Organisasi sosial politik yang menjalankan taktik kooperatif adalah

Klasifikasi Organisasi Pergerakan Nasional dibagi dalam beberapa periode, diantara pembagian tersebut adalah berdasarkan sifat dan karakter organisasi tersebut.

No Organisasi Moderat Kooperatif Non-kooperatif Radikal
1 Budi utomo V
2 Sarekat islam V
3 Muhammadiyah V V
4 Indische Partij V
6 Perhimpunan Indonesia (PI) V
7 Partai Komunis Indonesia (PKI) V
8 Partai Nasional Indonesia (PNI) V V
9 Partai Nasional Indonesia Pendidikan (PNI Baru) V
10 Partai Indonesia Raya (Parindra) V V
11 Gabungan Politik Indoneisa (GAPI) V
12 Partai Indonesia (Parindro) V
13 Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) V

A.  Pengklasifikasian Organisasi Pergerakan Nasional

  • Kooperatif
  • Memiliki tujuan untuk memajukan pengajaran dan kebudayaan. Meliputi bidang-bidang seperti pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, dan kebudayaan
  • Merupakan organisasi pelajar dengan pelajar-pelajar STOVIA sebagai penggeraknya
  • Merupakan gerakan sosial-budaya
  • Kooperatif
  • Gerakan nasionalis, demokratis, dan ekonomis serta beralaskan Islam dengan haluan kooperatif
  • Didirikan dengan dasar agama islam dan dasar ekonomi.
  • Dasar ekonomi : menghimpun dan memperkuat kemampuan pedagang islam agar dapat bersaing dengan pedagang asing
  • Sarekat Islam bukan merupakan partai politik dan tidak bermaksud melawan pemerintah Belanda (Kongres pertama di Surabaya, 1913)
  • Sifatnya kooperatif dan nonpolitik
  • Bergerak di bidang keagamaan, pendidikan dan sosial
  • Memiliki tujuan memajukan pendidikan dan pengajaran berdasar agama islam, mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut islam
  • Mendirkan sekolah berdasarkan agama islam, mendirikan poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, masjid, dan sebagainya
  • Menyelenggarakan kegiatan agama
  • Non-kooperatif
  • Terang-terangan mengkritik keras pemerintahan Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia
  • Memiliki semboyan “Indonesia bebas dari Belanda” dan “Hindia untuk orang Hindia”
  • Paham kebangsaan Nasionalisme Hindia
  • Ki Hajar Dewantara menulis “Als Ik eens Nederlander was” (seandainya saya orang belanda) berisi sindiran ketidakadilan di tanah jajahan
  1. Perhimpunan Indonesia (PI)
  • Radikal
  • Mulanya bernama Indische Vereeniging ( Perhimpunan Hindia)
  • Awalnya bertujuan memperjuangkan kepentingan orang Indonesia yang ada di Belanda
  • Awalnya bergerak di bidang sosial-budaya
  • Setelah Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat bergabung (1913) mulai memikirkan masa depan Indonesia
  • Mengubah nama menjadi Indonesiche Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) tahun 1922
  • Sifat dari kooperatif menjadi non-kooperatif, dari moderat menjadi radikal
  • 3 visi : Indonesia ingin menentukan nasibnya sendiri, bangsa Indonesia mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, Bangsa Indonesia harus bersatu untuk melawan penjajah. Ini menunjukkan sikap radikal
  • Menggalakkan propaganda secara terencana
  • Menganjurkan agar semua organisasi pergerakan nasional menjadikan konsep indonesia yang merdeka sebagai program utamanya
  • Meminta dukungan bagi kemerdekaan Indonesia ke organisasi internasional
  • Anggota-anggota bersikap militan sehingga sempat dicurigai oleh Belanda
  1. Partai Komunis Indoneisa (PKI)
  • Radikal
  • Awalnya bernama Perserikatan Komunis Hindia
  • Berganti menjadi Partai Komunis Hindia (23 Mei 1923) kemudian Partai Komunis Indonesia (1924)
  • Ideologi komunis
  • Gerakan-gerakan radikal
  • Pemogokan di berbagai tempat di Jawa
  • Pemberontakan di Jawa, Sumatera Barat
  • Aksi-aksi militan dan revolusioner
  1. Partai Nasional Indonesia (PNI)
  • Wadah nasionalis memperjuangkan negara Indonesia untuk merdeka
  • 3 asas : self-help, non-kooperatif, dan marhaenisme
  • Tidak ikut dalam dewan-dewan yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda (non-kooperatif)
  • Menyelenggarakn kursus, mendirikan sekolah, bank
  • Mengadakan rapat-rapat, menerbitkan surat kabar
  1. Partai Indonesia (Partindo)
  • Radikal
  • Lanjutan dari PNI
  • Bertujuan mencapai Indonesia Merdeka
  • Kemerdekaan dapat dicapai jika semua komponen bersatu
  • Prinsip demokrasi dan menentukan nasib sendiri
  • Bersikap non kooperatif terhadap kolonial Belanda
  • Radikal
  • Berhaluan nasionalis dan demokrasi
  • Menekankan keoada pendidikan politik dan kesadaran berbangsa
  • Gencar menyebarkan ide-ide perjuangan melalui surat kabar “Daulat Rakyat”
  • Menyebarkan pamvlet-pamvlet berisi tulisan Moh Hatta ynag berjudul “Ke Arah Indonesia Merdeka”
  • Menerima tindakan represif dari Belanda
  • Moderat
  • Fokus pada bidang Pendidikan
  • Tidak bersifat politik
  1. Partai Indonesia Raya (parindra)
  • Moderat dan kooperatif
  • Membantu memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi dengan basis ekonomi kerakyatan
  • Mendirikan banyak rukun tani dan rukun pelayaran
  • Aktif dalam berbagai usaha perbaikan dalam bidang pengangguran, perburuhan, dan peradilan
  1. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
  • Moderat
  • Bersifat federasi
  • Menganut tiga asa perjuangan GAPI
  • Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia yang bertujuan melanjutkan gerakan “Indoneisa Berparlemen” dan menyadarkan rakyat akan pentingnya membentuk tata negara yang demokratis
  • Agustus 1940, GAPI mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indoneisa
  • Komisi Visman bertugas mengumpulkan bahan-bahan yang menjadi keinginan dari Indonesia
  1. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
  • Moderat dan kooperatif
  • Bertujuan mencapai Indonesia merdeka dengan asas-asas yang kooperasi
  • Menuntut adanya parlemen yang bertanggung jawab kepada rakyat
  • Dibentuk Penuntun Ekonomi Rakyat Indonesia (PERI) di bidang ekonomi bertujuan mengumpulkan modal dengan kekuatan buruh dan tani berdasar atas asas nasional-demokrasi-kooperasi
  • Memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban dalam masyarakat

