Pembahasan isi buku akan lebih mudah dipahami apabila disajikan ke dalam

Pembahasan isi buku akan lebih mudah dipahami apabila disajikan ke dalam

Setelah  mempelajari  materi  ini, diharapkan  mampu membuat  peta konsep dari isi buku Fiksi/Nonfiksi yang dibaca.

Kita awali dengan manfaat membuat catatan tentang isi buku.

Catatan  tentang  isi  buku  atau  bacaan  itu sangat penting.  Ada suatu peribahasa yang mengatakan bahwa “Ilmu itu liar, maka ikatlah dengan mencatatnya.”  Mencatat merupakan salah cara manusia meningkatkan efektivitasnya dalam mempelajari sesuatu. Cara ini dilakukan untuk menutupi kelemahan keterbatasan daya ingat.

Mencatat informasi dari sebuah sumber atau bacaan itu banyak sekali manfaatnya, di antaranya:  (1) sebagai dokumen yang mungkin suatu saat diperlukan, (2) sebagai informasi yang membantu meningkatkan kemampuan belajar anda, (3) untuk memudahkan mengingat kembali, (4) sebagai bahan kutipan dalam mengerjakan tugas dan makalah, dan (5) bahan untuk diskusi dengan teman yang membantu anda mengemukakan ide dan gagasan dengan bahasa anda.

Ini merupakan suatu tantangan terbesar dalam mengelola informasi yang sedemikian banyak? Kita pasti setuju bahwa, kemampuan mengelola informasi akan lebih penting daripada informasi atau pengetahuan itu sendiri, karena informasi dan pengetahuan akan terus berkembang sedangkan kemampuan untuk mengelola informasi, begitu kita menguasainya, akan tetap melekat pada kita sampai akhir nanti. Salah satu teknik paling dasar untuk mengelola informasi adalah kemampuan untuk mencatat dengan efektif.

Sekarang kita sadar, bahwa mencatat telah terbukti banyak manfaatnya. Apalagi kalau kita  bermaksud membahas kembali isi bacaan itu. Kita perlu melakukan persiapan, di antaranya berupa catatan tentang pokok-pokok isi buku yang akan didiskusikan. Catatan yang kita buat akan lebih mudah dibahas kembali apabila disajikan dalam bentuk peta konsep.

Peta Konsep Isi Buku

Isi  buku  pada  umumnya  terdiri  atas  beberapa  bab dan di dalam  setiap  bab  terbagi  pula  ke  dalam  beberapa sub bab.  Pada setiap sub-babnya juga  kembali dirinci ke dalam beberapa bagian lagi. Pembahasan isi buku seperti itu akan lebih mudah apabila disajikan ke dalam  suatu  pemetaan  yang  sering  disebut  dengan  peta konsep.

Berikut contoh-contoh penyajiannya.

Isi Buku Apresiasi Sastra

Bab 1

Bab 2

Bab 3

Bab 4

Bab 5

Pendahuluan

1. Pengertian kesusastraan

2. Manfaat karya sastra

3. Jenis-jenis karya sastra

Puisi

1. Pengertian puisi

2. Karakteristik puisi

3. Jenis-jenis puisi

4. Cara menulis puisi

Prosa

1. Pengertian prosa

2. Karakteristik prosa

3. Jenis-jenis prosa

4. Cara menulis prosa

Drama

1. Pengertian drama

2. Karakteristik drama

3. Jenis-jenis drama

4. Cara mementaskan

Penutup

Dengan pemetaan seperti itu, isi keseluruhan buku itu bisa tergambarkan dengan jelas; begitu pun dengan susunan dan perinciannya.

Isi setiap bab dalam sebuah buku dapat lebih diperjelas dengan peta konsep seperti di atas. Satu bab disajikan dalam satu bagan sehingga sistematikanya bisa lebih terperinci. Hubungan antarbagiannya pun akan lebih mudah dipahami.

Peta konsep menempatkan gagasan yang paling umum pada posisi paling atas, kemudian diikuti oleh gagasan-gasasan yang lebih kecil ke bawahnya secara hirarkis.

Akan tetapi, untuk buku-buku cerita semacam novel ataupun buku kumpulan cerpen/dongeng,  akan  lebih  mudah  dipahami  apabila disajikan dalam bentuk bagan alur. Dengan begitu  rangkaian  cerita  yang  ada  pada  buku  itu  akan  lebih  jelas dan mudah terpahami.

  • Pengenalan Cerita
  • Penanggalan Peristiwa
  • Terjadinya Konflik
  • Penyelesaian Konflik
  • Penutup

Pada  setiap  bagiannya  itu,  kemudian  diisi  dengan  catatan-catatan  ringkas.  Misalnya,  pada  bagian  pengenalan:  1)  apa  yang  disampaikan  pengarangnya,  2) gambaran tentang tokoh siapa, dan 3) di mana cerita itu bermula.

Pada bagian pengenalan peristiwa, perlu dicatat tentang latar belakang masalah yang  dihadapi  tokoh  utamanya.  Pada  bagian  konflik,  diceritakan  masalah  yang  dialami tokoh utama, penyebab, dan reaksi yang dilakukan tokoh tersebut.

Bagaimana cara mencatat hal-hal atau informasi yang penting? Selama ini mungkin kita termasuk orang yang tidak mau repot membuat catatan. Kalau pun mencatat, mungkin hanya alakadarnya di dalam buku bacaan tersebut, memberi tanda khusus, menggarisbawahi atau menstabilo. Namun, semua itu membuat buku menjadi tidak bersih. Juga tidak semua buku dapat dicoret karena bukan milik sendiri.

Ada cara yang aman untuk membuat catatan misalnya dengan membuat kartu catatan berukuran kecil. Segala hal yang ingin dicatat, akan ditulis pada lembaran kartu tersebut. Walaupun catatan dengan kartu mudah tercecer, namun hal itu dapat diatasi dengan menyediakan map atau kotak penyimpanan khusus sesuai dengan kategori.

Dan justru membuat catatan dengan kartu tersebut akan mudah diatur berdasarkan kepentingan kita, mudah dibuat variasi warna kartu, dan mudah dibawa saat diperlukan.

BACA JUGA : Materi Bahasa Indonesia K-13 Berliterasi

Kegiatan 9.4

  • Bentuklah kelompok. Bacalah sekurang-kurangnya sebuah buku fiksi dan nonfiksi!
  • Catatlah setiap  bagian  penting  dari  setiap  buku  tersebut  dalam  bentuk peta konsep.
  • Catat pula identitas buku itu secara jelas, seperti judul, penulis/ pengarang, penerbit, dan ketebalannya.
  • Secara bergiliran   dengan   kelompok   lain,   presentasikan   peta   konsep yang  telah  dibuat    Sebaiknya,  anda  menggunakan  media  presentasi, seperti LCD.
  • Mintalah kelompok lain untuk memberikan komentar berdasarkan aspek-aspek seperti : kejelasan, kelengkapan, dan keruntunan sistematikanya.

Aspek

Isi Komentar

a. Kejelasan

b. Kelengkapan

c. Keruntunan

Materi tersebut merupakan rumusan materi RPP Kelas VIII KD 4.17. Semoga ada manfaatnya.

Salam literasi.

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs. Kelas VIII Edisi Revisi 2017.

Pembahasan isi buku akan lebih mudah dipahami apabila disajikan ke dalam

Isi buku pada umumnya terdiri atas beberapa bab dan di dalam setiap bab terbagi pula ke dalam beberapa sub bab. Pada setiap sub-babnya juga kembali dirinci ke dalam beberapa bagian lagi. Pembahasan isi buku seperti itu akan lebih mudah apabila disajikan ke dalam suatu pemetaan yang sering disebut dengan peta konsep.


Catatan tentang isi buku atau bacaan banyak sekali manfaatnya. Apalagi kalau kamu bermaksud membahas kembali isi bacaan itu. Kamu perlu melakukan persiapan, diantaranya berupa catatan tentang pokok-pokok isi buku yang akan didiskusikan. Catatan yang kamu buat akan lebih mudah dibahas kembali apabila disajikan dalam bentuk peta konsep.

Pengertian Peta Konsep“Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubu-ngan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Pro-posisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik” (Dahar, 1989:122).  Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubung-kan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Dalam peta konsep dapat diamati bagaimana konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain. Menurut Ausubel (1968) dalam Dahar (1989:123) belajar bermakna lebih mudah berlangsung apabila konsep baru yang lebih khusus dikaitkan dengan kon-sep lama yang lebih umum yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.Dalam peta konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain. Konsep yang paling inklusif (konsep fokus atau konsep utama) terletak di puncak dan memberikan identitas peta konsep yang bersangkutan. Makin ke bawah konsep-konsep menjadi lebih khusus. Ada kalanya konsep-konsep yang sama, oleh orang lain menghasilkan peta konsep yang berbeda, sebab untuk orang itu kaitan konsep yang demikinlah yang bermakna. Setiap peta konsep memperli-hatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Di si-nilah kita lihat perbedaan-perbedaan individual yang ada pada mahasiswa. De-ngan kata lain hubungan antara konsep-konsep bagi seseorang itu adalah idiosin-kratik. Ini berarti bahwa kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap orang (Dahar. RW:1989), sehingga peta konsep yang dibuat oleh masing- masing orang akan berbeda.

Fungsi Peta Konsep

Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan. Menurut Dahar (1989:129) menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya, fungsi peta konsep ada empat.


1. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.


Sebelumnya telah diketahui bahwa belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki.Untuk memperlancar proses ini, baik dosen dan mahasiswa perlu mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki mahasiswa ketika pelajaran baru akan dimulai, sedangkan maha-siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki.dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep dosen dapat melaksankan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan demikian mahasiswa diharapkan akan mengalami belajar ber-makna. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dosen untuk maksud ini ialah dengan memilih satu konsep utama dari pokok bahasan yang akan dibahas, kemu-dian menyuruh mahasiswa untuk menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep-konsep itu hingga mambentuk proposisi yang ber-makna. Dari peta konsep-peta konsep yang dihasilkan oleh mahasiswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.


2. Mempelajari Cara Belajar


Bila seseorang dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran , ia tidak akan begitu saja memahami apa yang dibacanya.Dengan diminta untuk menyusun peta konsep dari isi bab itu , ia akan berusaha untuk mengeluarkan konsep-konsep dari apa yang dibacanya, meletakkan konsep yang paling inklusif pada puncak pe-ta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan konsep-konsep yang lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif, demikian seterusnya.


3. Mengungkapkan konsepsi salah


Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkn di atas, peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada  mahasis-wa. Konsep salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.


4. Alat Evaluasi


Penerapan peta konsep dalam pendidikan yang terakhir dibahas adalah peta konsep sebagai alat evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang digunakan guru adalah tes obyektif atau tes esai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus me-megang peranan dalam dunia pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipi-kirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapi selama ini.


Menurut Susilo dalam Parno (2007:8) fungsi peta konsep dalam pembel-ajaran adalah

  1. merencanakan kuliah,
  2. merencanakan dan evaluasi kurikulum,
  3. mengembangkan pembelajaran dengan bertitik tolak pada identifikasi miskon-sepsi mahasiswa dari peta konsep,
  4. mendiskusikan peta konsep dalam kelas,
  5. peta konsep yang menghubungkan teori dasar dan prosedur eksperimen dalam praktikum mahasiswa,
  6. mempelajari buku teks,
  7. meminta mahasiswa mem-buat peta konsep dari soal tes, dan
  8. menganalisis miskonsepsi mahasiswa.

Dalam penelitian ini peta konsep yang dibuat oleh mahasiswa bersumber pada pengetahuannya tentang materi fisika sekolah yang sudah didapatkannya dari matakuliah yang ditempuhnya selama empat semester sebelumnya. Peta konsep yang telah dibuat oleh mahasiswa digunakan untuk menemukan miskonsepsi ten-tang dasar-dasar fisika sekolah. Selanjutnya sejumlah miskonsepsi tersebut akan diperbaiki dengan pembelajaran pemecahan masalah dalam matakuliah KSFS.

Cara Membuat Peta Konsep

“Dalam membuat peta konsep ada enam langkah yang harus diikuti“ (Da-har, 1989:126). Keenam langkah tersebut adalah

  1. menentukan bahan bacaan,
  2. menentukan konsep-konsep yang relevan,
  3. mengurutkan konsep-konsep itu, mulai dari yang paling inklusif sampai yang paling tidak inklusif atau contoh- contoh,
  4. menyusun konsep- konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif
  5. menghu-bungkan konsep yang berkaitan dengan garis-garis penghubung dan memberi kata penghubung pada setiap garis penghubung itu, dan
  6. mengembangkan peta kon-sep tersebut, misalnya dengan menambahkan dua atau lebih konsep yang baru ke setiap konsep yang sudah ada dalam peta konsep.


Keunggulan Peta Konsep

Novak dan Gowin (dalam Haris, 2005:18) mengemukakan kelebihan peta konsep bagi guru dan siswa. Kelebihan peta konsep bagi guru adalah sebagai berikut.

  • Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pe-ngalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan
  • Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pel-ajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah me-lihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan
  • Pemetaan konsep menolong guru memilh aturan pengajaran berdasar-kan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pe-lajaran yang disajikan dalam urutan yang acak
  • Peta konsep membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.

Kelebihan Peta Konsep

Sedangkan kelebihan peta konsep bagi siswa adalah sebagai berikut.

  • Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan pro-ses belajar yang bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman sis-wa dan daya ingat belajarnya,
  • Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, yang pada gilirannya akan menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pa-da siswa
  • Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan belajar
    Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep- konsep dan mengenali miskonsepsi.


