Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia

bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudera sekitar abad ke-15 M.

Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra?

Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra? Jawaban : Mereka mulai melakukan penjelajahan samudra pada tahun 1511. Mulai akhir abad XV, bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudra. Bangsa Eropa yang pernah melakukan penjelajahan dan penjajahan di Indonesia dimulai oleh bangsa Portugis.

Kapan bangsa Belanda melakukan penjelajahan samudera?

Lalu bangsa belanda melakukan penjelajahan samudera. William barents Seorang penjelajah samudera belanda yang melakukan penjelajahan pada tahun 1594. Ia mencoba berlayarb untuk mencari dunia timur atau tanah hindia melalui kutub utara.

Mengapa bangsa Barat berusaha melakukan penjelajahan samudra?

Kedatangan Bangsa Barat di Berbagai Daerah. Mulai akhir abad XV bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudra. Faktor-faktor pendorong penjelajahan antara lain: 1. Adanya keinginan mencari kekayaan (gold) Kekayaan yang mereka can terutama adalah rempah-rempah.

Mengapa Barat melakukan penjelajahan samudra?

Jawaban mengapa bangsa barat melakukan penjelajahan samudra adalah untuk mencari harta dan menaklukkan daerah baru. Adapun penjelasannya akan dibahas secara lengkap pada artikel ini untuk menjawab setiap pertanyaan dari para siswa terutama pertanyaan tentang mengapa barat melakukan penjelajahan samudera.

Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra kelas 5 Tema 7?

Jawaban: Adanya keinginan mencari kekayaan (gold) dan kejayaan (glory), serta keinginan menyebarkan agama (gospel). 3. Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra? Jawaban: Mulai akhir abad XV.

Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra dan dimana bangsa Barat pertama kali mendarat di Indonesia?

Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia di daerah Malaka pada tahun 1511. Jadi, dimana bangsa Barat pertama kali mendarat di Indonesia adalah di Malaka. Kemudian, bangsa Barat yang tiba di Indonesia selanjutnya adalah Spanyol tepatnya di Tidore, Maluku pada tahun 1521.

Kapan bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan samudra?

Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra? Jawab: Bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan Samudra pada akhir abad XV. Bangsa Eropa yang pernah melakukan penjelajahan dan penjajahan di Indonesia dimulai oleh bangsa Portugis. Kapal mereka pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511.

Kapan bahasa Barat mulai melakukan penjajahan samudra?

Mulai akhir abad XV, bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudra.

Kapan bangsa bangsa Barat mulai berdatangan dan menjajah Indonesia?

Bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra sejak 7 Juni 1494 oleh Portugis dan Spanyol.

Mengapa bangsa Barat melakukan penjelajahan samudra tema 7?

Jawaban: Ingin menguasai negara penghasil rempah-rempah.

Dimana bangsa Barat pertama kali mendarat di Indonesia brainly?

Jawaban. bangsa Barat pertama kali mendaratkan kakinya di Nusantara (Indonesia) adalah di Selat Malaka.

Kapan bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra brainly?

Jawaban: Bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan samudra sejak 7 Juni 1494 oleh Portugis dan Spanyol. Pada masa itu Paus membagi dunia menjadi dua untuk pelayaran Portugis dan Spanyol.

Bangsa Barat manakah yang pertama kali datang ke Indonesia adalah?

Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang merupakan negara paling lama menjajah Indonesia, menyusul Inggris yang juga pernah menjajah Indonesia.

Apa tujuan bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra?

Pelayaran bangsa Eropa bertujuan untuk menemukan sumber daya yang berlimpah di tempat lain. Bangsa Eropa mencari sumber daya tersebut hingga ke Timur, termasuk Indonesia. Harga rempah-rempah di Eropa cukup tinggi, sehingga banyak bangsa Eropa yang mencarinya sampai ke Asia, termasuk Indonesia.

Penjelajahan yang dilakukan bangsa Eropa disebabkan karena mencari rempah-rempah. Hal ini dilakukan karena rempah-rempah termasuk dalam komoditas utama perdagangan. Selain itu, pencarian rempah-rempah juga dihubungkan dengan iklim negara eropa yang cukup dingin.