Organisasi sosial politik yang menjalankan taktik kooperatif adalah

Organisasi sosial politik yang menjalankan taktik kooperatif adalah
Lihat Foto

geheugenvannederland.nl/Wikipedia

Maria Duchateau saat tiba di Bandara Schipol, Belanda (kiri) dan Sutan Sjahrir (kanan).

KOMPAS.com - Pada masa pendudukan Jepang, terdapat beberapa strategi atau taktik yang digunakan oleh Indonesia dalam melawan penjajah.

Salah satu taktik yang digunakan bernama taktik non kooperatif.

Tokoh-tokoh yang melakukan taktik non kooperatif adalah:

  • Sukarni
  • Chaerul Saleh
  • Adam Malik
  • Armunanto
  • A.A. Maramis
  • Achmad Subardjo

Baca juga: Iswahyudi: Pendidikan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya

Taktik Non Kooperatif

Perjuangan nonkooperatif adalah perjuangan yang bersifat radikal, di mana terdapat pejuang nasionalis yang tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah penjajah.

Cara yang digunakan dalam taktik nonkooperatif adalah mempelajari apa yang ada di dalam Jepang guna untuk melawan Jepang itu sendiri.

Hal ini mereka lakukan lantaran Jepang dianggap tidak memiliki rasa kemanusiaan untuk rakyat Indonesia, sehingga menimbulkan amarah yang berujung perlawanan. 

Baca juga: Sardjito: Pendidikan, Kiprah, dan Perjuangannya

Gerakan Bawah Tanah

Selain taktik non kooperatif, para pemimpin nasionalis Indonesia yang menolak bekerja sama dengan Jepang juga melakukan gerakan perlawanan.

Gerakan ini disebut sebagai Gerakan Bawah Tanah.

Gerakan bawah tanah adalah gerakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh rakyat Indonesia karena ketatnya pemerintahan Jepang saat itu. 

Gerakan tersebut dipelopori oleh Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin.