Kitab Suci Bhagawadgita terdiri dari berapa sloka

tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā

upadekṣyanti te jňānaṁ jňāninas tattva-darśinaḥ

[Bhagavad-gita, 4.34]

 “Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.”

Bhagavad-gītā Sloka 1.1

dhrtarāstra uvāca dharma-ksetre kuru-ksetre samavetā yuyutsavah māmakāh pāndavāś caiva

kim akurvata sañjaya

“Dhrtarastra berkata: Wahai Sanjaya, sesudah putera-puteraku dan putera Pandu berkumpul di tempat suci Kuruksetra dengan keinginan untuk bertempur, apa yang dilakukan oleh mereka?”

Penjelasan Srila Prabhupada: Bhagavad-gita adalah ilmu pengetahuan Ketuhanan yang dibaca secara luas yang ringkasannya terdapat dalam kitab Gita-mahatmya (pemujian terhadap Bhagavad-gita). Dalam Gita-mahatmya, dianjurkan agar orang mempelajari Bhagavad-gita dengan teliti sekali melalui bantuan seorang penyembah Sri Krishna dan berusaha untuk mengertinya tanpa menafsirkan berdasarkan motif pribadi. Contohnya untuk mengerti secara jelas terdapat dalam Bhagavad-gita itu sendiri, yaitu bagaimana ajarannya dimengerti oleh Arjuna, yang mendengar Gita tersebut secara langsung dari Sri Krishna. Kalau seseorang cukup beruntung hingga dapat mengerti Bhagavad-gita dalam garis perguruan tersebut, tanpa penafsiran dengan motif tertentu, maka ia akan melampaui segala usaha dalam mempelajari pengetahuan Veda, dan segala Kitab Suci di dunia. Dalam Bhagavad-gita, seseorang akan menemukan segala sesuatu yang tercatum di dalam Kitab-kitab Suci lainnya, tetapi pembaca juga akan menemukan hal-hal yang tidak terdapat dalam buku-buku lain. Itulah taraf khusus Bhagavad-gita. Ia adalah ilmu Ketuhanan yang sempurna sebab disabdakan secara langsung oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna.

Hal-hal yang dibicarakan oleh Dhrtarastra dan Sanjaya, sebagaimana diuraikan dalam Mahabharata, merupakan dasar pokok filsafat yang mulia ini, dimengerti bahwa filsafat tersebut berkembang di medan perng Kuruksetra. Kuruksetra adalah tempat perziarahan yang suci sejak awal sejarah zaman Veda. Bhagavad-gita disabdakan oleh Tuhan pada waktu Beliau Sendiri berada di planet ini untuk membimbing manusia.

Kata dharma-ksetra (tempat pelaksanaan ritual-ritual keagamaan) bermakna, sebab di medan perang Kuruksetra, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sendiri hadir di pihak Arjuna. Dhrtarastra, ayah para Kuru, sangat ragu-ragu akan kemungkinan kejayaan putera-puteranya pada akhirnya. Dalam keraguannya dia bertanya kepada sekertarisnya yang bernama Sanjaya, “Apa yang dilakukan oleh mereka?” Dia yakin bahwa putera-puteranya dan para putera adiknya yang bernama Pandu sudah berkumpul di Medan Perang Kuruksetra tersebut karena mereka sudah bertekad untuk berperang. Namun pertanyaan Dhrtarastra bermakna. Dia tidak menginginkan kompromi antara putera-putera dan keponakan-keponakannya, dan dia ingin memastikan nasib para puteranya di medan perang, Oleh karena perang tersebut direncanakan di Kuruksetra, yang disebut dalam ayat-ayat lain dari Veda sebagai tempat sembahyang – bahkan bagi penduduk surga sekalipun – Dhrtarastra takut sekali mengenai pengaruh tempat suci tersebut terhadap hasil perang itu. Dia menyadari bahwa tempat suci Kuruksetra akan mempengaruhi Arjuna dan para putera Pandu dengan cara yang menguntungkan, sebab watak mereka semua saleh. Sanjaya adalah murid Vyasa; karena itu, atas berkat karunia Vyasa, Sanjaya dapat melihat Medan Perang Kuruksetra, walaupun dia berada di dalam kamar Dhrtarastra. Karena itu, Dhrtarastra bertanya kepada Sanjaya mengenai keadaan di medan perang.

Para Pandava dan para putera Dhrtarastra adalah anggota keluarga yang sama, tetapi hati Dhrtarastra diungkapkan di sini. Dhrtarastra sengaja hanya mengakui putera-puteranya sendiri sebagai para Kuru, dan dia memisahkan para putera Pandu dari warisan keluarga. Karena itu, kita dapat mengerti kedudukan khusus Dhrtarastra dalam hubungannya dengan keponakan-keponakannya, yaitu para putera Pandu. Di sawah, alang-alang yang tidak diperlukan dicabut. Begitu pula, sejak awal pembicaraan hal-hal ini pada medan keagamaan Kuruksetra di hadapan Sri Krishna, ayah dharma, tumbuh-tumbuhan yang tidak diperlukan seperti Duryodhana putera Dhrtarastra, dan lain-lainnya akan dimusnahkan dan orang-orang taat sepenuhnya pada prinsip-prinsip keagamaan, dipimpin oleh Yudhisthira, akan dinobatkan oleh Krishna. Inilah makna kata-kata dharma–ksetre dan kuru-ksetre, disamping maknanya dari segi sejarah dan Veda.

Bhagavadgita Menurut Aslinya Oleh Sri-Srimad A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada

Acarya pendiri International society for Krishna consciousness

Kitab Suci Bhagawadgita terdiri dari berapa sloka

Ilustrasi Kidung Sloka Bhagavad Gita Bab 1 Sloka 1 – 5 dan Terjemahan /Unsplash.com/@pixnum

RINGTIMES BALI – Bhagavad gita merupakan salah satu kitab suci agama Hindu sebagai pendoman dalam menjalankan kehidupan.

Bhagavad gita berisikan percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, yang dimana Sri Krsna memberikan nahsihan kepada Arjuna sebelum berperang.

Bhagavad gita terdiri dari 18 bab, yang dimana bab 1 berisikan yaitu Arjuna Wiseda yoga, meninjau tentara di meda perang kuruksetra.

Baca Juga: Arti Ajaran Karma Phala dalam Kepercayaan Agama Hindu, Baik dalam Pikiran, Perkataan dan Perbuatan

Arjuna merupakan seorang ksatria yang perkasa melihat sanak keluarga, guru dan kawannya dalam tentara kedua belah pihak yang siap bertempur dan mengorbankannya nyawanya.

>

Arjuna tergugah rasa kasih sayang dan kenestapaannya, sehingga pikirannya bingung, kekuatannya menjadi lemah serta dia tidak dapat bertabah hait untuk bertempur.

Berikut Bhagavad Gita Bab 1 Sloka 1 sampai 5 beserta terjemahannya, sebagaimana dilansir dari kanal Youtube Sloka Veda pada 25 Agustus 2021.

Baca Juga: Arti Ungkapan Penting Agama Hindu, Svaha, Om Swastiastu, hingga Amor Ring Acintya

Dhṛtarāṣṭra uvāca

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Bhagavad Gita merupakan sebuah Nyanyian Suci yang digubah dalam bentuk syair bahasa Sansekerta yang sederhana tetapi indah. Bhagavad Gita juga dikenal sebagai Nyanyian Surga atau Nyanyian Tuhan. Kitab suci Bhagavad Gita terdiri dari 700 sloka dalam 18 bab, yang pada garis besarnya terbagi menjadi tiga bagian yang dimana pada bagian pertama terdiri pada Bab I - VI. Isi dari Bab ini melukiskan tentang disiplin kerja tanpa mengharapkan buah hasilnya. Selain itu juga melukiskan tentang sifat jiwa yang ada dalam badan setiap manusia.

Pada pembagian ke dua yakni terdiri dari Bab VII sampai pada Bab XII. Pada bab ini lebih mengutarakan bagaimana manusia harus disiplin ilmu pengetahuan dan kebhaktian kepada Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian pada pembagian ketiga yakni terdiri dari Bab XIII sampai pada Bab XVIII. Isi dari Bab ini lebih menekankan pada kesimpulan dari bagian pertama dan bagian ke dua. Dalam pembahasanya dimana kita di ajarkan untuk mengendalikan seluruh jiwa dan raga. Manusia diharapkan bisa melakukan kegiatan kerja hanya untuk di persembahkan kepada Brahman yang kekal abadi.

Dengan demikian perlu ada pendalaman mengenai ajararan Bhagavad gita. Agar Mahasiswa dan umat Hindu bisa terhindar dari adharma, melihat keadaan sekarang, manusia mengalami penurunan moral yang sangat mengkwatirkan.

1.2      Rumusan Masalah

1.      Bagaimana inti dari Bagavad-Gita BAB 5-6 ?

2.      Bagaimana relevansi ajaran Bhagavad-Gita BAB 5-6 ?

1.3              Tujuan Penulisan

1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami isi kitab suci Bhagavad Gita BAB 5-6.

           2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami bahwa ajaran yang terkandung dalam kitab suci Bhagavad. 

BAB II

PEMBAHASAN

1.1               Pengertian

Bhagawadgita (Sanskerta: भगवद् गीता; Bhagavad-gītā) adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini, Sri Krishna, personalitas Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran filsafat vedanta, sedangkan Arjuna, murid langsung Sri Kresna yang menjadi pendengarnya. Secara harfiah, arti Bhagavad-gita adalah "Nyanyian Sri Bhagawan (Bhaga = kehebatan sempurna, van = memiliki, Bhagavan = Yang memiliki kehebatan sempurna, ketampanan sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi, kekuatan yang tak terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidakterikatan yang sempurna, yang dimiliki sekaligus secara bersamaan).

Syair ini merupakan interpolasi atau sisipan yang dimasukkan kepada "Bhismaparwa". Adegan ini terjadi pada permulaan Baratayuda, atau perang di Kurukshetra. Saat itu Arjuna berdiri di tengah-tengah medan perang Kurukshetra di antara pasukan Korawa dan Pandawa. Arjuna bimbang dan ragu-ragu berperang karena yang akan dilawannya adalah sanak saudara, teman-teman dan guru-gurunya. Lalu Arjuna diberikan pengetahuan sejati mengenai rahasia kehidupan (spiritual) yaitu Bhagawadgita oleh Sri Krishna yang berlaku sebagai sais Arjuna pada saat itu.

A.       Bhagavad-Gita BAB V ( Karma-yoga )

Di dalam Bab ini Sri Krsna menjawab pertanyaan Arjuna tentang mana yang lebih baik antara melepaskan ikatan terhadap perbuatan dan berbuat sebagai persenbahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jawaban Sri Krsna adalah keduanya bermanfaat bagi pembebasan. Tetapi, dibandingkan dengan tidak melakukan perbuatan, akan lebih baik jika melakukan perbuatan tanpa memikirkan kepentingan pribadi, maka seseorang akan dibebaskan dari pengaruh ikatan segala pekerjaannya. Karena sesungguhnya kenikmatan yang bersumber dari hubungan duniawi merupakan sumber penderitaan. Dan semua itu hendaknya dilakukan dengan pikiran, perkataan dan perbuatan (kayena manasa buddhya kevalair indriyair api) dengan tidak mengharapkan hasil dari perbuatan yang di lakukan melalui perkataan, perbuatan dan kecerdasan/pikiran.

Seseorang yang memandang semuanya secara seimbang, tanpa melihat baik-buruk, senang-susah, panas-dingin dan sebagainya berarti telah menyadari bahwa sebenarnya sang diri tidak pernah melakukan apa-apa, melainkan panca indrialah yang sibuk bergerak di antara objek-objek indria. Dengan demikian ia telah memutuskan diri dengan objek duniawi dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan memlalui meditasi dalam setiap kegiatannya. Seorang pendeta bijaksana melihat semuanya dengan pandangan yang sama (panditah sama-darsinah).

Orang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, penglihatan rohani dan kebahagiaan. Seperti yang dijelaskan dalam Bhagavad-Gita bab V sloka 29.

Sannyasah karma-yogas ca

Nihsreyasa-karav ubhau

Tayos tu karma-sannyasat

Karma-yogo visisyate

Terjemahan:

Melepaskan ikatan terhadap pekerjaan dan bekerja dalam bhakti maka kedua-duanya bermanfaat untuk mencapai pembebasaan. Tetapi di antara keduanya, pekerjaan dalam bhakti lebih baik dari pada melepaskan ikatan terhadap pekerjaan.

Penjelasan:

Dalam yoga, karma itu tetap ada tetapi bukan untuk dimotivasikan untuk kepentingan pribadi melainkan pelepasan keakuan terhadap benda-benda duniawi dengan memutuskan perhatian pada kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan bersemadhi.

B.     Bhagavad-Gita BAB VI (Dhyana-yoga)

Dhyana berarti menyatukan pikiran pada kesadaran rohani. Ini adalah jalan yoga yang terdiri dari delapan bagian yang disebut astanga-yoga. Asta berarti delapan, anga berarti cabang atau tahapan, dan yoga berasal dari kata yuj yang berarti mendekat. Yoga berarti mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan tekun melakukan delapan tahapan ini maka akan membawa manusia mencapai kesucian lahir dan bathin.

Bab ini bisa dikatakan bagian yang menguraikan tentang meditasi. Sri Krsna mengajarkan mengenai sikap dalam memusatkan pikiran. Bahkan dijelaskan pula mengenai tempat untuk duduk memusatkan pikiran kepada Tuhan.

Yoga bukanlah bagi orang yang menyiksa dirinya berlebihan, puasa berlebihan, makan berlebihan, tidur berlebihan, atau terjaga berlebihan. Yoga adalah bagi mereka yang mau belajar mengendalikan dirinya terhadap kesenangan, tidur dan makanan.

Pikiran adalah kawan sekaligus lawan. Pikiran adalah kawan bagi mereka yang bisa menaklukannya, dan musuh bagi mereka yang gagal mengendalikannya. Latihan yoga tahan awal adalah dengan melakukan delapan tahapan yoga yaitu astangga yoga. Pengendalian diri, keinsyafan diri, bersikap yang sama kepada semua makhluk, kawan maupun lawan, mengendalikan hawa nafsu, mantap dalam kerohanian, melampaui segala keinginan duniawi, maka ia adalah seorang yogi yang mantap di dalam yoga.

Astanga-yoga, sejenis latihan meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran indria-indria dan memusatkan perhatian kepada paramatma (roh yang utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. Samadhi berarti sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa. Seperti yang dijelaskan dalam Bhagavad-Gita bab VI sloka 47:

Yada hi nendriyarthesu

Na karmasv anusajjate

Sarva-sankalpa-sannyasi

Yogarudhas tadocyate

Terjemahan:

Di katakan bahwa seseorang sudah maju dalam yoga apabila dia tidak bertindak untuk kepuasan indria-indria atau menjadi sibuk dalam kegiatan untuk membuahkan hasil setelah meninggalkan segala keinginan material.

Penjelasan:

Bila merasa benar-benar bebas dari ikatan objek panca indra atau kegiatan kerja, dan mereka melepaskan segala niat keinginan, maka ia dikatakan mencapai yoga.

2.2         Relefansi Ajaran Bhagavad-Gita BAB V-VI

´  Sloka 29

     Relefansi dengan kehidupan di masa sekarang. Bahwa pada zaman ini, manusia selalu menempatkan hasil atau pahala sebagai tujuan utama dalam melakukan pekerjaan. Padahal pahala yang di harapkan merupakan suatu bentuk pemuasan jasmani.  Di dalam sloka ini di jelaskan bahwa dalam bekerja, sudah seharusnya kita melakukannya sebagai sebuah bhakti. Karena bhakti merupakan bentuk pemuasan rohani. Hal inilah yang akan membawa manusia terlepas dari keterikatan keduniawian. Jika kita telah mulai terlepas dari keterikatan keduiawian, hal ini yang akan mempercepat kita mencapai kepada kesadaran tertinggi yaitu bersatu dengan Brahman

´  Sloka 47

      Dalam sloka ini dimaksudkan adalah puncak segala dari jenis latihan yoga terdapat dalam bhakti-yoga. Bhakti berarti pengabdian dengan cinta-bhakti kepada Tuhan, bebas dari keinginan untuk keuntungan material, baik di dalam hidup ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang. Seseorang harus menjadikan pikirannya khusuk sepenuhnya dalam Yang Maha Kuasa. Kalau seseorang cukup beruntung hingga ia dapat mencapai bhakti Yoga, dapat disimpulkan bahwa ia sudah melampaui yoga yang lainnya.

.

BAB III

PENUTUP

3.1              Kesimpulan   

Dari dua bab yang telah kita pelajari dapat kita simpulkan, bahwa tujuan dari kita melakukan karma ataupun yoga adalah menuju kesadaran tertinggi, yaitu mencapai kepada hyang tunggal atau Brahman. Dalam bekerja apabila kita melakukannya sebagai sebuah bhakti, maka kita telah memberikan kepuasan rohani. Dan kepuasan rohani inilah yang akan menghantarkan kita mencapai kepada sang pencipta. Demikian pula dalam kita melakukan sebuah yoga, yoga disini berarti kita telah mampu melepaskan keterikatan dengan keduniawian. Dan puncak dari semua ini adalah samadhi. Samhadi sendiri artinya sadar sepenuhnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Daftar Pustaka


Darmayasa. 2003. Bhagavad Gita (Nyanyian Tuhan). Denpasar. Yayasan Dharma Sthapanam


Page 2