Pancasila mengandung dimensi realitas artinya

Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung dimensi realita artinya:

  1. tumbuhnya nilai – nilai yang ada berhubungan dengan masyarakat sekitar.
  2. nilai – nilai yang bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
  3. sejumlah ide dan gagasan yang ada bersumber dari masyarakat sekitar.
  4. semua nilai – nilai yang diyakini benar bersumber dari nilai – nilai riil masyarakat.

Jawabannya adalah d. semua nilai – nilai yang diyakini benar bersumber dari nilai – nilai riil masyarakat.

Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung dimensi realita artinya semua nilai – nilai yang diyakini benar bersumber dari nilai – nilai riil masyarakat.

Penjelasan dan Pembahasan

Jawaban a. tumbuhnya nilai – nilai yang ada berhubungan dengan masyarakat sekitar menurut saya ini salah, karena sudah menyimpang jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban b. nilai – nilai yang bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya menurut saya ini juga salah, karena setelah saya cek di situs ruangguru ternyata lebih tepat untuk jawaban pertanyaan lain.

Jawaban c. sejumlah ide dan gagasan yang ada bersumber dari masyarakat sekitar menurut saya ini malah 100% salah, karena tadi saat coba cari buku catatan, jawaban ini cocok untuk pertanyaan lain.

Jawaban d. semua nilai – nilai yang diyakini benar bersumber dari nilai – nilai riil masyarakat menurut saya ini yang benar, karena sudah tertulis dengan jelas pada buku dan catatan rangkuman pelajaran.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa kita simpulkan bahwa pilihan jawaban yang paling benar adalah d. semua nilai – nilai yang diyakini benar bersumber dari nilai – nilai riil masyarakat..

Jika masih ada pertanyaan lain, dan masih bingung untuk memilih jawabannya. Bisa tulis saja dikolom komentar. Nanti saya bantu memberikan jawaban yang benar.

Lihat juga kunci jawaban pertanyaan berikut:

Avisena Ashari Senin, 14 Desember 2020 | 08:15 WIB

Pancasila mengandung dimensi realitas artinya

Penjelasan lengkap makna Pancasila sebagai ideologi terbuka dan dimensi Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Youtube Majalah Bobo)

Bobo.id - Pernahkah teman-teman mendengar tentang Pancasila sebagai ideologi terbuka?

Apa makna dari Pancasila sebagai ideologi terbuka itu, ya?

Kita cari tahu apa itu ideologi terbuka dan mengapa Pancasila disebut sebagai ideologi terbuka, yuk!

Pengertian Ideologi Terbuka

Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai ideologi terbuka, kita perlu mengetahui dulu apa itu ideologi terbuka.

Bersumber dari Kompas.com, kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “idea” yang artinya gagasan atau cita-cita dan “logos” yang artinya ilmu.

Sehingga ideologi bisa diartikan sebagai gagasan atau cita-cita yang berdasarkan pada ilmu.

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.

Lalu, apa itu ideologi terbuka?

Nah, ideologi terbuka merupakan pandangan hidup yang sifatnya tidak kaku dan bisa berkembang.

Baca Juga: Makna 5 Lambang Pancasila, Penjelasan Lengkap Arti Lambang Pancasila dari Sila 1 sampai 5

Ilustrasi Pancasila, Foto: Dok. Kumparan

Pancasila sebagai ideologi terbuka merupakan istilah yang tak jarang diperdengarkan ketika kita membahas tentang ideologi negara Indonesia. Ideologi terbuka sendiri dimaknai sebagai ideology yang bisa mengikuti perkembangan zaman dan dapat menyesuaikan.

Ideologi ini dilakukan dengan sistem demokratis dan biasanya hanya berisi perundangan dasar yang pengembangannya disesuaikan dengan nilai dan norma di masyarakat. Lantas apa maksud dari Pancasila sebagai ideologi terbuka?

Makna Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Sebelum membahas lebih dalam terkait dimensi apa saja yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka, perlu diketahui terlebih dahulu apa makna dibalik istilah tersebut. Pancasila sebagai ideology terbuka memiliki arti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat fleksibel yang tidak perlu diubah seiring berkembangnya zaman. Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila dapat dikembangkan sesuai perkembangan kehidupan bangsa dan juga perkembangan zaman.

