PEMBELAJARAN daring bukti siapnya Indonesia menghadapi globalisasi

(Jakarta Humas LIPI). Fenomena globalisasi tidak bisa dihindari lagi oleh masyarakat dunia. Namun, hasil kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan Indonesia ternyata belum siap menghadapi fenomena tersebut, terutama di bidang ekonomi. Hal ini mengemuka pada seminar Indeks Kesiapan Masyarakat dalam Merespons Global Village , Senin (7/12), di LIPI Jakarta.

Kepala LIPI, Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain mengungkapkan, globalisasi diyakini menjadi faktor pengungkit dalam membangun tata kelola pemerintahan, praktek demokrasi, aktivitas ekonomi, dinamika sosial dan interaksi budaya. Pudarnya batasan budaya dan interaksi masyarakat menciptakan suasana borderlessworld yang merupakan situasi hilangnya batas-batas sosial, ujarnya.

Menurut Iskandar, negara yang tidak siap dalam menghadapi borderlessworld akan mengalami ancaman untuk keutuhan negara dalam jangka panjang. Dampak lain dari globalisasi adalah terbentuknya komunitas dan kelompok masyarakat dari berbagai kawasan di dunia menjadi satu komunitas global yang disebut dengan global village.

Sangat diperlukan studi dan pengukuran tingkat kesiapan masyarakat Indonesia dalam merespons global village, terangnya. Masih terbatasnya studi yang mengukur kesiapan masyarakat daerah dalam menghadapi globalisasi membuat minimnya tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah guncangan borderlessworld.

LIPI telah melakukan survei dengan jumlah responden sebanyak 4.561 orang di tiga daerah untuk mengukur Indeks Kesiapan Masyarakat (IKM). Tiga daerah tersebut yaitu provinsi Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Hasil survei menunjukkan angka absolut IKM dari ketiga provinsi sebesar 51,25 dari angka minimum 26,77 dan maksimum 82,20 dari skala 1-100.

Cukup mengejutkan, masyarakat di tiga provinsi tersebut masih relatif belum siap dalam menghadapi fenomena globalisasi, terutama dalam bidang ekonomi, jelas Dr. Ahmad Najib Burhani, peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK) LIPI selaku Koordinator Penelitian Global Village.

Menurut Najib, IKM sangat diperlukan untuk mengoptimalkan dampak positif dan meminimalisir dampak negatif globalisasi, khususnya di Indonesia. Masyarakat dengan tingkat kesiapan cukup tinggi diharapkan dapat memanfaatkan peluang tersebut, sebaliknya masyarakat yang tidak siap tentu tidak akan mampu menghadapi tantangan globalisasi, lanjut Najib. Tidak hanya itu, pemerintah daerah perlu mendorong peningkatan akses masyarakat terhadap teknologi informasi dan komunikasi, mobilitas orang dan barang melalui kebijakan yang relevan, pungkas Najib. (msa/ed: pwd)

Sumber foto: http://www.visec.info/2014/12/globalisasi-dan-masyarakat-indonesia.html Sumber : Humas LIPI

Sivitas Terkait : Ahmad Najib Burhani

PEMBELAJARAN daring bukti siapnya Indonesia menghadapi globalisasi

Sejak diumumkan kasus pertama Covid-19 (Corona Virus Disease) oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus awal Maret 2020 banyak terjadi perubahan disegala bidang. Termasuk bidang pendidikan. Hingga diberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa wilayah. Covid-19 yang semakin mewabah membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh dan siswanya belajar di rumah.

Pembelajaran jarak jauh merupakan media pembelajaran formal melalui dunia maya, dimana siswa mengakses internet untuk mengikuti pelajaran dari rumah karena proses belajar mengajar tidak dapat dilakukan secara tatap muka untuk menghindari resiko meluasnya penularan Covid-19.

Pemerintah Kota Surakarta turut menerapkan pembelajaran jarak jauh. Sejak awal Maret 2020 sampai Agustus ini masih dilakukan pembelajaran jarak jauh.

Pembelajaran jarak jauh ini disambut baik oleh siswa-siswi dan bapak/ibu guru SMA 2 Surakarta. Namun kendala seperti jaringan signal yang tidak bagus atau smartphone yang mengalami gangguan sering kali terjadi.