Apa penyebab bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra?

Keinginan Bangsa Eropa untuk memperoleh rempah-rempah dari daerah asal dengan harga yang lebih murah. 3. Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seperti penemuan kompas yang dapat memperlancar kegiatan penjalajahan samudra.

Semboyan gold, glory, dan gospel mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra. Gold berarti emas yang menggambarkan kekayaan. Semboyan gold mendorong munculnya merkantilisme di Eropa. Merkantilisme merupakan paham yang menganggap kejayaan negara diukur dari banyaknya emas yang dimiliki sebagai hasil keuntungan berdagang. Oleh karena itu, bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba menemukan dunia Timur untuk mendapatkan kekayaan.

Setelah mendapatkan kekayaan, tujuan selanjutnya adalah mendapatkan kejayaan, kemasyuran, dan kemenangan. Tujuan tersebut tersirat dalam semboyan glory. Dalam perkembanganya, glory melahirkan imperialisme kuno. Berdasarkan imperialisme kuno, kejayaan suatu negara dilihat dari banyaknya wilayah koloni dan jalur perdagangan yang dikuasai. Kondisi ini menyebabkan bangsa-bangsa Eropa saling mengalahkan untuk menjadi bangsa terkuat dan memiliki daerah kekuasaan yang luas.

Penjajahan bangsa-bangsa Eropa ke dunia Timur juga membawa misi suci dari gereja yaitu nienyebarkan ajaran Injil (gospel). Oleh karena itu, dalam setiap perjalanan bangsa-bangsa Eropa selalu diikuti para misionaris.

Dengan demikian semboyan glory dalam penjelajahan samudera mendorong terjadinya kolonialisme karena semboyan glory yang berarti kejayaan suatu negara dinilai dari banyaknya wilayah koloni dan jalur perdagangan yang dikuasai, sehingga mendorong bangsa Eropa untuk melakukan kolonialisme dan imperialisme.

Latar Belakang Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Samudra – Sejarah mencatat jika bangsa-bangsa Eropa memmutuskan untuk melakukan ekspedisi atau penjelajahan ke belahan bumi lain sejak abad ke-15 Masehi, termasuk sampai ke Nusantara atau wilayah Indonesia saat ini. Zaman ini kemudian disebut dengan zaman penjelajahan samudra. Penjelajahan samudra juga dikenal sebagai era the age of discovery. Zaman ini dimulai ketika Kekaisaran Romawi Timur runtuh usai melawan kekuasaan Islam. Penjelajahan samudra oleh orang-orang Eropa ini kemudian menjadi penaklukan dan kolonialisme.

Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang berlayar hingga ke Kepulauan Nusantara. Alfonso de Albuqueque memimpin sekitar 18 kapal yang mengangkut 1.200 orang. Rombongan Portugis ini menaklukkan Malaka pada 1511, lalu menyasar Maluku pada 1512. Dari sinilah, sejarah kolonialisasi di Indonesia bermula.

Rempah-rempah menjadi alasan utama Portugis menyambangi Kepulauan Nusantara. Pencapaian dari Portugis ini kemudian diikuti oleh kerajaan tetangganya, yaitu Spanyol. Portugis dan Spanyol sempat terlibat konflik di Maluku. Portugis bersekutu dengan Kerajaan Ternate melawan Spanyol yang merangkul Kerajaan Tidore.

Tidak hanya Spanyol dan Portugis, penjelajahan samudra yang menjelma menjadi kolonialisme dan imperalisme itu nantinya juga diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa lainnya, termasuk Belanda, Prancis, Inggris, Italia, Belgia, hingga Jerman. Lantas, apa yang menjadi latar belakang bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra?

Salah satu penyebab utamanya adalah jatuhnya Konstatinopel pada 1453, dari Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur ke Kesultanan Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Mehmed II. Penaklukan Konstantinopel (sekarang Istanbul) menjadi salah satu tonggak peristiwa penting yang mengubah sejarah peradaban manusia, yaitu penjelajahan bangsa-bangsa Eropa.

Latar Belakang Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Samudra

Adapun beberapa alasan lain yang melatarbelakangi bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra dan datang ke Kepulauan Nusantara, dapat dijabarkan sebagai berikut.

Anda Mungkin Juga Menyukai

1. Perang Salib

Perang Salib adalah sebutan bagi perang-perang agama di Asia Barat dan Eropa antara abad ke-11 sampai abad ke-17, yang disokong oleh Gereja Katolik. Perang ini melibatkan masyarakat dari Eropa melawan Turki Seljuk dan orang Arab. Perang tersebut berlangsung selama 200 tahun dan terbagi menjadi tujuh periode.

Perang itu disebut Perang Salib oleh orang Kristen, sedangkan orang Islam menyebutnya dengan Perang Suci. Perang Salib disebabkan karena perebutan Kota Yerusalem. Perang yang berlarut-larut ini membuat jalur perdagangan Asia–Eropa menjadi terputus. Perang tersebut juga berdampak kepada habisnya kekayaan bangsa Eropa karena dialokasikan untuk peperangan.

Perang Salib berbeda dari konflik-konflik keagamaan lainnya karena orang-orang yang ikut serta dalam perang ini meyakini perjuangan mereka sebagai laku tobat demi memperoleh ampunan atas dosa-dosa yang sudah mereka akui.

Perang Salib pertama kali dicetuskan oleh Paus Urbanus II pada 1095 dalam sidang Konsili Clermont. Dia mengimbau para hadirin untuk mengangkat senjata membantu Kaisar Romawi Timur melawan orang Turki Seljuk dan melakukan ziarah bersenjata ke Yerusalem. Imbauannya ditanggapi dengan penuh semangat oleh seluruh lapisan masyarakat Eropa Barat. Para sukarelawan lantas dikukuhkan menjadi anggota Laskar Salib melalui pengikraran di muka umum.

Orang-orang yang mengajukan diri dalam perang tersebut didorong oleh niat yang berbeda-beda. Ada yang sekadar ingin pergi ke Yerusalem agar ikut terangkat ramai-ramai ke surga, ada yang melakukannya demi bakti kepada majikan, ada yang hendak mencari ketenaran dan nama baik, dan ada pula yang bernafsu meraup keuntungan ekonomi maupun politik melalui keikutsertaannya.

Ketika Perang Salib I meletus, istilah “Perang Salib” belum dikenal. Kampanye militer umat Kristen kala itu disebut dengan “lawatan” (bahasa Latin: iter) atau “ziarah” (bahasa Latin: peregrinatio). Perang-perang dengan restu dari gereja ini baru dikait-kaitkan dengan istilah “salib” setelah kata “crucesignatus” (orang yang diberi tanda salib) dari bahasa Latin mulai digunakan pada akhir abad ke-12.

Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, etimologi kata “crusade” (istilah Inggris untuk “Perang Salib”) berkaitan dengan kata croisade dalam bahasa Prancis modern, croisée dalam bahasa Prancis kuno, crozada dalam bahasa Provençal, cruzada dalam bahasa Portugis dan Spanyol, dan crociata dalam bahasa Italia. Semua kata ini adalah turunan dari kata cruciāta atau cruxiata dalam bahasa Latin Abad Pertengahan, yang mula-mula berarti “menyiksa” atau “menyalibkan”, tetapi sejak abad ke-12 juga berarti “membuat tanda salib”.

Istilah “Perang Salib” dapat saja dimaknai secara berbeda, tergantung dari pandangan penulis yang menggunakannya. Giles Constable dalam The Historiography of the Crusades (2001) menjabarkan empat sudut pandang berbeda di kalangan para pengkaji sejarah sebagai berikut.

a. Sudut Pandang Kaum Tradisionalis

Kaum tradisionalis membatasi pengertian Perang Salib sebagai perang-perang yang dilakukan oleh umat Kristen di Tanah Suci semenjak 1095 sampai 1291, baik untuk membantu umat Kristen di negeri itu maupun untuk memerdekakan Yerusalem dan Makam Suci dari penjajahan.