Dimensi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila memiliki tiga dimensi secara struktural yang terdiri dari dimensi realitas, dimensi idealisme dan juga dimensi pendukung. Berikut adalah penjelasan dari ketiga dimensi tersebut:

Yang dimaksud sebagai dimensi realitas pada Pancasila sebagai ideology terbuka adalah nilai mendasar yang mencerminkan realita kehidupan masyarakat. Dalam hal ini kemampuan ideology menyesuaikan untuk menyesuaikan nilai-nilai hidup dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

Dimensi idealisme memiliki arti bahwa Pancasila sebagai suatu ideology yang ada dalam nilai dasar harus mampu memberikan harapan serta cita-cita pada masyarakat demi sebuah kehidupan yang lebih baik.

Pada dimensi ini, Pancasila diharap bisa mencerminkan serta menggambarkan kemampuan suatu ideology untuk memengaruhi dan menyesuaikan dengan perkembangan yang ada di masyarakat Indonesia.

Nah, itulah sedikit ulasan mengenai dimensi yang terkandung dalam istilah Pancasila sebagai ideology terbuka. Sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya jika kamu mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Semoga bermanfaat! (RDY)

tirto.id - Pancasila merupakan ideologi, atau pandangan hidup, bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara RI, Pancasila juga bisa menjadi ideologi terbuka.

Adapun makna Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah bahwa ia selalu dapat digunakan dalam berbagai waktu dan generasi tanpa menghilangkan nilai-nilai dasarnya.

Merujuk penjelasan Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI, Prof. Reni Mayerni, sebagai ideologi yang terbuka, Pancasila terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.

Ideologi terbuka bermakna bahwa sebuah ideologi secara intenal memiliki sifat dinamis dan dapat berinteraksi dengan zaman yang berkembang. Sebaliknya, ideologi tertutup berarti suatu ideologi yang menentukan beragam tujuan dan norma politik-sosial tidak bisa dipersoalkan lagi, sehingga harus diterima sebagai barang jadi, demikian mengutip modul PKN terbitan Kemdikbud (2016).

Dalam artikel "Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi" terbitan Jurnal Office (Vol. 2, No. 2, 2016), A. Aco Agus menulis bahwa Pancasila menjadi ideologi yang terbuka karena ia tidak kaku, dinamis, serta reformatif. Sifat Pancasila ini membuat ideologi tersebut bisa hidup di berbagai zaman dan relevan untuk merespons dinamika perubahan masyarakat.

Ideologi terbuka mempunyai ciri khas, yakni nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, tetapi digali dan diambil dari kekayaan moral dan budaya masyarakat yang melahirkannya. Dengan demikian, ideologi terbuka tidak hanya layak dibenarkan melainkan juga dibutuhkan mengingat ia merupakan konsensus yang tumbuh dari masyarakat.

Baca juga: Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Lama Soekarno 1959-1966

Sementara Kaelan, dalam buku Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filsofis, Yuridis dan Aktualisasinya (2013) menjelaskan tiga nilai dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Pertama adalah nilai dasar yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima hal itu merupakan pedoman fundamental yang bersifat universal, mengandung cita-cita negara, dan mengusung tujuan yang baik dan benar.

Kedua, nilai instrumental yang mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga yang melaksanakannya. Aspek kedua ini berupa pengembangan 5 dasar yang berfungsi menyesuaikan nilai-nilai pokok Pancasila dengan upaya penyelesaian masalah kebangsaan.

Nilai instrumental adalah nilai-nilai Pancasila yang diperluas dalam bentuk peraturan perundangan dan lembaganya. Sebagai contoh dari penjabaran nilai instrumental seperti UUD, Ketetapan MPR, UU, dan peraturan perundang-undangan lainnya. Sila-sila Pancasila dijelaskan secara luas dalam pasal-pasal UUD 1945.

Ketiga adalah nilai praksis yang meliputi realisasi dari instrumental yang sifatnya nyata dan dapat digunakan untuk kehidupan bernegara. Dengan implementasi nilai terakhir tersebut, Pancasila bisa berkembang dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia di berbagai zaman.

Dikutip dari buku PKN terbitan Kemdikbud (2018:16-17), nilai praksis merupakan pelaksanaan dari nilai-nilai instrumental di masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam pelaksanaan nilai praksis, sering muncul perkembangan dan perubahan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat kerap memberikan tanggapan dan aspirasi mengenai nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut merupakan sifat ideologi dari Pancasila yang terbuka.

Baca juga: Mengenal Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila dalam Berbagai Kehidupan

3 Dimensi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila berperan penting sebagai penentu arah dan pedoman untuk bangsa Indonesia mencapai tujuan yang luhur. Selain itu, Pancasila dapat juga berfungsi untuk menstabilkan keamanan negara yang memayungi masyarakat beragam sehingga tercipta bangsa yang bersatu dan berpadu.

Dikutip dari laman djkn kemenkeu, Presiden RI pertama Soekarno menjelaskan bahwa Pancasila dapat disebut sebagai philosopiche grondslag (pandangan hidup bangsa), dan mengandung dua fungsi sebagai berikut:

  • Pancasila sebagai pedoman serta petunjuk dalam menjalankan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa.
  • Pancasila sebagai dasar negara dalam berbagai bidang yang menyangkut ketatanegaraan seperti hukum, politik, ekonomi, dan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, penting menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Pancasila dapat menjadi ideologi terbuka karena lantaran berakar kepada pandangan dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Hal tersebut secara lebih luas diartikan bahwa Pancasila dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.

Dasar-dasar dalam Pancasila tidak akan berubah. Perubahan hanya akan terjadi pada pelaksanaan sesuai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi setiap waktu.

Kembali mengutip modul PKN terbitan Kemdikbud, untuk menjadi ideologi terbuka Pancasilan pun perlu memiliki 3 dimensi. 3 dimensi Pancasila sebagai ideologi terbuka itu adalah Dimensi Realitas, Dimensi Idealisme, dan Dimensi Fleksibilitas.

Secara ringkas, Dimensi Realitas berarti nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi Pancasila secara nyata berakar dari masyarakat sekaligus hidup dalam masyarakat.

Sementara maksud dari Dimensi Idealisme adalah bahwa ideologi Pancasila memberikan harapan berupa masa depan yang lebih baik.

Kemudian, Dimensi Fleksibilitas atau dimensi pengembangan, bermakna bahwa ideologi Pancasila memiliki keluwesan yang memungkinkan ia berkembang dari segi pemikiran.

Baca juga: Contoh Pengamalan Pancasila Lengkap Sila 1-5 di Lingkungan Keluarga

Adapun jika mengutip penjelasan A. Aco Agus dalam artikel "Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi" di Jurnal Office (2016), ada rumusan istilah yang sedikit berbeda terkait 3 dimensi Pancasila sebagai ideologi terbuka. Sebagai ideologi yang terbuka.

Ketiganya adalah Dimensi Idealistis, Dimensi Normatif, dan Dimensi Realistis. Penjelasan tentang 3 dimensi yang dimiliki Pancasila sebagai ideologi terbuka itu adalah sebagai berikut:

1. Dimensi Idealistis: nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh, memuat memuat idealisme yang memberi harapan, optimisme, sekaligus bisa menggugah bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita kebangsaan.

2. Dimensi Normatif: nilai-nilai dasar Pancasila perlu dijabarkan menjadi sistem norma yang jelas agar dapat diimplementasikan dalam langkah operasional. Penjabaran ini seperti yang terkandung dalam norma-norma kenegaraan (UUD 1945 yang jadi sumber hukum).

3. Dimensi Realistis: ideologi Pancasila harus mencerminkan realitas yang hidup, berkembang dan dialami masyarakat. Oleh sebab itu Pancasila perlu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun berbangsa dan bernegara. Dengan begitu, dasar negara tersebut tidak menjadi ideologi utopia yang memuat ide-ide tidak membumi.

Baca juga artikel terkait PANCASILA atau tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/add)


Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

Subscribe for updates Unsubscribe from updates