Bagi siswa-siswi dari golongan menengah ke bawah, kesulitan membeli kuota internet juga menjadi masalah yang serius karena uang untuk membeli internet bertambah dari biasanya.

“Pembelajaran daring ini sangat menguntungkan dan aman di masa pandemi seperti sekarang, karena sekolah di pindahkan di rumah jadi tidak perlu keluar rumah untuk mengurangi penularan COVID-19 dan sebagai ganti nya uang bensin di gunakan untuk membeli kuota internet.” ujar Frandita Adelia siswi kelas X MIPA 2.

“Akan tetapi, kelemahan daring ini bagi orang tua yang tidak mampu dan tidak bisa membelikan smartphone serta uang untuk beli kuota internet yang akan dirugikan, karena anaknya akan ketinggalan materi dan mendapat nilai buruk hanya karena sarana dan prasarana padahal sebenarnya anak ini termasuk anak pintar di sekolahnya, ” tambahnya.

Frandita Adelia menyimpulkan bahwa belajar daring ini banyak pro dan kontra-nya dikalangan pelajar, banyak positif dan negatifnya. Positifnya bisa dilihat dari situasi pandemi seperti sekarang yang harus melakukan pembelajaran daring demi keselamatan bersama. Walaupun banyak sisi baik yang dialami frandita dalam belajar daring. Tetapi banyak juga keluh kesah yang disampaikan dari segi ekonomi yang sedang memburuk saat pandemi ini terjadi apalagi pelajaran daring memerlukan akses internet yg cukup dan biaya yang tidak sedikit.

Senada dengan Frandita Adelia, menurut Amanda siswi kelas X MIPA 2, pembelajaran jarak jauh sangat efektif dilakukan ketika masa pandemi Covid19 seperti sekarang. “Bahkan tanpa sadar pengetahuan iptek lebih maju daripada pembelajaran tatap muka karena sering menggunakan smartphone.” kata Amanda.

“Selain itu, saat siswa lebih banyak dirumah maka waktu untuk mempelajari bakat dan minatnya lebih banyak daripada pembelajaran tatap muka yang hanya mengejar standar kelulusan kurikulum.” tambah Amanda.

Namun tidak begitu menurut Luthfianindya Megawati Putri siswi kelas X MIPA 2. “Menurut saya pembelajaran jarak jauh sedikit kurang efektif karena tidak semua siswa memiliki internet dan signal yang baik di tempat tinggalnya, namun untuk selama pandemi Covid-19 pembelajaran jarak jauh harus tetap diberlakukan untuk menghindari adanya siswa yang tertular virus ini,” tutur Luthfianindya Megawati Putri.

“Tapi apalah daya hanya metode ini yang dapat di lakukan demi tetap mengikuti materi pelajaran dan demi menghindari resiko tertular virus ini yang nantinya akan menambah angka orang yang terjangkit virus ini.” Tambahnya.

Menurut Bapak Suyono pembimbing akademik mapel agama di SMA 2 Surakarta, pembelajaran jarak jauh merupakan media pembelajaran formal yang tengah gencar digunakan di dunia pendidikan, khususnya di Indonesia karena munculnya Covid-19 dari bulan Maret yang hingga sekarang masih terus membesar angka penjangkitannya.

“Saya menggunakan media Google Classroom (GC) dan aplikasi ExamView agar ketika soal yang dikerjakan oleh siswa-siswi selesai bisa langsung muncul nilainya.” kata pak Suyono.

Menurut pak Suyono, keuntungan selama pembelajaran daring ini antara lain jadwal tertata dengan baik, materi dishare, buku paket atau LKS sudah ditangan siswa-siswi, tinggal dibaca, bila ada pertanyaan dipersilahkan, dan dijawab, bila tidak ada diberi tugas uji kompetensi.

“Selain itu, mengajar lewat GC lebih menguntungkan karena tenaga dan pikiran yang dikeluarkan tidak banyak bila dibandingkan dengan tatap muka.” terang pak Suyono.

