c. Kedatangan Bangsa Belanda di Jayakarta (Jakarta) Jayakarta merupakan pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi markas VOC. Bagaimana proses kedatangan Belanda di Indonesia? Seorang pelaut Belanda Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ke Indonesia. Pada tahun 1595, armada de Houtman mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju ke arah timur melewati Samudra Hindia. Pada tahun 1596, armada de Houtman tiba di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda. Kedatangan Houtman di Indonesia kemudian disusul ekspedisi-ekspedisi lainnya. Dengan banyaknya pedagang Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di antara mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pada tahun 1602 didirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC/Perserikatan Maskapai Hindia Timur) yang merupakan merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang Belanda. Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both. Ia mendirikan pusat perdagangan VOC di Ambon, Maluku. Namun kemudian, pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) karena VOC memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan. Selain itu, Belanda ingin menyingkirkan saingan mereka, yaitu Portugis di Malaka. Pangeran Jayawikarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan ini membuat Belanda merasa tidak menyukai Pangeran Jayakarta. Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk memecat Pangeran Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang Inggris EIC dicabut. Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC dikabulkan raja Banten. Momentum inilah yang kemudian menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada masa berikutnya. VOC menikmati keleluasaan dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia. VOC mendirikan benteng sebagai tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi sandaran perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah selanjutnya. Pelayaran dari Eropa ke Indonesia merupakan perjalanan yang berat. Bangsa-bangsa Barat berani melakukan perjalanan karena semangat mereka untuk mencapai kejayaan dan kekayaan. Kalau mereka bisa, pasti bangsa Indonesia juga bisa. Karena itu, kalian harus selalu memiliki cita-cita yang tinggi dan semangat baja untuk mencapai keberhasilan. Ilmu Pengetahuan Sosial 203 RENUNGKAN
Course Hero uses AI to attempt to automatically extract content from documents to surface to you and others so you can study better, e.g., in search results, to enrich docs, and more. This preview shows page 11 - 14 out of 82 pages.
Kedatangan Bangsa Portugis di Maluku. Perjalanan bangsa Portugis mencari sumber rempah-rempah diawali dari kota Lisabon, Portugis. Pada tahun 1486, Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran pertama menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan pelayaran ke India, namun gagal. Portugis mencapai Malaka pada tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka dan Myanmar. Selanjutnya Portugis menjalin hubungan dagang dengan Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku di bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao. Ekspedisi Bangsa Inggris Persekutuan dagang milik Inggris diberi nama EIC (East Indian Company). Di dalamnya bergabung para pengusaha Inggris. Walaupun Inggris tiba di Kepulauan Nusantara, pengaruhnya tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda. Hal ini disebabkan EIC terdesak oleh Belanda, sehingga Inggris menyingkir ke India/Asia Selatan dan Asia Timur. Kedatangan Bangsa Belanda di Jayakarta (Jakarta) Jayakarta merupakan pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi markas VOC. Bagaimana proses kedatangan Belanda di Indonesia? Seorang pelaut Belanda Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ke Indonesia. Pada tahun 1595, armada de Houtman mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju ke arah timur melewati Samudra Hindia. Pada tahun 1596, armada de Houtman tiba di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda. Kedatangan Houtman di Indonesia kemudian disusul ekspedisi-ekspedisi lainnya. Dengan banyaknya pedagang Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di antara mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pada tahun 1602 didirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC/Perserikatan Maskapai Hindia Timur) yang merupakan merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang Belanda. Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both. Ia mendirikan pusat perdagangan VOC di Ambon, Maluku. Namun kemudian, pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) karena VOC memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan. Selain itu, Belanda ingin menyingkirkan saingan mereka, yaitu Portugis di Malaka.Pangeran Jayawikarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan ini membuat Belanda merasa tidak menyukai Pangeran Jayakarta. Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk memecat Pangeran Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang Inggris EIC dicabut. Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC dikabulkan raja Banten. Momentum inilah yang kemudian menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada masa berikutnya. VOC menikmati keleluasaan dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia. VOC mendirikan benteng sebagai tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi sandaran perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah selanjutnya. sumber: buku paket IPS kelas 8 Kurikulum 2013 Persaingan antar para pedagang barat muncul dengan semakin banyaknya pedagang Barat di Indonesia. Hal tersebut sebagai hal kurang positif bagi perkembangan para pedagang Eropa. Untuk itulah maka bangsa-bangsa Barat kemudian mendirikan persekutuan atau organisasi perdagangan. Tujuan Kongsi Dagang Belanda adalah agar tidak terjadi persaingan tidak sehat antar bangsa Barat, khususnya yang satu negara. Para pedagang Belanda kemudian mendirikan Vereenigde Oost Indische Compagnic (VOC). Bagaimana proses terbentuknya VOC ? Apa saja keistimewaan VOC ? Mari kita kaji melalui artikel di bawah ini! Terbentuknya VOC tahun 1602Persaingan tidak hanya antar pedagang Belanda, tetapi juga dengan para pedagang Eropa, dan Asia lainnya. Saingan utama Belanda adalah Portugis yang lebih dahulu menanamkan pengaruh perdagangan di Nusantara. Masalah ini dianggap merugikan kepentingan Belanda. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan dukungan pemerintah Belanda, pada tanggal 20 Maret 1602 dibentuklah Veredigde Oost-Indische Compagnie atau disingkat VOC (Persekutuan Perusahaan Dagang Hindia Timur). Ide pembentukan VOC berasal dari seorang anggota Parlemen Belanda bernama Johan van Oldebarnevelt. VOC merupakan merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang Belanda. Apa istimewanya VOC ? Beberapa keistimewaan yang diberikan kepada VOC ? Selain VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, VOC mempunyai hak monopoli dan kedaulatan. Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602 meliputi berikut ini.
Perluasan Politik Ekonomi VOCSebagai Gubernur Jendral pertama VOC adalah Pieter Both, kemudian menentukan pusat perdagangan VOC di Ambon, Maluku. Namun kemudian pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) karena VOC memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan. Selain itu, bahwa kedudukan saingan utama Belanda, Portugis di Malaka, merupakan ambisi Belanda untuk menyingkirkannya. Pangeran Jayakarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberikan ijin kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan ijin kepada VOC, Pangeran Jayakarta juga memberikan ijin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan ini membuat Belanda merasa tidak suka kepada Pangeran Jayakarta. Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk memecat Pangeran Jayakarta, dan sekaligus memohon agar ijin kantor dagang Inggris EIC dicabut. Pada tanggal 31 Mei 1619 keinginan VOC dikabulkan Raja Banten. Momentum inilah yang kemudian menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada masa berikutnya. VOC mempunyai keleluasaan dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia, sekaligus VOC mendirikan benteng sebagai tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan dimilikinya beberapa hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi sandaran perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah selanjutnya. Dalam menanamkan perluasan kekuasaan ekonomi di Indonesia, terdapat strategi yang sangat terkenal.
Pelayaran hongi adalah pelayaran menggunakan perahu bercadik dengan menggunakan senjata lengkap, untuk patroli mengawasi pohon rempah-rempah yang ditanam rakyat, dan mencegah pedagang atau masyarakat lokal berhubungan dagang dengan bangsa lain selain bangsa Belanda. Eksistensi VOC di Batavia telah berhasil merongrong kekuasaan kerajaan Banten. Campur tangan Belanda terlihat saat VOC menekan penguasa Banten Ranamenggala agar menyingkirkan Pangeran Jayakarta. Keberadaan VOC di Jayakarta merupakan ancaman serius bagi raja-raja lain khususnya di Jawa dan Nusantara. Pada masa itu terdapat kerajaan yang masih kuat, seperti Mataram di Jawa Tengah. Pada awalnya, hubungan antara Mataram dengan VOC bersifat saling menguntungkan. Walaupun dalam periode berikutnya, terjadi konflik antara Mataram dan VOC. Dari uraian diatas menunjukkan, bahwa Belanda dengan VOC-nya telah berhasil menguasai daerah Indonesia bagian barat, tengah, maupun timur. Kepulauan Indonesia telah menjadi sasaran perluasan kolonialisme dan imperialisme. |