Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 (Dok. Kompas)

Bobo.id - Teman-teman, hari ini, 28 Oktober 2020, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.

Sumpah Pemuda itu merupakan hasil keputusan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.

Apa teman-teman tahu isi dan makna ikrar Sumpah Pemuda?

Dalam materi Belajar dari Rumah di TVRI hari ini, kita belajar tentang isi dan makna ikrar Sumpah Pemuda, nih.

Simak penjelasannya, yuk!

Isi Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 menghasilkan tiga putusan yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.

Berikut isi Sumpah Pemuda versi asli yang dituliskan dengan ejaan lama:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Dalam ejaan baru, isi Sumpah Pemuda adalah:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Selain menghasilkan tiga putusan itu, pada Kongres Pemuda II, lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Soepratman juga diperdengarkan untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Sejarah Bendera Merah Putih dan Lagu Indonesia Raya, Materi Belajar dari Rumah SD Kelas 4-6


Page 2

Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 (Dok. Kompas)

Makna Ikrar Sumpah Pemuda

Dalam Sumpah Pemuda, terdapat makna yang tersirat, teman-teman.

Yang pertama, memberikan penekanan untuk menghargai perjuangan Indonesia.

Lahirnya Sumpah Pemuda merupakan titik awal dimulainya perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajah.

Tanpa adanya peristiwa yang melahirkan Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia mungkin tidak bersatu dan merdeka melawan penjajah.

Para pemuda dan pemudi pada masa itu rela berkorban waktu, pemikiran, materil, dan moral, untuk membuat negara Indonesia bersatu.

Yang kedua, memberi semangat untuk berjuang. Kita bisa mencontoh semangat juang para pemuda dan pemudi di masa itu.

Kita bisa melakukan hal yang sama dengan menjadi warga negara yang baik saat ini dan mencontoh semangat perjuangan para pemuda sebelum Indonesia merdeka.

Sebagai penerus bangsa, kita harus meneruskan semangat perjuangan dengan menerapkannya dengan situasi dan kondisi di masa modern.

Yang ketiga, terdapat makna untuk mencintai Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia tidak didapatkan dengan mudah, teman-teman. Melainkan dengan penuh perjuangan para pahlawan.

Bahkan, banyak rakyat Indonesia yang gugur sebagai pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Sumpah Pemuda, Cerita Persatuan Pemuda untuk Indonesia


Page 3

Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 (Dok. Kompas)

Perjuangan zaman dulu merupakan bentuk cinta pada tanah air. Kita pun harus memperjuangkan bangsa Indonesia dan memberikan yang terbaik sebagai bentuk cinta pada tanah air.

Yang keempat, memberikan penekanan agar kita bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Para pemuda Indonesia pada masa perjuangan merasakan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sehingga mereka membuat Sumpah Pemuda sebagai penggerak kemerdekaan.

Kita harus mengingat persatuan bangsa, meskipun kita memiliki latar belakang suku dan budaya yang beragam. Sehingga, kebanggaan sebagai bagian bangsa Indonesia harus menjadi semangat pemuda masa kini.

Yang kelima, memberikan penekanan dalam mencintai Indonesia dengan menggunakan bahasa.

Ikrar Sumpah Pemuda membuat bahasa Indonesia menjadi satu bahasa yang paling penting di Indonesia.

Meski mempelajari bahasa asing, kita juga harus mempelajari dan menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Baca Juga: Memperingati Sumpah Pemuda, Jalan-jalan ke Museum Sumpah Pemuda, yuk!

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id/

Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

RAPAT PERTAMA, GEDUNG KATHOLIEKE JONGENLINGEN BOND

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

RAPAT KEDUA, GEDUNG OOST-JAVA BIOSCOOP

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

RAPAT KETIGA, GEDUNG INDONESISCHE CLUBHUIS KRAMAT

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,

TANAH INDONESIA.

KEDOEA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,

BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,

BAHASA INDONESIA.

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Gedung Museum memperingati Kongres Pemuda II

Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Lukisan di Jakarta pada tahun 1985 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda

Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27—28 Oktober 1928 di Batavia (kini bernama Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".

Mengapa ikrar Sumpah Pemuda perlu dibuat pada tahun 1928

Delegasi pemuda Jawa (Jong Java)

Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda.[1] Naskah orisinil diabadikan menggunakan ejaan Van Ophuijsen.