b. Sudut Pandang Kaum Pluralis

Kaum pluralis menggunakan istilah Perang Salib sebagai sebutan bagi segala macam aksi militer yang direstui secara terbuka oleh paus yang sedang menjabat. Pemaknaan ini mencerminkan pandangan Gereja Katolik Roma (termasuk tokoh-tokoh Abad Pertengahan pada masa Perang Salib, seperti Santo Bernardus dari Clairvaux) bahwasanya setiap perang yang direstui oleh Sri Paus dapat disebut secara sah sebagai Perang Salib, tanpa membeda-bedakan sebab, alasan, maupun tempatnya.

Definisi yang luas ini mencakup pula aksi-aksi penyerangan terhadap kaum penyembah berhala dan ahli bidah seperti Perang Salib Albigensia, Perang Salib Utara, dan Perang Salib Husite. Definisi ini juga mencakup perang-perang demi keuntungan politik dan penguasaan wilayah seperti Perang Salib Aragon di Sisilia, Perang Salib yang dimaklumkan Sri Paus Inosensius III terhadap Markward dari Anweiler pada 1202, dan yang dimaklumkan terhadap orang-orang Stedingen, beberapa Perang Salib yang dimaklumkan (oleh paus-paus yang berbeda) terhadap Kaisar Friedrich II beserta putra-putranya, dua Perang Salib yang dimaklumkan terhadap para penentang Raja Henry III dari Inggris, dan aksi penaklukan kembali Semenanjung Iberia oleh umat Kristen.

c. Sudut Pandang Kaum Generalis

Kaum generalis memandang Perang Salib sebagai segala macam perang suci yang berkaitan dengan Gereja Latin dan yang dilakukan sebagai tindakan bela agama.

d. Sudut Pandang Kaum Popularis

Kaum popularis membatasi pengertian Perang Salib sebagai perang-perang yang bercirikan gerakan khalayak ramai dengan alasan keagamaan, yakni hanya Perang Salib pertama dan mungkin pula Perang Salib Rakyat.

Anda Mungkin Juga Menyukai

Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia
Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia

2. Jatuhnya Konstantinopel

Pada 29 Mei 1453, Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di Turki berhasil menguasai Konstantinopel. Kota ini sebelumnya termasuk wilayah kekuasan Kerajaan Romawi–Byzantium. Perebutan Konstantinopel ini dipimpin oleh Raja Turki, Sultan Mehmed II. Konstantinopel, sejak lama merupakan kota yang diperebutkan, bukan hanya karena sejarah kejayaannya, tetapi juga karena kota ini merupakan salah satu titik penting dalam jalur perdagangan darat yang menyambungkan Eropa dengan Asia.

Berlangganan Gramedia Digital

Baca SEMUA koleksi buku, novel terbaru, majalah dan koran yang ada di Gramedia Digital SEPUASNYA. Konten dapat diakses melalui 2 perangkat yang berbeda.

Rp. 89.000 / Bulan

Setelah Konstantinopel diduduki Turki Usmani, jalur perdagangan darat Asia–Eropa terputus. Hal tersebut dikarenakan Turki Usmani melarang orang-orang Eropa melewati Konstantinopel. Bangsa-bangsa Eropa lantas kesulitan untuk mendapatkan akses berdagang ke Asia. Sebab, Konstantinopel merupakan wilayah yang dijadikan sebagai pintu masuk perdagangan Asia dan Eropa.

Permintaan pasar terhadap rempah-rempah, kain sutra, dan obat-obatan di sisi lain semakin meningkat. Bangsa-bangsa Eropa kesulitan memenuhi permintaan tersebut. Hal ini memaksa mereka mencari jalur pedagangan lain selain Konstantinopel, misalnya bangsa-bangsa di Asia seperti Indonesia.

Pasca penaklukan, Sultan Mehmed II berdiam di Konstantinopel selama 23 hari lamanya pasca penaklulan, menyelesaikan segala urusan-urusannya, dan mengatur pengelolaan kota yang baru ditakluk itu. Dia lantas membuka satu permulaan dari dekritnya soal kota itu, bahwa Konstantinopel dijadikannya sebagai ibu kota.

