Mengapa keberagaman bangsa indonesia dapat menjadi masalah dalam kehidupan bersama?

Jakarta, wapresri.go.id  – Indonesia merupakan bangsa besar yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa, dan adat istiadat. Data Sensus Badan Pusat Statistik Tahun 2010 mencatat, terdapat 1.340 jumlah suku di Indonesia. Oleh karena itu, keberagaman yang besar tersebut harus terus dirawat dan dijadikan sebagai potensi dalam mendukung pembangunan nasional.

“Tentu keberagaman tersebut harus kita rawat dan dijadikan sebagai potensi kekuatan agar bangsa Indonesia dapat tetap utuh dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, utamanya dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang,” tutur Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin pada acara Perayaan Hari Ulang Tahun ke-14 Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia (PSBI), Rakernas PSBI Tahun 2021, serta Launching Kongres PSBI IV dan Pesta Bolon Simbolon Tahun 2022 melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Rabu (07/07/2021).

Lebih lanjut Wapres menyampaikan, sebagai salah satu suku dengan jumlah yang cukup besar dan melihat sebaran jumlah anggota PSBI yang lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia, maka PSBI memiliki potensi besar yang harus diberdayakan untuk melestarikan nilai-nilai adat sekaligus upaya penanaman rasa cinta tanah air. Mengingat, kedua nilai tersebut merupakan faktor penting dalam membentuk integritas nasional.

“Pelestarian adat istiadat juga harus menjadi bagian dari upaya kita merawat demokrasi dan memupuk nasionalisme pada tingkat akar rumput guna mewujudkan integritas nasional yang makin kokoh dalam bingkai kebhinekaan bangsa. Hal ini sangat penting untuk terus kita wariskan khususnya bagi generasi muda,” tegas Wapres.

Pada kesempatan ini Wapres menekankan pentingnya menjaga kesepakatan nasional sebagai dasar kebangsaan dan kenegaraan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pendiri bangsa melalui 4 (empat) bingkai kerukunan nasional, yaitu; bingkai politis, bingkai yuridis, bingkai teologis, dan bingkai sosiologis.

Bingkai politis, menurut Wapres, yaitu kerukunan yang dibangun atas dasar komitmen seluruh bangsa Indonesia dalam implementasi kehidupan masyarakat sesuai dengan kesepakatan nasional, yaitu; Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara bingkai yuridis, merupakan kepatuhan masyarakat terhadap aturan hukum yang ada.

“Kepatuhan terhadap aturan yang ada dengan cara menghormati hukum, karena setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum,” urai Wapres.

Sedangkan bingkai teologis, lanjutnya, yaitu pemahaman dan pengajaran keagamaan atau keyakinan yang moderat sehingga tidak menimbulkan konflik nasional.

“santun, sejuk, dan merangkul, bukan ajaran yang saling curiga dan mengarah pada konflik atau bahkan pada penggunaan kekerasan,”  terang Wapres.

Yang terakhir, bingkai sosiologis, Wapres menuturkan pentingnya kearifan nilai-nilai budaya lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun menjadi perekat kebersamaan.

“nilai-nilai budaya lokal yang diwariskan secara turun temurun ini, seperti; Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak, Tepo Seliro dan Gotong Royong pada masyarakat Jawa, Pela Gandong pada masyarakat Ambon, Rumah Betang pada masyarakat Dayak, dan kearifan serupa dari berbagai daerah  lainnya,”  urai Wapres.

“Nilai-nilai positif dari berbagai kearifan lokal nusantara, seperti yang terkandung dalam Dalihan Na Tolu ini dan juga pada adat istiadat yang lainnya seperti saya sebutkan di atas, merupakan pondasi serta perekat kerukunan dan persatuan bangsa Indonesia yang perlu terus kita sosialisasikan, lestarikan, kembangkan, dan berdayakan,”  tambahnya.

Selama 14 tahun PSBI ini berdiri dengan 150 cabang di seluruh Indonesia, bukanlah hal waktu yang singkat. Wapres berharap bingkai kerukunan yang selama ini dibangun PSBI dapat terus digalakkan.

“Generasi muda khususnya dari keluarga Simbolon agar menjadi teladan dan pelopor loyalitas dan nasionalisme untuk Indonesia, bukan hanya untuk kelompok atau golongan tertentu,”  harap Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres berpesan agar PSBI dan seluruh organisasi kemasyarakatan yang berbasis kekerabatan atau kesukuan untuk tidak berorientasi pada kegiatan yang bersifat eksklusif, tetapi lebih berorientasi inklusif.

“Semoga PSBI mampu memberi kesejahteraan bagi anggotanya maupun masyarakat Indonesia pada umumnya, serta mampu melestarikan warisan nilai-nilai masyarakat adat Batak dalam kerangka menjaga persatuan nasional,”  pesan Wapres.

Sebelumnya Ketua Umum PSBI, Effendi M.S. Simbolon, melaporkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-14 PSBI. Selain itu, ia juga menyampaikan dukungan PSBI kepada pemerintah dalam menangani pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) beserta dampaknya.

