Konflik di Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan yang berkaitan dengan ideologi

Dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, bangsa kita diuji bukan hanya dari penjajahan bangsa asing tetapi juga dari perlawanan bangsa sendiri. Hal ini lantaran adanya konflik dan pergolakan di dalam negeri, salah satunya berkaitan dengan sistem ideologi. Ideologi merupakan kumpulan pandangan, ide, gagasan ataupun tujuan yang berupa konsep untuk dijadikan asas, petunjuk dalam menjalankan Negara.

Setelah kemerdekaan diproklamirkan, ada kelompok-kelompok dalam hal ini partai yang memang saling bersaing dengan mengusung ideologi masing-masing. Perbedaan sistem ideologi dari masing-masing kelompok inilah yang membuat adanya konflik dan pergolakan di dalam negeri.

Setidaknya ada 3 peristiwa penting dalam sejarah terkait dengan pergolakan yang berkaitan dengan sistem ideologi, diantaranya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, Pemberontakan DI/TII, dan Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan G30S/PKI.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pergolakan yang terjadi di tanah air berkaitan dengan sistem ideologi, berikut penjelasannya.

  1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun

PKI merupakan partai yang telah berdiri sebelum proklamasi tepatnya pada tahun 1914, tetapi sempat dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda karena memberontak pada tahun 1926. Setelah era kemerdekaan PKI kembali aktif dan sangat mendukung pemerintah karena masih menjadi bagian dari golongan kiri yang memegang kekuasaan.

Setelah golongan kiri tidak mempunyai kuasa atas pemerintahan, maka PKI mengubah haluan politiknya menjadi pihak oposisi. Saat itu, tampuk kekuasaan PKI dikendalikan oleh Musso yang kemudian membawa partai tersebut dalam pemberontakan bersenjata di Madiun pada 18 September 1948.

(Baca juga: Disintegrasi Bangsa dan Berbagai Penyebabnya)

Adanya pergolakan ini disebabkan oleh tujuan ideologis PKI yang menginginkan Indonesia menjadi Negara komunis. Pemberontakan PKI ini cukup sukses karena mampu menggaet partai dari golongan kiri, selain itu berhasil menambah pasukan bersenjatanya karena menjadi provokator demonstrasi buruh dan petani terhadap pemerintah.

Akhirnya pada September 1948 pemerintah mengerahkan kekuatan bersenjata untuk memberantas PKI dan berhasil membuat Musso tewan dalam pertempuran tersebut, sehingga PKI kalah dan tokoh-tokohnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pemberontakan ini dilatarbelakangi sistem Ideologi yang dimiliki Kartosuwiryo untuk menjadikan Indonesia sebagai sebuah Negara Islam.

Konflik ini bermula dari keputusan Renville yang mengharuskan pasukan tentara RI berpindah dari daerah yang diklaim sebagai milik Belanda. Divisi Siliwangi yang harusnya pindah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah menolak pindah dan memilih untuk membentuk Tentara Islam Indonesia (TII) dan bertujuan untuk peran melawan Belanda tetapi akhirnya berambisi untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara Islam.

Pada Agustus 1948 di Jawa Barat, Karosuwiryo menyatakan pembentukan Darus Islam (Negara Islam/DI) bersama dengan TII dan menolak mengakui adanya RI. Demi menjaga keutuhan bangsa maka pemerintah melakukan operasi “pagar betis” untuk membatasi ruang gerak DI/TII. Pada tahun 1962 Kartosuwiryo berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

  1. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Gerakan ini merupakan biang dari aksi kudeta yang dilakukan oleh PKI. Terlepas dari pemberontakan yang dilakukan di Madiun, PKI kembali membangun diri dan terus berkembang sebagai sebuah partai oposisi di tengah masyarakat. Bahkan PKI menjadi dekat dengan Presiden Soekarno setelah dirangkul untuk menghindari konflik dengan tentara.

Peristiwa G30S/PKI dilatarbelakangi adanya isu Dewan Jenderal ditubuh angkatan darat yang akan menggulingkan pemerintahan Soekarno. Hingga akhirnya pasukan pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang merupakan perwira angkatan darat yang dekat dengan PKI melaksanakan aksi “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh 7 Jenderal dan perwira kemudian memasukannya kedalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.