Diterapkannya sistem pembelajaran jarak jauh di dunia pendidikan adalah salah satu cara agar tetap berlangsungnya pembelajaran bagi siswasiswi, meski ada kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihannya yaitu proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan dapat menghemat waktu dan tenaga. Sedangkan kekurangannya yaitu kesulitan dalam sarana yaitu smartphone dan pembelian kuota dikarenakan perekonomian yang tidak mendukung serta jangkauan signal internet demi kelancaran mengikuti pembelajaran jarak jauh. Dan mari bersama-sama kita perbaiki baik sistemnya, pendukung, dan lain-lain demi pendidikan di negara kita.

Sebagai anak bangsa, tentu tidak ingin pendidikan berhenti dan pelajar merupakan aset bangsa dalam melanjutkan estafet pembangunan ke depan Covid-19 bukanlah penghalang dalam pendidikan. Meskipun belajar secara daring, tetapi tidak mematahkan semangat dalam belajar dan meraih impian. Bekerja keras akan membawa pada keberhasilan. Biarpun belajar secara online tidak menutup kemungkinan untuk sukses di masa pandemi seperti ini. Usaha tidak akan mengkhianati suatu hasil apapun kondisinya.

Download Karya Feature PRO KONTRA PEMBELAJARAN JARAK JAUH di sini

Oleh : Nurjani, S.Pd, M.Pd


Proses pembelajaran di sekolah merupakan   upaya peningkatan pengetahuan dan skill.2 Sebagian besar  siswa menganggap  sekolah adalah kegiatan yang  menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kesadaran kelas sosial siswa. Sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan yang bernama sekolah berhenti dengan tiba-tiba karena gangguan Covid-19. Sekolah memberikan solusi dengan pembelajaran daring.

Pembelajaran daring

Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet.

Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial.Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia.Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online.

Permasalahan Pembelajaran Daring

Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa. Kondisi guru di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Magelang pada khususnya tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, terutama guru guru yang menjelang pensiun. Begitu juga dengan siswa, terutama yang dipelosok desa kurang menguasai teknologi untuk pembelajaran. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai. Perangkat pendukung teknologi  mahal. 

Kesejahteraan guru (terutama GTT) maupun murid yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 ini. Banyak hand phone hanya dimiliki orang tua, sehingga siswa hanya bisa mengerjakan tugas kalau orang tuanya sudah pulang kerja. Bilamana pembelajaran dan pengerjaan tugas dibatasi waktu otomatis tidak bisa mengikuti pembelajaran. 

Tidak jarang juga siswa tidak bisa mengerjakan tugas karena tidak mampu membeli kuota paket data. Akses Internet yang terbatas. Tidak semua lembaga pendidikan baik sekolah dasar maupun sekolah menengah dapat menikmati internet dengan baik. Apalagi dipelosok pedesaan yang terkadang sinyal internet tidak ada.

Kurang siapnya penyediaan Anggaran. Aspek kesejahteraan guru (terutama GTT) dan murid masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk memenuhi kebutuhan media daring, akan terasa sangat berat.Keuangan negara belum mampu memenuhi secara keseluruhan.

Menyikapi pembelajaran pada masa pandemi dan new normal

Pemerintah.Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dan fundamental. Pemerintah sebagai penyandang dana utama Pendidikan  melalui APBN. Dalam Inpres No. 4 Tahun 2020 dinyatakan diperlukan Langkah langkah cepat, tepat, focus, terpadu, dan sinergi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan refokusing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan COVID 19, termasuk didalamnya di bidang Pendidikan.

Sekolah. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus bersiaga memfasilitasi perubahan apapun menyangkut pendidikan siswanya. Pendidikan tingkah laku harus menjadi pijakan kuat ditengah perkembangan teknologi dan arus percepatan informasi. Program-program pendidikan yang dilakukan sekolah harus benar-benar disampaikan kepada murid, terlebih dengan media daring tetap saja pihak sekolah harus benar-benar memperhatikan etika sebagai lembaga pendidikan. Penekanan belajar dirumah kepada murid harus benar-benar mendapat kawalan agar guru-guru yang mengajar melalui media daring tetap halus dan cerdas dalam menyampaikan pelajaran-pelajaran yang wajib dipahami oleh murid.

Sekolah yang memiliki dana cukup bisa juga dengan memfasilitasi siswa dengan membelikan paket data untuk mendukung pembelajaran daring. Dalam kondisi yang sangat terpaksa sekolah juga bisa membuat kebijakan dengan penugasan maupun tes secara luring, namun tetap memperhatian protokol Kesehatan.

Kemendikbud telah mengeluarkan protocol Kesehatan di sekolah untuk panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021. Diantaranya wajib menggunakan masker (Setiap sekolah yang sudah membuka proses pembelajaran di sekolah wajib mempersiapkan sarana cuci tangan dengan air mengalir atau cairan pembersih tangan serta desinfektan), cek suhu(  Setiap orang yang memasuki sekolah dicek suhunya dengan menggunakan thermogun),Waktu Kegiatan Belajar Mengajar  masa transisi:(SMA, SMK, MA, MAK, SMP, MTs, paling cepat Juli 2020. SD, MI, dan SLB, paling cepat September 2020  ) masa new normal.(SMA, SMK, MA, MAK, SMP, MTs, paling cepat September 2020. SD, MI, dan SLB, paling cepat November 2020).Pendidikan dasar dan menengah haruslah jaga jarak minimal 1,5 meter dan maksimal 18 peserta didik per kelas (standar 28-36 peserta didik per kelas). Pada masa new normal kantin boleh beroperasi dengan tetap menjaga protokol kesehatan di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler diiperbolehkan, kecuali kegiatan dengan adanya penggunaan alat/fasilitas yang harus dipegang oleh banyak orang secara bergantian dalam waktu yang singkat dan/atau tidak memungkinkan penerapan jaga jarak minimal 1,5 meter, misalnya: basket dan voli.Kegiatan di luar KBM diperbolihkan dengan tetap menjaga protocol kesehatan.

Guru. 

Guru memegang peran penting untuk mensukseskan pembelajaran daring. Seorang guru dituntut untuk meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi terutama dalam kegiatan pembelajaran. Peningkatan penggunaan teknologi bisa dilakukan dengan belajar secara on line maupun melalui diklat. Untuk Kabupaten Magelang, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang telah mengadakan kegiatan Diklat daring Office 365 secara serentak pada tanggal 29 Juni sampai dengan 2 Juli 2020.

Disamping itu Langkah pembelajaran daring harus seefektif mungkin. Guru bukan membebani murid dalam tugas-tugas yang dihantarkan dalam belajar di rumah. Guru bukan hanya memposisikan sebagai pentransfer ilmu, tetapi tetap saja mengutamakan ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Orang Tua, Peran orang tua dalam pembelajaran daring juga sangat penting. Orang tua bisa mendukung kegiatan daring dengan mendampingi siswa belajar, berbagi hand phone, memastikan kelancaran jaringan internet. Tidak kalah pentingnya juga memberikan motivasi kepada anak agar terus mau mengikuti pembelajaran. Orang tua  harus membuka cakrawala dan tanggungjwab orang tua bahwa pendidikan anaknya harus dikembalikan pada upaya orang tua dalam mendidikan mental, sikap dan pengetahuan anak-anaknya.

Kerjasaman antara orang tua, guru dan siswa juga sangat penting.. Dalam situasi sekarang ini kondisi belajar membutuhkan adanya kerja sama kolaborasi antara guru, orang tua dan siswa.  Proses belajar sekarang adalah kombinasi antara guru, murid dan orang tua. Orang tua pertama kalinya mengalami anak melaksanakan proses belajar di rumah karena adanya wabah. Hal ini membuat orangtua semakin sadar betapa sulitnya mendidik anak. Demikian juga di sisi guru juga semakin menyadari pentingnya peran orang tua dalam pendidikan. Dengan kesadaran pentingnya kolaborasi guru, orang tua dan siswa maka akan menciptakan kerja sama yang baik untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan. Kerja sama, saling melengkapi dan memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas, batasan dan ranah masing-masing.

Nurjani,S.Pd, M.Pd Guru SMP N 2 Secang.

Penulis buku di LP2IP Jogjakarta