Pertama:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,, tanah air Indonesia.

Kedoea:
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga:
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Bunyi ketiga keputusan kongres dalam Ejaan Bahasa Indonesia (ejaan terbaru yang digunakan pada masa kini):

Pertama:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua:
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga:
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga.[2] Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.[3]

Berikut adalah nama-nama tokoh pemuda yang ikut dalam Kongres Pemuda tersebut;[4]

  1. Ketua: Sugondo Djojopuspito
  2. Wakil Ketua: R. M. Joko Marsaid
  3. Sekretaris: Mohammad Yamin (menulis rumusan kongres pemuda kedua)
  4. Bendahara: Amir Sjarifoeddin
  5. Pembantu I: Johan Mohammad Cai
  6. Pembantu II: R. Katja Soengkana
  7. Pembantu III: R.C.I. Sendoek
  8. Pembantu IV: Johannes Leimena
  9. Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud

Peserta

  • Abdoel Moethalib Sangadji
  • Poernamawoelan
  • Abdul Rachman
  • Raden Soeharto
  • Abu Hanifah
  • Raden Soekamso
  • Adnan Kapau Gani
  • Ramelan
  • Amir (Dienaren van Indie)
  • Saerun (Keng Po)
  • Anta Permana
  • Saharjo
  • Anwari
  • Sarbini
  • Arnold Monotutu
  • Ki Sarmidi Mangunsarkoro
  • Assaat
  • Sartono
  • Bahder Djohan
  • Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
  • Dali
  • Setiawan
  • Darsa
  • Sigit (Indonesische Studieclub)
  • Dien Pantouw
  • Siti Sundari
  • Djuanda
  • Sjahpuddin Latif
  • Dr. Pijper
  • Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
  • Emma Poeradiredjo
  • Soedjono Djoened Poesponegoro
  • Halim
  • R.M. Djoko Marsaid
  • Hamami
  • Soekamto
  • Jo Tumbuan
  • Soekmono
  • Joesoepadi
  • Soekowati (Volksraad)
  • Jo Masdani
  • Soemanang
  • Kadir
  • Soemarto
  • Karto Menggolo
  • Soenario (PAPI & INPO)
  • Kasman Singodimedjo
  • Soerjadi
  • Koentjoro Poerbopranoto
  • Soewadji Prawirohardjo
  • Martakusuma
  • Soewirjo
  • Masmoen Rasid
  • Soeworo
  • Mohammad Ali Hanafiah
  • Suhara
  • Mohammad Nazif
  • Sujono (Volksraad)
  • Mohammad Roem
  • Sulaeman
  • Mohammad Tabrani
  • Suwarni
  • Mohammad Tamzil
  • Tjahija
  • Muhidin (Pasundan)
  • Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
  • Mukarno
  • Wilopo
  • Muwardi
  • Wage Rudolf Soepratman
  • Nona Tumbel
  • Aitai Baitawi Karubaba[5]
  • Poreu Abner Ohee
  • Pouw Orpa Pallo

Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.

  1. ^ "Museum Sumpah Pemuda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-25. Diakses tanggal 2009-09-27. 
  2. ^ Sugondo Djojopusito: Ke Arah Kongres Pemuda II, Media Muda Tahun I No. 6 & 7, halaman 9-11.
  3. ^ Secarik Kertas untuk Indonesia, Majalah Tempo, 27 Oktober 2008
  4. ^ "9 [[Tokoh Sumpah Pemuda]] dan 71 Orang yang Datang Pada Kongres Tersebut, Berikut Daftar Nama-Namanya". Tribunsumsel.com. Diakses tanggal 2021-10-28.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  5. ^ Adryamarthanino, Verelladevanka (2021-08-03). "Pemuda Papua dalam Sumpah Pemuda". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-05-23. 

  • (Indonesia) Situs resmi Museum Sumpah Pemuda Diarsipkan 2012-10-05 di Wayback Machine.
  • Kongres Pemuda
  • Kongres Pemuda Indonesia
  • Sumpah Pemuda Keturunan Arab
  • Sejarah Indonesia
  • Kongres Pemuda Seluruh Indonesia

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sumpah_Pemuda&oldid=21154821"