Kelemahan Peta Konsep

Beberapa kelemahan atau hambatan yang mungkin dialami mahasiswa da-lam menyusun peta konsep antara lain:

  • Perlunya waktu yang cukup lama un-tuk menyusun peta konsep, sedangkan waktu yang tersedia terbatas,
  • Sulit me-nentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang dipelajari,
  • Sulit me-nentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsp yang lain (Haris, 2005:20).

Jadi hambatan yang kemungkinan dialami mahasiswa akan dapat diatasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Mahasiswa diminta untuk membu-at peta konsep di rumah dan pada pertemuan selanjutnya dibahas di kelas,
  • Mahasiswa diharapkan dapat membaca kembali materi dan memahaminya, agar da-pat mengenali konsep-konsep yang ada dalam bacaan sehingga dapat mengaitkan konsep-konsep tersebut dalam peta konsep (Haris, 2005:21).


Teknik Membaca untuk Menemukan Isi Pokok BukuPemahaman tentang isi suatu buku secara keseluruhan dapat terus ditingkatkan dengan latihan membaca cepat. Teknik membaca cepat dilakukan dengan gerakan mata yang menyapu halaman demi halaman suatu buku dengan kecepatan tinggi. Membaca cepat dilakukan dengan berbagai teknik. Salah satu di antaranya teknik fiksasi.

Berikut langkah-langkah membaca dengan teknik fiksasi.

  • Sediakan kertas yang diberi gambar berupa titik.
  • Gerakan tatapan mata dengan mengikuti titik-titik hitam itu secara cepat.
  • Ulangi latihan itu berkali-kali dengan titik-titik hitam yang semakin dijarankan.

Terapkanlah latihan itu terhadap bahan bacaan yang sesungguhnya. Bacalah halaman demi halaman bacaan itu secara cepat. Tidak setiap kata kamu baca, tetapi baris atau kata tertentu saja. Misalnya, pada baris pertama saja, baris terakhir saja, atau bagian-bagian lain yang kamu anggap penting dalam halaman itu.

Proses membaca cepat dapat dilakukan dalam berbagai teknik. Pemilihan teknik membaca bergantung pada jenis bacaannya. Bentuk zig-zag digunakan untuk teks yang sulit, bentuk spiral untuk teks yang agak sulit, dan bentuk diagonal ataupun vertikal untuk teks yang mudah, misalnya kamus ataupun surat kabar.

Contoh - Contoh Penyajian Peta Konsep

Berikut contoh-contoh penyajiaanya.Isi Buku Apresiasi SastraBab 1Pendahuluan1. Pengertian kesusastraan2. Menfaat karya sastra3. Jenis-jenis karya sastraBab 2Puisi1. Pengertian puisi2. Karateristik puisi3. Jenis-jenis puisi4. Cara menulis puisiBab 3Prosa1. Pengertian prosa2. Karateristik prosa3. Jenis-jenis prosa4. Cara menulis prosaBab 4Drama1. Pengertian drama2. Karateristik drama3. Jenis-jenis drama4. Cara mementaskanBab 5 PenutupDengan pemetaan seperti itu, isi keseluruhan buku itu bisa tergambarkan dengan jelas; begitu pun dengan susunan dan rinciannya.Peta konsep terhadap isi buku dapat pula disajikan sebagai berikut.Apresiasi Sastra1. PendahuluanPengertian sastraManfaat karya sastraJenis-jenis karya sastraIsi setiap bab dalam sebuah buku dapat lebih diperjelas dengan peta konsep seperti di atas. Satu bab disajikan dalam suatu bagan sehingga sistematikanya bisa lebih terperinci. Hubungan antar bagiannya pun akan lebih mudah dipahami.Akan tetapi, untuk buku-buku cerita semacam novel ataupun buku kumpulan cerpen/dongeng, akan lebih mudah dipahami apabila disajikan dalam bentuk bagan alur. Dengan begitu rangkaian cerita yang ada pada buku itu akan lebih jelas dan mudah terpahami.

Misalnya ;

  • Pengenalan
  • Penanggalan peristiwa
  • Terjadinya konflik
  • Penyelesaian konflik
  • Penutup cerita


Pada setiap bagiannya itu, kemudian diisi dengan catatan - catatan ringkas. Misalnya, pada bagian pengenalan: 

  1. apa yang disampaikan pengarangnya,
  2. gambaran tentang tokoh siapa, dan
  3. dimana cerita bermula.

Pada bagian pengenalan peristiwa, perlu dicatat tentang latar belakang masalah yang dihadapi tokoh utamanya. Pada bagian konflik, diceritakan masalah yang dialami tokoh utama, penyebab, dan reaksi yang dilakukan tokoh tersebut.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf, silahkan tinggalkan komentar dengan sifatnya membangun menjadi lebih baik. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih.

Pengertian Teks Narasi

Pengertian Ide Pokok