Dia kemudian mengambil gelar “al-Fātih” (bahasa Arab: penakluk) dan “Abul-Fath” (bahasa Arab: bapak penakluk). Inilah yang membuatnya dikenal dengan nama “Muhammad al-Fātih”. Nama tersebut dalam bahasa Turki Utsmaniyah ditulis فاتح سُلطان مُحمَّد خان ثانى atau “Fatih Sultan Muhammad Khan Tsani”, sedangkan dalam bahasa Turki modern ditulis dengan sebutan “Fâtih Sultan Mehmed Han II”.

Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia
Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia

3. Mencari Kepulauan Rempah-Rempah

Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200–2004 (2007) menyebutkan jika alasan terbesar kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia atau Kepulauan Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bahan baku yang berharga di Eropa. Bangsa Eropa menjadikan rempah sebagai bahan baku obat, parfum, makanan, dan yang terpenting adalah pengawet makanan.

Orang-orang Eropa kala itu mesti menyembelih semua ternaknya. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging ternak tersebut harus diawetkan, tetapi bahan pengawet makanan waktu itu adalah rempah-rempah. Terputusnya jalur perdagangan karena Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani membuat bangsa-bangsa Eropa tergerak untuk mencari jalur perdagangan rempah sendiri.

Selain India, Kepulauan Nusantara waktu itu sudah terkenal sebagai penghasil rempah. Pala, lada, dan  cengkeh adalah komoditas bernilai sangat mahal. Namun, Portugis, Spanyol, dan Belanda tidak datang ke Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan warganya akan rempah semata. Mereka juga berniat untuk memonopoli perdagangan rempah.

4. Perkembangan Teknologi dan Sains

Setelah kekalahan di Perang Salib, perkembangan teknologi dan sains di Eropa justru berkembang pesat seiring berakhirnya fase Abad Gelap dan digantikan dengan Renaisans atau Abad Pencerahan sejak abad ke-15 M. Selain itu, kekalahan Perang Salib membuat bangsa-bangsa Eropa menyadari kekurangan mereka dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan.

Pada masa-masa itu, muncul teori heliosentrisme yang diperkenalkan oleh Nicolas Copernicus dan Galileo Galilei. Pembuktian-pembuktian bahwa bumi berbentuk bulat dan mempunyai orbit yang mengelilingi matahari dapat dilakukan setelah ilmu astronomi ditemukan dan berkembang.

Teori ini membuka tabir bahwa pengetahuan orang Eropa atas dunia ternyata begitu sempit. Inilah yang menyebabkan munculnya keinginan untuk mencari tahu hal-hal yang belum diketahui tentang alam semesta, keadaan geografi dunia, dan tentang bangsa-bangsa lain yang ada di belahan dunia lain.

Keinginan untuk menjelajah tersebut ditunjang oleh berkembangnya teknologi pelayaran, seperti ditemukannya kompas, meriam, dan alat-alat lainnya, juga perkembangan ilmu astronomi dalam navigasi pelayaran. Teknologi dan pengetahuan membuat pencarian tempat penghasil rempah-rempah dapat dilakukan melalui laut, tidak melalui darat yang sudah terputus karena jatuhnya Konstantinopel.

5. Semangat 3G

Pada akhirnya, penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa disertai semangat 3G, yaitu gold (kekayaan), glory (kejayaan), dan gospel (menyebarkan agama Nasrani). Selain itu, orang-orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur.

Apabila ditelusuri, semboyan 3G pertama kali dicetuskan oleh Paus Alexander VI dari Vatikan setelah menyelesaikan perselisihan antara Portugis dan Spanyol dengan Perjanjian Tordesilas pada 1494.

1. Gold

Gold berarti keinginan memperoleh kekayaan di wilayah-wilayah baru yang ditemukan, yaitu emas, perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat berharga. Waktu itu, wilayah utama yang dituju adalah Guinea dan rempah-rempah dari Timur. Kekayaan yang dieksploitasi dari daerah baru itu kemudian digunakan untuk kepentingan kerajaan atau negara imperialis.

