Mengapa keterampilan berpikir sangat diperlukan?

“ Ajarkan Siswa Keterampilan Berpikir Kritis “

Dalam era globalisasi dewasa ini, tantangan peningkatan mutu dalam berbagai aspek kehidupan tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya perkembangan iptek dan tekanan globalisasi yang menghapuskan tapal batas antarnegara, mempersyaratkan setiap bangsa untuk mengerahkan pikiran dan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya untuk bisa tetap bertahan dan dapat memenangkan persaingan dalam perebutan pemanfaatan kesempatan dalam berbagai sisi kehidupan. Ini berarti perlu adanya peningkatan sikap kompetitif secara sistematik dan berkelanjutan terhadap suber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan.

Oleh karena itu, pendidikan dewasa ini harus diarahkan pada peningkatan daya saing bangsa agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Hal ini bisa tercapai jika pendidikan di sekolah diarahkan tidak semata-mata pada penguasaan dan pemahaman konsep-konsep ilmiah, tetapi juga pada peningkatan kemampuan dan keterampilan beripikir siswa, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu keterampilan berpikir kristis. Artinya, guru perlu mengajarkan siswanya untuk belajar berpikir. Kehidupan dalam era globalisasi dipenuhi oleh kompetisi-kompetisi yang sangat ketat. Keunggulan dalam berkompetisi terletak pada kemampuan dalam mencari dan menggunakan informasi, kemampuan analitis-kritis, keakuratan dalam pengambilan keputusan, dan tindakan yang proaktif dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

Kemampuan berpikir formal siswa yang mencakup kemampuan berpikir hipotetik-deduktif, kemampuan berpikir proporsional, kemampuan berpikir kombinatorial, dan kemampuan berpikir reflektif sebagai kemampuan berpikir dasar, perlu dijadikan sebagai substansi yang harus digarap secara serius dalam dunia pendidikan. Kemampuan berpikir dasar ini harus terus dikembangkan menuju kemampuan dan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam era pendidikan modern. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pendidikan sains maupun disiplin yang lain adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan sekaligus menyiapkan mereka agar sukses dalam menjalani kehidupannya. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh siswa SMP dan SMA maka mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, serta mereka akan mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan, persaingan, dan ketidakpastian.

Singkatnya, oleh karena berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam pendidikan modern, maka semua pendidik semestinya tertarik untuk mengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Para pakar dan instruktur pendidikan diharapkan terlibat secara intensif dalam merencanakan strategi pembelajaran keterampilan berpikir kritis. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pengajaran sains atau dalam bidang studi lainnya adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan sekaligus menyiapkan para siswa mengarungi kehidupannya sehari-hari.

Lebih lanjut, berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia realita. Seseorang yang berpikir secara kritis mampu mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi, dapat mengemukakan argumen yang logis berdasarkan informasi, dan dapat mengambil simpulan yang dapat dipercaya. Berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan.

Ada hubungan yang sangat erat antara keterampilan berpikir kritis dan metode ilmiah. Karena itu, keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berorientasi pada metode ilmiah. Berpikir kritis tidak dapat diajarkan melalui metode ceramah, karena berpikir kritis merupakan proses aktif. Keterampilan intelektual dari berpikir kritis mencakup berpikir analisis, berpikir sintesis, berpikir reflektif, dan sebagainya harus dipelajari melalui aktualisasi penampilan (performance). Berpikir kritis dapat diajarkan melalui kegiatan laboratorium, inkuiri, pekerjaan rumah yang menyajikan berbagai kesempatan untuk menggugah berpikir kritis, dan ujian yang dirancang untuk mempromosikan keterampilan berpikir kritis.

Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran perlu dilakukan strategi-strategi sebagai berikut. Pertama, menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi pelajaran agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran sains, harus seimbang antara sains sebagai produk (penyajian fakta, konsep, prinsip, hukum, dsb) dan sains sebagai proses (keterampilan proses sains), seperti mengobsevasi kejadian, merumuskan masalah, berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan mengontrol variabel. Kedua, seimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi (interaction), teori belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial dalam mengembangkan struktur mental yang baru. Ketiga, ciptakan diskusi kelas, guru sebaiknya memulai presentasi dengan ”pertanyaan”. Ajukan pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana antisipasi dan inkuiri.

Lima kunci untuk menciptakan atau mengkreasi suasana kelas yang interaktif, yaitu (1) mulai setiap pembelajaran dengan masalah atau kontroversi; (2) gunakan keheningan untuk membangkitkan refleksi; (3) atur ruang kelas untuk membangkitkan interaksi dalam pembelajaran; (4) Jika mungkin, perpanjang waktu pembelajaran (extend class time). Berpikir kritis akan terjadi jika siswa memiliki waktu yang tepat untuk sampai pada refleksi; dan (5) ciptakan lingkungan belajar yang nyaman.

Berdasarkan strategi-strategi pengembangan keterampilan berpikir kritis dan lima kunci dalam menciptakan atau mengkreasi suasana belajar yang interaktif, maka model-model pembelajaran yang tampaknya sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dalam upaya mempromosikan keterampilan berpikir kritis siswa antara lain (1) Pembelajaran berbasis masalah; (2) Pembelajaran kontekstual; (3) Siklus belajar; dan (4) Model pembelajaran sains-teknologi-masyarakat. Model-model pembelajaran ini akan memberi pengalaman belajar kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Model siklus belajar (learning cycle model) merupakan suatu strategi pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran pebelajar”. Dasar pemikiran para konstruktivis adalah bahwa proses pembelajaran yang efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang fakta dan fenomena yang menjadi subjek pembelajaran. Model siklus belajar (learning cycle model) terdiri atas tiga fase aktivitas belajar yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam memahami gejala – gejala alam yang kompleks melalui pengalaman langsung. Melalui model siklus belajar para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memberi penjelasan dan mengemukakan argumentasinya, melakukan interprestasi, dan memperbaiki gagasannya.

Fase – fase aktivitas belajar dalam model siklus belajar adalah (1) fase eksplorasi, (2) fase pengenalan konsep, dan (3) fase aplikasi konsep. Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam suatu prosedur pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan instruktur sebagai pelatih metakognitif. Ada enam tahapan proses pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. (1) Mulai dengan penyajian masalah; (2) Masalah hendak-nya berkaitan dengan dunia siswa (masalah riil); (3) Organisasi materi pembelajaran sesuai dengan masalah; (4) Memberi siswa tanggung jawab utama untuk membentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri; (5) Menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam proses pembelajaran; dan (6) Menuntut siswa untuk menampilkan apa yang telah mereka pelajari.

Beberapa karakteristik problem based learning, yakni (1) Proses pembelajaran bersifat Student-Centered; (2) Proses pembelajaran berlangsung dalam kelompok kecil; (3) Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing; (4) Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran; (5) Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (Self-directed learning); dan (6) Masalah (problems) merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah klinik

Dalam mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter yang dimiliki Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS AL-IKHLAS Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir pada hari Kamis 2/1/2020 seluruh siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS AL-IKHLAS Surabaya, sore hari pukul 14.30 datang ke sekolah untuk di ajari oleh Kak SYAHRUL , S.Pd selaku pelatih Pramuka untuk membuat kapal. Pelatih kelahiran BANGKALAN 1986 tersebut mengajarkan teknik – teknik dalam membuat kapal. Seluruh siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya baik tim putra maupun tim putri langsung membuat kapal. Dengan semangat mereka langsung membuat, dimana Kak SYAHRUL hanya meminta 1 tim untuk membuat kapal tersebut sebanyak 4 siswa/siswi, berkali – kali Kak SYAHRUL meminta untuk Power dalam menarik tali ke tongkat agar kuat.

Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis, dimana di ajarkan cara menyambung tongkat dan tali. Dengan membuat kapal tersebut skill dari peserta didik di asah untuk memunculkan kreativitasnya, sehingga Pengembangan Pendidikan Karakter bisa muncul dari skill yang dimiliki tersebut.

Pendidikan

Reporter : Bernetta, 16 Jun 2020

Mengapa keterampilan berpikir sangat diperlukan?

Sumber gambar : Toggl

Waktu kuliah adalah waktu paling penting untuk mendorong kemampuan analitis individu, yang mungkin belum didapatkan di bangku SMA. Di masa ini pula, individu berkembang pandangannya dan berbuah sehingga mampu menggunakan pemikiran rasional dalam bertindak.

Ya, memang terdengar rumit. Namun, idealnya, mahasiswa memang memiliki kemampuan dasar berpikir lebih dalam dibandingkan siswa SMP/SMA. Anggap saja, keduanya berada di realm berbeda. Jika yang satu (agak sedikit) bebas bertindak, maka yang lainnya harus berpikir sebelum bertindak dan menentukan pilihan. Nah, lalu bagaimana kita, sebagai mahasiswa baru, memperoleh kemampuan berpikir dasar itu? Jawabannya adalah dengan memahami dan menerapkan critical thinking.  

Critical thinking adalah kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya. Ini mencakup kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri. Seseorang dengan keterampilan berpikir kritis dapat melakukan hal berikut:

  • memahami hubungan logis antara gagasan
  • mengidentifikasi, membangun, dan mengevaluasi argumen
  • mendeteksi ketidakkonsistenan dan kesalahan umum dalam bernalar
  • menyelesaikan masalah secara sistematis
  • mengidentifikasi relevansi dan pentingnya gagasan
  • merenungkan pembenaran keyakinan dan nilai-nilai seseorang sendiri

Yap, critical thinking adalah satu set alat yang idealnya menjadi armor perangmu di dunia perkuliahan. Mengapa demikian? Dilansir dari linkedin.com, critical thinking menjadi penting karena:

  • Mereka yang mampu berpikir dengan baik dan memecahkan masalah secara sistematis adalah aset dalam karir apa pun.
  • Penting meningkatkan keterampilan intelektual yang fleksibel, dan kemampuan untuk menganalisis informasi serta mengintegrasikan beragam sumber pengetahuan dalam memecahkan masalah.
  • Membantu kita  menganalisis struktur logis teks, pemikiran kritis juga meningkatkan kemampuan pemahaman.
  • Membantu kita menjadi problem solver yang kreatif
  • Membantu kita merefleksikan diri

Lalu bagaimana memperoleh kemampuan berpikir sistematis? Satu hal yang  pasti, selain membaca banyak hal, perlu pula kita menerapkan apa yang udah kita anggap paham secara teoritis ke dalam kegiatan berpikir aktif. Bentuknya bisa berupa diskusi atau debat. Bisa juga dalam bentuk internalisasi pengetahuan yang kita miliki dan menghubungkannya dengan ide-ide baru. Itu artinya, critical thinking bukanlah keberuntungan untuk segelintir orang, melainkan proses belajar.

Perlu diingat, selain berlatih dalam menyampaikan pikiran saat debat atau diskusi, memiliki sikap yang tepat saat dihadapkan pada sebuah situasi menjadi penting. Jika kamu ingin bisa berpikir kritis, maka kamu tidak boleh anti-kritik, tidak boleh hanya mengandalkan firasat, harus selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan dan selalu mengevalusi diri.

Maka dari itu, rajinlah membaca, berpikir dan jangan malu berargumentasi. Selalu rendah hati menerima masukan, merefleksikan diri dan berkembanglah!