Dalam situasu ini, Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto mengambil alih pimpinan di tubuh angkatan darat dan melaksanakan aksi pemberantasan dan penumpasan PKI baik di pusat maupun daerah.

diharapkan TOPIK : SEJARAH sejarah KEBUDAYAAN ISLAM 1. Definisi Kebudayaan Islam 2. Periodesasi Sejarah Kebudayaan Islam 3. Sejarah Intelektual Islam … 4. Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Indonesia TOPIK: MASALAH DEKADENSI MORAL DAN SOLUSI ISLAM 1. Masalah Dekadensi Moral 2. Solusi Islam 3. Aturan Pergaulan Pria dan Wanita Mahasiswa memahami kebudayaan Islam, dapat mengetahui periodesasi sejarah kebudayaan Islam, sejarah intelektual Islam, nilai-nilai islam yang ada dalam budaya Indonesia Mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan masalah dekadensi moral, menjelaskan solusi Islam terhadap masalah dekadensi moral, dan dapat memahami aturan pergaulan pria dan wanita.tolong dong refrensi dan jurnal ​

free poin............

Kemukakan pendapat Sejarah Aspek Afektik kelas X tolong banget dibantu ya, terima kasih banyak​

Sebutkan 6 tujuan orang suku Melayu daratan melakukan upacara khususnya masyarakat Melayu kuantan​

Sebutkan 6 tujuan orang suku Melayu daratan melakukan upacara khususnya​

Jelaskan kontribusi madzhab2 pada hukum islam

Cadangkan 4 cadangan untuk membangunkan hasil bumi dan hasil alam menjadi sumber ekonomi negara.

• Raja yang terkenal di Jambi yang mengislamkan daerah Jambi adalah A.orang Kayo Hitam B.orang Kayo pingai C.orang Kayo pedataran D orang Kayo gemuk E … .datuk paduko berhalo​

Salah satu bukti yang menjadi dasar asumsi bahwa proses masuknya agama Islam berasal dari Gujarat India adalah.​

pengaruh peradaban Eropa terhadap kegiatan dalam sehari-haritolong kak besok dikumpulkan ​

tirto.id - Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi pernah terjadi di Indonesia selepas masa kemerdekaan. Contoh konflik ideologi yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu peristiwa PKI Madiun, peristiwa DI/TII, dan Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).

Dalam konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi tersebut, ada yang berkaitan dengan ideologi yang dipegang oleh kelompok tertentu. Hal inilah yang menjadi latar belakang terjadinya konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.

Pergolakan ini kadangkala disebut juga sebagai pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kelompok yang melakukan aksinya menginginkan Indonesia menjadi negara yang sejalan dengan menggunakan ideologi yang dipercayai kelompok tersebut.

Ideologi sendiri menurut KBBI bermakna kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; cara berpikir seseorang atau suatu golongan; serta paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.

Konflik Ideologi yang Pernah Terjadi di Indonesia

Berikut ini peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi yang pernah terjadi di Indonesia.

  • Peristiwa PKI Madiun

PKI atau Partai Komunis Indonesia merupakan partai yang telah berdiri sejak zaman pergerakan nasional. Pada 1926, PKI pernah melakukan aksi pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Para pemimpin PKI ditangkap dan dipenjarakan.

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, PKI kembali hidup. Berdasarkan catatan Abdurakhman dan kawan-kawan dalam Sejarah Indonesia (2015:9), PKI masih beriringan dengan pemerintah Indonesia karena anggota kelompoknya terlibat dalam pemerintahan.

Akan tetapi, mulai 1948, PKI mulai terlempar dari kedudukannya di pemerintahan sehingga menjadi partai oposisi. Mereka menggabungkan diri dengan partai-partai golongan kiri lainnya seperti Front Demokrasi Rakyat (FDR), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI), Pemuda Rakyat, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).

Kelompok yang berafiliasi ini menginginkan Indonesia menjadi negara berideologi komunis. Awal September 1948, Muso yang memimpin PKI membawa kelompok tersebut melakukan pemberontakan di Madiun.

“Perebutan kekuasaan tersebut pada jam 07.00 pagi telah berhasil sepenuhnya menguasai Madiun. Pada pagi itu pasukan komunis dengan tanda merah mondar-mandir sepanjang jalan. Madiun dijadikan kubu pertahanan dan titik tolak untuk menguasai seluruh wilayah RI," ungkap Rachmat Susatyo melalui buku Pemberontakan PKI-Musso di Madiun (2008).

Peristiwa pergolakan dengan senjata ini puncaknya terjadi pada 18 September 1948. Kala itu, Muso memproklamasikan lahirnya negara Republik Soviet Indonesia.

Baca juga: Sejarah Peristiwa PKI Madiun 1948: Latar Belakang & Tujuan Musso

  • Peristiwa DI/TII

Gerakan ini dipelopori oleh Kartosuwiryo, seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perjanjian Renville dengan Belanda yang memaksa tentara RI di daerah Jawa Barat pergi, membuat Kartosuwiryo memutuskan mendirikan negara Islam.

Bersama pasukan bersenjata bernama Hizbullah dan Sabilillah, Kartosuwiryo membangun TII (Tentara Islam Indonesia). Wilayah Jawa Barat yang tadinya dilindungi sebagai bagian RI, ingin dijadikan olehnya sebagai negara Islam. Akhinrya pada Agustus 1948, Kartosuwiryo mendeklarasikan pembentukan Darul Islam (negara Islam) dengan tentaranya yang bernama TII.

Ketika tentara Republik Indonesia kembali ke Jawa Barat, DI/TII tidak menerimanya. Dengan kata lain, Kartosuwiryo bersama kelompoknya tidak mengakui kedaulatan Indonesia yang kala itu Jawa Barat juga menjadi wilayahnya.

Ketegasan pemerintah Indonesia terhadap peristiwa ini pun terwujud dengan operasi “Pagar Betis". Tentara Indonesia mengadakan penyisiran terhadap kelompok Kartosuwiryo sehingga pergerakannya mulai terbatas. Bahkan, operasi ini berhasil membawa Kartosuwiryo ke dalam genggaman Indonesia dengna ditangkap pada 1962.

Gerakan DI/TII ini tidak hanya terjadi di wilayah Jawa Barat, namun juga di beberapa wilayah lain Indonesia. Daerah yang kala itu diklaim dimotori DI/TII meliputi Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh.

Baca juga: Sejarah Pemberontakan DI-TII Kartosoewirjo di Jawa Barat

  • Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Peristiwa ini masih menimbulkan perdebatan terkait siapa yang memotorinya. Sebab ada banyak versi terkait peristiwa ini. Akan tetapi fakta yang terjadi kala itu PKI tengah dalam pertentangan dengan Angkatan Darat (AD) dan golongan anti PKI lain.

Situasi politik makin meruncing pada Juli 1965, Sukarno selaku presiden RI 'seumur hidup' jatuh sakit. Kala itu, ia didiagnosa akan lumpuh atau bahkan bisa meninggal. Isu ini memungkinkan bagi pihak berkepentingan untuk mengambilalih kekuasaan jika Sukarno benar-benar wafat.

Melalui rapat Politbiro PKI yang berlangsung dari Agustus hingga terakhir 28 September 1965, PKI memutuskan untuk mengambil 'tindakan'.

Pada 30 September 1965, beberapa pasukan PKI yang dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang memiliki hubungan baik dengan PKI, meluncurkan aksinya. Mereka menculik beberapa jenderal dan perwira--yang disebut Dewan Jenderal--dengan dalih untuk dihadapkan kepada Presiden Sukarno. Namun para jenderal yang diculik itu sebagian dibunuh saat diculik maupun di markas gerakan di Lubang Buata.

Jenazah mereka yang mati ditaruh di dalam sebuah sumur yang terletak di Lubang Buaya, Jakarta. Di antara jenderal dan perwira yang meninggal kala itu adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo, dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.

Selain itu, ada satu Jenderal yang lolos ketika hendak diculik saat itu, yakni Jenderal Abdul Haris Nasution. Bukan hanya orang-orang yang telah disebutkan meninggal di atas, namun di Yogyakarta Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono juga merasakan nasib yang sama.

Dengan tidak adanya pucuk pimpinan AD setelah Jenderal Ahmad Yani diketahui wafat, Mayor Jendral Soeharto akhirnya memutuskan untuk menggantikan posisinya. Di bawah kepemimpinannya, operasi penumpasan G30S/PKI pun diluncurkan mulai dari Jakarta hingga ke daerah lain.

Baca juga: Akhir Sejarah D.N. Aidit Ketua PKI Usai Peristiwa G30S 1965

Baca juga artikel terkait G30SPKI atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates