Mengapa terjadi pengalihan fungsi hutan

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia

Senin, 26 Sep 2016 22:59 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya menyebut alih fungsi lahan di hulu sungai sebagai faktor utama penyebab banjir dan longsor.Menurut Siti, alih fungsi lahan yang terjadi pada sebagian besar hulu sungai-sungai di Indonesia menurunkan tingkat resapan air dan jumlah vegetasi."Akhirnya larinya itu ke bagian hulu. Paling gawat terjadi alih fungsi tanaman di lereng-lereng hulu sungai," ujar Siti di Jakarta, Senin (26/9). Siti berkata, lereng sungai seharusnya ditanami jenis tanaman kayu. Tumbuhan itu penting untuk meningkatkan daya serap air di hulu sungai.Namun yang terjadi di lapangan, kata Siti, lereng-lereng gunung dan bukit yang terletak di hulu sungai malah ditanami sayuran atau tumbuhan yang tidak berdaya serap air tinggi.Alih fungsi lahan menjadi pertanian juga diperparah teknik penanaman yang tidak tepat. Menurut Siti, banyak tanaman perkebunan di lereng gunung ditutupi plastik."Kalau sudah ditutup seperti itu, seratus persen air akan mengalir ke bawah. Berarti akan terjadi longsor dan banjir besar di bawahnya," kata Siti.

Mengapa terjadi pengalihan fungsi hutan
Warga melintasi jalan yang sebagian runtuh menuju lokasi longsor di Desa Gumelem Kulon, Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (19/6). (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung KLHK Hilman Nugroho mengatakan, kondisi kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) yang marak areal pertanian lahan kering (hortikultura) sayuran menambah besar potensi air limpasan permukaan ketika hujan.Hal ini, kata Hilman, menjadi salah satu faktor daerah rawan akan banjir dan longsor.Cara mengurangi potensi banjir dan longsor, kata Hilman, salah satunya dengan menambah tutupan pohon pada lereng gunung di hulu sungai. Khususnya pada lahan yang berada pada topografi sangat curam."Selain itu, kegiatan pembalakan liar dan galian juga memperburuk kondisi hulu DAS," kata Hilman.September 2015, KLHK menyurati para kepala daerah terkait penanganan lingkungan mengantisipasi bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan.KLHK juga meminta pimpinan BUMN, BUMS, dan BUMD di Indonesia untuk menanggulangi bencana lingkungan melalui penanaman dan pemeliharaan pohon.“Kami minta agar mereka alokasikan minimal satu persen per tahun dari APBD dan 10 persen dari total dana CSR," ucap Hilman.Longsor dan banjir kerap terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kejadian besar terakhir terjadi di Garut dan Banjarnegara.Air limpasan yang mengalir ke sungai Cimanuk, tutur Hilman, melebihi kapasitas tampung sungai. Volume air yang begitu banyak masuk ke badan sungai menyebabkan longsoran di dinding sungai yang kemudian membendung dan menahan air hingga akhirnya jebol menyebabkan banjir bandang.Hilman menyatakan, kawasan hulu DAS Cimanuk marak dialih fungsikan menjadi pertanian lahan kering sayuran seperti tomat, cabai, kubis, kacang-kacangan.Pertanian lahan kering di kawasan hulu DAS Cimanuk mencapai luasan 28 ribu hektare atau 47,99 persen dari total luasan hulu DAS seluas 59 ribu hektare.

"Disinyalir juga ada kegiatan pembalakan liar dan galian C yang memperburuk kondisi (hulu DAS Cimanuk)," kata Hilman. (abm/abm)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Penerapan desentralisasi yang telah berlangsung sejak kurun waktu yang lama di Indonesia, menuntut setiap daerah untuk mandiri dengan cara memberikan pemasukan untuk daerahnya sendiri. Hal tersebut mengharuskan setiap daerah agar dapat memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya guna mendatangkan peluang ekonomi. Pemanfaatan potensi daerah memiliki pengaruh, baik dalam bidang sosial, politik terutama berpengaruh dalam bidang lingkungan.

Terdapat sebagian yang menilai bahwa desentralisasi di satu sisi membawa kemandirian untuk daerah dengan meningkatkan perekonomian suatu daerah. Namun di sisi lain banyak yang menilai bahwa pemerintah daerah memenuhi pendapatan daerah tanpa memikirkan konsekuensi yang akan terjadi terhadap sosial ataupun lingkungan. Contoh nyata dari dampak lingkungan yaitu terjadinya deforestasi hutan serta meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.

Dampak desentralisasi terhadap deforestasi hutan saat ini tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan menurut kajian Publish What You Pay Indonesia yang dilansir dari pwypindonesia.org berdasarkan kajian deforestasi dan degradasi lahan di Indonesia pada dekade ini mengalami fase yang tinggi. Menurut kajian tersebut daerah dengan ancaman kerusakan hutan yang tinggi berada di wilayah Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Global Forest Watch Indonesia menemukan adanya fakta bahwa sekitar 27 juta hektar lebih kawasan lahan dan hutan mengalami perubahan fungsi atau setara 17% terjadi dari kurun waktu tahun 2001 sampai 2019. Dampak langsung deforestasi hutan yaitu adanya banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan pada awal tahun 2021 yang menyebabkan ratusan ribu warga terdampak banjir besar.

Menurut data yang dilansir dari kompas.com bahwa hutan di kawasan tersebut sudah beralih menjadi kawasan pertambangan dan perkebunan monokultur. Pemerintah daerah cenderung memberikan kemudahan dalam perizinan usaha tambang yang sangat diminati oleh para investor hal itu sebagai upaya meningkatkan pemasukan daerah dan memberikan keuntungan bagi para elite lokal di daerah.

Pelaksanaan desentralisasi yang berdampak pada lingkungan tidak hanya masalah deforestasi hutan, namun juga menimbulkan masalah adanya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Tuntutan pemerintah daerah agar menjadi daerah yang mandiri mengakibatkan setiap daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan pembangunan fisik atau industrialisasi yang berakibat menyusutnya lahan pertanian.

Menurut penelitiaan (Nurhidayah, 2017) bahwa pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor industri. Namun di sisi lain juga harus menjaga keberadaan lahan pertanian sehingga tetap mempertahankan kelestarian produksi pertanian dan menjaga keseimbangan lingkungan.

Salah satu daerah yang mengalami alih fungsi lahan pertanian tinggi yaitu Kabupaten Sleman yang berada di Provinsi DIY. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sleman, alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah pada tahun 2019 sebesar 19.432,00 hektare (Ha), dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan dengan laju alih fungsi lahan pertanian sebesar 19.913,00 Ha.

Hal tersebut sejalan dengan pembangunan yang terus gencar dilakukan oleh pemerintah daerah karena banyaknya investor yang ingin membangun usaha di Kabupaten Sleman, seperti pembangunan mall, hotel, apartemen, dan pabrik. Tentunya hal tersebut membawa dampak bagi ketahanan pangan dan kondisi sosial ekonomi terutama buruh tani yang kehilangan pekerjaannya.

Desentralisasi merupakan suatu sistem yang baik karena setiap daerah dituntut untuk mandiri sehingga tidak bergantung kepada pemerintah pusat. Selain itu setiap daerah dapat berinovasi dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki.

Namun, faktanya implementasi desentralisasi di Indonesia dalam pemanfaatan potensi sumber daya belum berjalan sesuai yang diharapkan. Ambisi pemerintah daerah untuk meningkatkan pemasukan daerah masing-masing tanpa disertai dengan tanggung jawab yang mestinya dilaksanakan telah membawa dampak terhadap kerusakan lingkungan.

Perlu adanya seperti mekanisme izin yang sesuai prosedur, penegakan hukum yang tegas, transparasi dalam pemanfaataan sumber daya di daerah serta perlu melibatkan pengawasan dari masyarakat daerah sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi. (*)

***

*)Oleh: Vinda Audi Noerraissa, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail:

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Sumber: Times Indonesia

Keywords: : hutan, habitat, pertanian, transfer, keragaman

Hutan merupakan lingkungan yang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lain, berfungsi sebagai reservoir untuk reservoir CO2, habitat hewan, modulator aliran hidrologi, dan pelindung tanah dan merupakan salah satu aspek terpenting dari biosfer bumi. Sedangkan konversi fungsi lahan hutan adalah perubahan fungsi pokok hutan menjadi bukan kawasan hutan seperti pemukiman, pertanian, dan perkebunan. Masalah ini semakin parah dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya kawasan hutan yang dialihfungsikan menjadi usaha lain. Kehidupan hutan dan areal mencari makan beberapa jenis tumbuhan dan satwa sehingga alih fungsi hutan akan berdampak pada hilangnya tempat tinggal sejumlah satwa, hal ini akan menyebabkan jumlah satwa yang terlalu banyak untuk kembali ke bawah. daerah pemukiman untuk mencari makan. Studi tersebut bertujuan untuk mempengaruhi konversi fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan taktik metode dokumentasi dan wawancara dengan warga. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa alih fungsi hutan sangat mempengaruhi fauna yang terdapat di dalam hutan sehingga fauna tersebut kehilangan tempat tinggalnya sehingga fauna tersebut berpindah ke kawasan pemukiman.

Defrayno. (2015). Alih Fungsi Hutan Untuk Perkebunan Perspektif Kebijakan. Jurnal Morality, 2(2). Elfrida, Mubarak, A dan Suwardi, AB. (2020). The fruit plant species diversity in the home gardens and their contribution to the livelihood of communities in rural area. Biodiversitas 21 (8), 3670-3675 Jusmaliani. (2008). Bencana Dalam Pandangan Islam. LIPI. Jakarta. Najira, Selviyanti, E, Tobing, YB, Kasmawati, K, Sianturi, R dan Suwardi, AB. (2020). Diversitas Kultivar tanaman Durian (Durio zubethinus Murr.) Ditinjau dari Karakter Morfologi. Jurnal Biologi Tropis 20 (2), 185-193 Navia, ZI dan Chikmawati, T. (2015). Durio tanjungpurensis (Malvaceae), a new species and its one new variety from West Kalimantan, Indonesia.Bangladesh Journal of Botany 44 (3), 429-436 Navia, ZI, Suwardi, AB dan Saputri, A. (2017). Penelusuran ragam jenis tanaman buah pekarangan sebagai sumber nutrisi bagi masyarakat di Kota Langsa, Aceh. Dalam: Agustien, A., Syaifullah, Pitopang, RP, Nurainas, Ilyas, S. & Kurniawan, R.(editor) Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia Ke-4 dan Kongres Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia Ke-12. Padang. Hal 774-782 Navia, ZI, Suwardi, AB dan Saputri, A. (2019). Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Buletin Plasma Nutfah 25 (2), 133–142 Navia, ZI, Suwardi, AB, Harmawan, T, Syamsuardi, dan Mukhtar, E. (2020). The diversity and contribution of indigenous edible fruit plants to the rural community in the Gayo Highlands, Indonesia. Journal of Agriculture and Rural Development in the Tropics and Subtropics. 121(1): 89-98 Navia, ZI, Suwardi, AB, Nuraini, dan Seprianto. (2020). Ethnobotany of wild edible fruit species and their contribution to food security in the North Aceh region, Indonesia. The International Conference on ASEAN 2019, 203-210 Navia, ZI, Audira, D, Afifah, N, Turnip, K,Nuraini dan Suwardi, AB. (2020). Ethnobotanical investigation of spice and condiment plants used by the Taming tribe in Aceh, Indonesia. Biodiversitas 21 (10), 4467-4473 Noverian,W, Suwardi,AB dan Mubarak, A. (2020). Inventarisasi Jenis Buah-Buahan Lokal Sebagai Sumber Pangan Bagi Masyarakat Lokop Aceh Timur. Jurnal Jeumpa 7 (1), 319-327 Nurlinda, Payung, I, Juana, P dan Suwardi, AB. (2018). Anti-Microfilarial Activity of Rhizome Extract of Curcuma aerugenosa Roxb. (Zingiberaceae). Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 10 (8): 33-36 Oksana, M irfan, M Utiyal Huda. (2012). Pengaruh Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Sifat Kimia Tanah. Jurnal Agroteknologi, 3(1),29-34. Paramitasari, Isna Dian, 2010, Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Studi Kasus : Kawasn Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo, Skripsi. Surakarta : Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Purba, M, Marsela, A, Mustika, R, Subakti, R, Khairani, S, dan Suwardi, AB. (2020). PotensiPengembanganAgroforestriBerbasisTumbuhanBuahLokal. JurnalIlmiahPertanian 17 (1), 27-34 Rihman, M., R, Masbar. (2018). Pengaruh Alih Fungsi Lahan Kawasan Hutan Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. 3(3). 318-329. Sutrisno, IH, Akob, B, Navia, ZI, Nuraini, dan Suwardi, AB. (2020). Documentation of ritual plants used among the Aceh tribe in Peureulak, East Aceh District, Indonesia. Biodiversitas 21 (11): 4990 – 4998 Suwardi, AB, Mukhtar, E dan Syamsuardi. (2013). Komposisi jenis dan cadangan karbon di hutan tropis dataran rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Berita Biologi 12 (2), 169-176 Suwardi, AB, Mukhtar, E dan Syamsuardi. (2013). Perubahan populasi pohon dan cadangan karbon selama tiga dekade di hutan Ulu Gadut, Sumatera Barat. Biospectrum 9 (3), 157-166 Suwardi, AB, Indriaty, dan Navia, ZI. 2018. Nutritional evaluation of some wild edible tuberous plants as an alternative foods. Innovare Journal of Food Sci 6 (2), 9-12 Suwardi, AB, Navia, ZI, Harmawan,T, Syamsuardi, dan Mukhtar, E. (2019). The diversity of wild edible fruit plants and traditional knowledge in West Aceh region, Indonesia. Journal of Medicinal Plants Studies 7 (4), 285-290 Suwardi, AB, Navia, ZI, Harmawan, T, Syamsuardi, dan Mukhtar, E. (2019). Sensory Evaluation of Mangoes Grown in Aceh Tamiang District, Aceh, Indonesia. Advances in Ecological and Environmental Research 4 (3): 79-85 Suwardi, AB, Navia, ZI, Harmawan, T, Syamsuardi, dan Mukhtar, E. (2020). Ethnobotany and conservation of indigenous edible fruit plants in South Aceh, Indonesia. Biodiversitas. 21 (5): 1850-1860

Widianto, Hairiah, Suharjito, dan Sardjono. (2003). Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre (Icraf). Bogor.