“Kami sangat berharap pemerintah tetap kuat dan senantiasa mampu untuk menangani masalah pandemi Covid-19 ini, kami percaya Bapak Wakil Presiden bersama Bapak Presiden Joko Widodo akan dapat mengatasinya dan bersama dengan komponen masyarakat lainnya untuk kita bisa keluar dari masa yang sangat sulit ini,” ungkap Effendi.

Hadir secara virtual dalam acara ini para Pengurus Ppusat PSBI, Pengurus Wilayah PSBI, serta Pengurus INA PSBI. Sementara hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar dan Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi. (NN/AS, BPMI-Setwapres)

indomaritim.id, Jakarta – Keberagaman dalam masyarakat Indonesia ditinjau dari sudut pandang geografis, terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang mendiami suatu wilayah Indonesia sangat banyak dan tersebar di mana-mana. Sebagai negara kepulauan, perbedaan antar suku yang mendiami satu pulau dengan pulau lain atau berada di satu kawasan berbeda-beda budayanya.

Menurut penelitian badan statistik yang dibuat Badan Pusat Statistik, melalui survei penduduk yang di lakukan tahun 2010,di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Struktur dan komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok suku bangsa menurut Sensus Penduduk 2010 memperlihatkan Suku Jawa yang berasal dari Pulau Jawa bagian tengah hingga timur sebagai kelompok suku terbesar dengan populasi sebanyak 85,2 juta jiwa atau sekitar 40,2 persen dari populasi penduduk Indonesia.

Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Antar suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai perbedaan dan itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia.

Baca Juga:

Keberagaman lainnya dari bangsa Indonesia adalah agama dan kepercayaan. Sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa berbagai agama di Indonesia sejak dahulu kala berkembang dan berdampingan secara damai.

Secara ringkas, penyebab keberagaman Bangsa Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut : • Letak strategis wilayah Indonesia • Kondisi negara kepulauan • Perbedaan kondisi alam • Keadaan transportasi dan kumunikasi

• Penerimaan masyarakat terhadap perubahan

Keberagaman dalam Masyarakat untuk Kebudayaan Nasional

M. Chairul Basrun Umanailo, S.Sos.,M.Si dalam bukunya berjudul Ilmu Sosial Budaya Dasar menyebutkan, negara ini terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional.

Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.

Akan tetapi dalam masyarakat majemuk dengan keragaman latar belakang kebudayaan seperti yang terjadi di Indonesia tidaklah mudah untuk mengembangkan suatu kebudayaan nasional hanya dengan mengandalkan pada kemampuan dan kemapanan masyarakat semata-mata.

Baca Juga: Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, Begini Pentingnya untuk Generasi Muda

Oleh karena itu kebudayaan nasional yang hendak dikembangkan itu telah ditetapkan landasan dan arah tujuannya yang dituangkan dalam penjelasan pasal 32 UUD 45 yang berbunyi:
“Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncakpuncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa.

Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolakbahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa perkembangan kebudayaan bangsa yang hendak dimajukan itu terselenggara tanpa ketentuan arah serta tanpa memperhatikan keberagaman masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan masyarakat bangsa.

Budaya mempunyai sifat yang universal. Hal tersebut berarti ada berbagai sifat umum yang melekat dan menyatu pada setiap budaya yang ada dan dihasilkan. Beberapa sifat universal budaya tersebut di antaranya : • Kebudayaan merupakan milik bangsa • Kebudayaan adalah hasil belajar • Kebudayaan brdasar pada lambang • Kebudayaan dapat terintegrasi • Kebudayaan bisa disesuaikan • Kebudayaan selalu berubah

• Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif

Cara Melestarikan Budaya dan Adat Istiadat

Indonesia kaya dengan berbagai macam budaya dan adat istiadat. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, kebudayaan adalah aset bangsa yang harus dijaga kelestariannya ditengah gemburan budaya asing melalui globalisasi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal diantaranya adalah :

1. Mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita

2. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan

3. Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat bertahan

4. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain

5. Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya berbahasa

6. Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki

7. Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme

8. Ajarkan budaya kepada orang lain

Interaksi dengan Masyarakat yang Beragam Sosial Budaya

Mengapa keberagaman bangsa indonesia dapat menjadi masalah dalam kehidupan bersama?
Cara Menumbuhkan Sikap Toleransi Dalam Kehidupan

Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang beragam sosial budaya. Berbagai kegiatan sosial budaya berciri gotong royong memperlihatkan karakter masyarakat Indonesia yang saling menghormati antara berbagai perbedaan golongan, suku bangsa, hingga agama.

Gotong royong merupakan budaya yang telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebagai warisan budaya yang telah eksis secara turun-temurun.

Selain gotong royong, toleransi dibutuhkan pada sesama masyarakat Indonesia agar bisa saling membantu satu sama lainnya tanpa memandang suku,agama, ras dan antar golongan.

Ditengah keberagaman masyarakat, norma-norma sosial yang tumbuh sebagai patokan dalam bertingkah laku manusia dalam kelompok,norma-norma yang dimaksud adalah sebagai berikut : Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan untuk umat-Nya. Norma kesusilaan atau moral, yaitu yang bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajakan kebaikan dan menjahui keburukan. Norma Kesopanan atau adat, yaitu yang bersumber dari masyarakat atau dari lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi yang pemerlakuannya dapat dipaksa.

Manusia sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, sebaiknya tidak memaksakan kehendak dan hidup sesuai norma yang berlaku.

Baca Juga: Bingkai Bhinneka Tunggal Ika Dalam Wilayah NKRI

Hidup Rukun di Masyarakat yang Beragam

Hidup rukun ialah suatu konsepsi hidup yang tentram, aman dan damai dimana setiap lingkungan masyarak, keluarga, sekolah, pertemanan dan berbangasa saling sayang menyayangi antar sesama dan saling tengang rasa atau menghargai orang lain.

Walau setiap dilingkungan mereka ada perberbedaan dalam hal pendapat, prinsip, ide, agama, suku, ras dan budaya. Sehingga yang didapat dari hidup rukun ialah memberikan manfaat kepada masyarakat untuk saling tolong menolong dan bahu membahu antar sesama.

Manfaat hidup rukun, baik di masyarakat dan sekolah, membuat hidup lebih selaras bermasyarakat serta tolong menolong untuk mencapai tujuan bersama. Di sekolah atau tempat pendidikan, hidup rukun antar sesama siswa, dengan guru dan pendidik membuat tujuan belajar lebih efektif.

Baca Juga: Upaya Pelajar Agar Keanekaragaman Adat Istiadat di Lingkungan Sekitar Tetap Terjaga

Contoh kebersatuan dan keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan jenis kelamin dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika yang dapt diterapkan di masyarakat misalnya: 1. gotong royong 2. mengunjungi teman yang sedang sakit

3. menolong teman yang sedang mengalami musibah

Sebagai negara Pancasila, keberagaman bukanlah penghalang untuk bisa bekerjasama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Sebaliknya, jadikan keberagaman menjadi momentum untuk persatuan. Sesama masyarakat Indonesia bisa saling membantu satu sama lainnya tanpa memandang suku,agama, ras dan antar golongan.

Tentunya dibutuhkan saling kesepahaman antar individu, keluarga, bertetangga dan dalam masyarakat lingkup kecil demi keselarasan kehidupan. Kemajemukan bukan menjadi penghalang, namum sebagai pemerkaya jati diri bangsa.

Menghadapi gelombang perubahan kehidupan akibat gerusan arus pengaruh budaya asing perlu ada kekuatan (enerji sosial) yang dapat mengarahkan pada terbentuknya komitmen moral dengan memunculkan gerakan yang berusaha membebaskan diri dari kungkungan hegemoni budaya asing yang telah memporak porandakan modal sosial gotong royong.

Cara menumbuhkan sikap toleransi dalam kehidupan menjadi penting diajarkan oleh orang tua dan guru kepada anak sedari dini. Dengan mengajarkan sikap toleransi, maka anak akan terbiasa dengan perbedaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Toleransi adalah keniscayaan bagi bangsa majemuk dengan berbagai latar belakang suku, agama dan ras seperti Indonesia. Toleransi dibutuhkan pada sesama masyarakat Indonesia agar bisa saling membantu satu sama lainnya tanpa memandang suku,agama, ras dan antar golongan.

Toleransi merupakan sikap untuk mengerti, memahami dan menerima perbedaan antar individu. Sikap ini tanpa paksaan dan tidak ingin memaksakan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Contoh Perilaku yang Menggambarkan Semangat Persatuan dan Kesatuan

Perbedaan adalah keniscayaan dalam masyarakat. Sebagaimana mestinya seorang saudara, maka tidak boleh untuk saling menjatuhkan karena dia atau mereka berbeda. Terutama, untuk membuat keberagaman di Indonesia tetap berjalan. Di Negara yang lainnya, tentu tidak memiliki keberagaman yang begitu banyak. Memang, tugas masyarakat Indonesia saat ini cukup berat. Karena, harus menjaga keberagaman ini agar tetap lestari.

Toleransi merupakan sikap untuk mengerti, memahami dan menerima perbedaan antar individu. Sikap ini tanpa paksaan dan tidak ingin memaksakan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Sikap toleransi berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Toleransi sejati didasarkan sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani, dan keyakinan, serta keikhlasan sesama apapun agama, suku, golongan, ideologi atau pandangannya.

Contoh berinteraksi dengan teman atau orang lain dalam bidang agama misalnya: menghargai teman yang sedang berpuasa dengan tidak makan dan minum di depan teman.

Jadi, keragaman Indonesia adalah kekayaan sekaligus berkah bagi bangsa Indonesia. Sudah seharusnya, sesama masyarakat saling menjalin keberagaman Indonesia. Jangan sampai, keberagaman yang sudah dibangun sejak dahulu menjadi rusak. Mulailah dengan beberapa hal diatas untuk tetap menjaga keberagaman di Indonesia.