2. Glory

Glory diartikan sebagai kejayaan atau untuk menguasai wilayah yang didatangi dan dijadikan sebagai koloni. Selain itu, glory juga merupakan semboyan memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan melalui penjajahan. Dalam kaitan ini, mereka saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya. Kepulauan Nusantara misalnya, pernah cukup lama menjadi jajahan Belanda.

3. Gospel

Gospel merupakan misi menyebarkan ajaran Nasrani (Kristen Katolik dan Kristen Protestan). Misionaris bangsa-bangsa Eropa menyebarkan agamanya di wilayah-wilayah baru yang mereka datangi. Setiap kapal milik bangsa-bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan samudra selalu diikuti kelompok misionaris, yang menganggap penyebaran ajaran Injil merupakan panggilan hidup dan tugas mulia. Mereka kemudian memanfaatkan daerah koloni sebagai tempat menjalankan misi tersebut.

Dalam perkembangannya, semboyan 3G terbukti membawa dampak negatif terhadap negeri-negeri di Timur, khususnya istilah gold dan glory. Sebab, dalam istilah gold, suatu negara dikatakan makmur apabila mempunyai kekayaan yang melimpah. Hal ini mendorong bangsa Barat untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dari negeri Timur, termasuk di Kepulauan Nusantara dengan menguasai rempah-rempahnya. Selain itu, semboyan glory mendorong bangsa Eropa untuk memiliki daerah kekuasaan yang luas.

Kedatangan Bangsa Eropa ke Kepulauan Nusantara

Putusnya jalur perdagangan Asia–Eropa mendorong kerajaan-kerajaan di Eropa untuk mencari jalur perdagangan baru. Kali ini, tidak melalui darat yang sudah dikuasai oleh Turki Usmani. Mereka mencari jalur lain yang lebih sulit dan berbahaya, yaitu mencoba menelusuri surga rempah-rempah lewat pelayaran. Laut menjadi jalan yang ditempuh bangsa Barat untuk menemukan rempah-rempah.

Portugis dan Spanyol menjadi negara yang pertama melakukan penjelajahan. Mereka akhirnya berhasil mencapai kepulauan rempah-rempah di timur jauh alias Asia Tenggara. Pada 1512, armada laut Portugis sampai ke Malaka. Portugis tiba di Kepulauan Nusantara dengan membawa serta 1.200 orang dan 18 buah kapal. Ini merupakan awal mula kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.

Spanyol kemudian datang ke Kepulauan Nusantara setelah Portugis. Belanda lantas mengikutinya, bahkan memiliki pengaruh yang jauh lebih dalam daripada dua bangsa Eropa sebelumnya. Ini dikarenakan penjajahan yang Belanda lakukan berlangsung sangat lama.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai latar belakang bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra. Melalui pemaparan di atas, dapat diketahui jika alasan terbesar kedatangan bangsa Eropa datang ke Indonesia atau Kepulauan Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bahan baku yang berharga di Eropa.

Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang kegiatan pencarian rempah-rempah oleh bangsa-bangsa Eropa itu di Kepulauan Nusantara, mulai dari latar belakang hingga proses kolonialisme yang dilakukan.

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang sejarah Indonesia agar bisa memaknainya secara penuh. Selamat membaca.

Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia
Mengapa banyak bangsa eropa yang melakukan penjelajahan samudra menuju indonesia
Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Kategori Ilmu Ekonomi

Buku Ekonomi Buku Soekarno Buku Sosiologi Buku Geografi Buku Ideologi Pancasila

Buku Sejarah Indonesia

Materi Terkait

Pengertian Sejarah Daftar Pahlawan Revolusi Daftar Pahlawan Nasional Indonesia Organisasi Pergerakan Nasional Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI Sejarah Teks Proklamasi Sejarah Pertempuran Surabaya Sejarah Sumpah Pemuda Tujuan PPKI dibentuk

Hasil Sidang PPKI Pertama

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

BACA JUGA:

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien