 WIB

Sabtu, 16 Juli 2022 | 20:42 WIB

Sabtu, 16 Juli 2022 | 19:35 WIB

Sabtu, 16 Juli 2022 | 18:36 WIB

Sabtu, 16 Juli 2022 | 18:35 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 22:35 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 22:31 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 20:48 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 19:51 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 15:15 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 13:07 WIB

Jumat, 15 Juli 2022 | 08:15 WIB

Kamis, 14 Juli 2022 | 23:00 WIB

Kamis, 14 Juli 2022 | 22:45 WIB

Kamis, 14 Juli 2022 | 21:45 WIB

Kamis, 14 Juli 2022 | 20:57 WIB


Page 2


Page 3

Ilustrasi meninggal dunia. Foto: Shutter Stock

Segala ketetapan dalam kehidupan manusia ditentukan oleh takdir. Secara bahasa, takdir berasal dari kata qadara (قدر، يقدر، تقديرا) yang berarti ukuran terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, takdir adalah segala sesuatu yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi, yang telah ditentukan oleh Allah SWT, entah itu sesuatu yang baik maupun yang buruk.

Dalam Islam, takdir dibedakan menjadi dua macam yakni takdir mu’allaq dan takdir mubram. Mengutip buku Aqidah dan Akhlak Untuk Kelas IX MTs oleh Taofik Yusmansyah (2006), takdir mu'allaq adalah takdir yang masih bisa diusahakan dan sangat erat kaitannya dengan ikhtiar dan doa manusia.

Contohnya kejadian masa depan yang akan dihadapi oleh manusia. Jika seseorang ingin memperoleh keberhasilan, upaya dan doa harus selalu digencarkan. Jika ingin menjadi dokter, maka ia harus sekolah di fakultas kedokteran, belajar dengan giat, dan berdoa memohon kemudahan.

Sedangkan takdir mubram adalah takdir yang tidak bisa diubah lagi dan merupakan ketetapan final Allah. Apa maksudnya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Pengertian Takdir Mubram, Contoh, dan Cara Menyikapinya

Ilustrasi gunung meletus. Foto: Pxfuel

Mengutip buku Pendidikan Agama Islam untuk SMK Kelas XII oleh Bachrul Ilmy, takdir mubram ialah ketetapan Allah kepada makhluk-Nya yang tidak akan mengalami perubahan. Ketetapan ini sifatnya final, tidak bisa diubah dengan upaya dan doa layaknya takdir mu’allaq. Misalnya, kematian seseorang dan terjadinya bencana alam.

Allah SWT berfirman dalam Surat an-Nisa ayat 74 yang berbunyi:

اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

Takdir mubram sifatnya tidak bisa ditawar. Takdir ini akan menimpa siapapun yang Allah kehendaki, baik yang beriman ataupun tidak.

Contoh lain dari takdir mubram ialah jenis kelamin ketika seseorang dilahirkan ke dunia, dari ibu mana ia akan dilahirkan, dan di mana ia akan meninggal dunia.Takdir ini semata-mata terjadi atas kehendak (iradah) dan kekuasaan (qudrah) Allah.

Ilustrasi gempa Foto: GETTY IMAGES/Ulet Ifansasti

Termasuk pula dalam kategori takdir mubram adalah segala musibah dan bencana yang terjadi seperti gempa bumi, kekeringan, gunung meletus, dan lain-lain. Untuk menghadapi takdir ini manusia bisa memilih antara bersyukur atau tidak, jika takdir itu berupa nikmat ataupun sesuatu yang menyenangkan. Dan bersabar atau tidak, jika takdir itu berupa sesuatu yang tidak menyenangkan.

Tentunya sikap yang paling baik adalah bersabar ketika mendapat musibah dan bersyukur saat menerima nikmat. Sebab, Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada orang yang bersabar dan bersyukur.

Sedangkan mengingkari musibah atau bencana yang ditimpakan bukanlah sikap yang baik. Semua itu sudah dituliskan oleh Allah SWT di dalam kitab-Nya (Lauh Mahfudz), jauh sebelum alam semesta diciptakan.

Manusia tidak bisa menolaknya atau bahkan berharap musibah itu lenyap seketika. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Hadid ayat 22 yang artinya:

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya, Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah''