Pengaruh sarana prasarana fasilitas dan lingkungan sekolah terhadap PENDIDIKAN Agama Islam

Peningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan peranan strategis yang dimiliki oleh pendidikan. 

Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan serta pembangunan suatu bangsa dan negara yaitu dengan adanya pendidikan.

Suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan disebut dengan pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam pendidikan. Segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran disebut sarana pendidikan.

Jika dilihat dari sudut pandang peserta didik, sarana pendidikan yaitu segala macam peralatan yang digunakan peserta didik untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran.

[1] Sedangkan pengertian prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru (dan peserta didik) untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.[2]  

Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki suatu lembaga pendidikan adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pembelajaran secara khusus berlangsung secara efektif dan efisien. 

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa elemen penting yang mendukung dan memfasilitasi seluruh rencana sekolah agar dapat dilaksanakan adalah sarana dan prasarana. 

Pada proses pendidikan keberadaan sarana dan prasarana mutlak dibutuhkan. Proses pendidikan akan mengalami kesulitan yang serius tanpa adanya sarana dan prasarana. 

Oleh karena itu, pengelolaan yang baik terhadap sarana dan prasarana sangat dibutuhkan, yaitu pengelolaan yang dinamis serta sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan suatu lembaga pendidikan.

 Tidak sedikit lembaga pendidikan yang sarana dan prasarananya tidak memadai seperti kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, gedung yang tidak layak pakai, ketidak lengkapannya buku perpustakaan, laboratorium yang tidak standar, tidak memadainya penggunaan teknologi dan informasi, dll. 

Hal tersebut merupakan beberapa contoh permasalahan yang timbul akibat pengelolaan sarana dan prasarana dalam pendidikan yang tidak berjalan dengan semestinya sehingga tidak memberikan kontribusi pada proses pendidikan secara optimal. 


Pengaruh sarana prasarana fasilitas dan lingkungan sekolah terhadap PENDIDIKAN Agama Islam

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 2

Peningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan peranan strategis yang dimiliki oleh pendidikan. 

Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan serta pembangunan suatu bangsa dan negara yaitu dengan adanya pendidikan.

Suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan disebut dengan pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam pendidikan. Segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran disebut sarana pendidikan.

Jika dilihat dari sudut pandang peserta didik, sarana pendidikan yaitu segala macam peralatan yang digunakan peserta didik untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran.

[1] Sedangkan pengertian prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru (dan peserta didik) untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.[2]  

Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki suatu lembaga pendidikan adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pembelajaran secara khusus berlangsung secara efektif dan efisien. 

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa elemen penting yang mendukung dan memfasilitasi seluruh rencana sekolah agar dapat dilaksanakan adalah sarana dan prasarana. 

Pada proses pendidikan keberadaan sarana dan prasarana mutlak dibutuhkan. Proses pendidikan akan mengalami kesulitan yang serius tanpa adanya sarana dan prasarana. 

Oleh karena itu, pengelolaan yang baik terhadap sarana dan prasarana sangat dibutuhkan, yaitu pengelolaan yang dinamis serta sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan suatu lembaga pendidikan.

 Tidak sedikit lembaga pendidikan yang sarana dan prasarananya tidak memadai seperti kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, gedung yang tidak layak pakai, ketidak lengkapannya buku perpustakaan, laboratorium yang tidak standar, tidak memadainya penggunaan teknologi dan informasi, dll. 

Hal tersebut merupakan beberapa contoh permasalahan yang timbul akibat pengelolaan sarana dan prasarana dalam pendidikan yang tidak berjalan dengan semestinya sehingga tidak memberikan kontribusi pada proses pendidikan secara optimal. 


Pengaruh sarana prasarana fasilitas dan lingkungan sekolah terhadap PENDIDIKAN Agama Islam

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 3

Peningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan peranan strategis yang dimiliki oleh pendidikan. 

Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan serta pembangunan suatu bangsa dan negara yaitu dengan adanya pendidikan.

Suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan disebut dengan pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam pendidikan. Segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran disebut sarana pendidikan.

Jika dilihat dari sudut pandang peserta didik, sarana pendidikan yaitu segala macam peralatan yang digunakan peserta didik untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran.

[1] Sedangkan pengertian prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru (dan peserta didik) untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.[2]  

Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki suatu lembaga pendidikan adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pembelajaran secara khusus berlangsung secara efektif dan efisien. 

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa elemen penting yang mendukung dan memfasilitasi seluruh rencana sekolah agar dapat dilaksanakan adalah sarana dan prasarana. 

Pada proses pendidikan keberadaan sarana dan prasarana mutlak dibutuhkan. Proses pendidikan akan mengalami kesulitan yang serius tanpa adanya sarana dan prasarana. 

Oleh karena itu, pengelolaan yang baik terhadap sarana dan prasarana sangat dibutuhkan, yaitu pengelolaan yang dinamis serta sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan suatu lembaga pendidikan.

 Tidak sedikit lembaga pendidikan yang sarana dan prasarananya tidak memadai seperti kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, gedung yang tidak layak pakai, ketidak lengkapannya buku perpustakaan, laboratorium yang tidak standar, tidak memadainya penggunaan teknologi dan informasi, dll. 

Hal tersebut merupakan beberapa contoh permasalahan yang timbul akibat pengelolaan sarana dan prasarana dalam pendidikan yang tidak berjalan dengan semestinya sehingga tidak memberikan kontribusi pada proses pendidikan secara optimal. 


Pengaruh sarana prasarana fasilitas dan lingkungan sekolah terhadap PENDIDIKAN Agama Islam

Lihat Edukasi Selengkapnya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Pendidikan Islam

Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua yang bertugas membantu keluarga dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan serta pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki siswa atau anak, agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, sebagai anggota masyarakat, ataupun sebagai individual. Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Di sekolah, murid atau anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi gurulah sebagai pengganti orang tua.

Hafidz (1989) memberikan pengertian sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Peralatan dan perlengkapan yang telah disebutkan dalam penjelasan yang dimaksud oleh Hafidz adalah alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar baik seorang pendidik ataupun seorang anak didik, misalnya dalam menggunakan buku dan alat tulis lainnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi tidak dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekolah lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

Jadi, fasilitas pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam pembelajaran pendidikan Islam. Sarana yang diperlukan dalam pembelajaran dibedakan menurut fungsi, jenis,dan sifat barang. 

Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik kalau metode yang digunakan betul-betul tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan adalah usaha atau tindakan untuk membentuk manusia. Pendidikan agama sebagai salah satu aspek dasar daripada pendidikan nasional.

Berbicara tentang sarana dalam pendidikan adalah salah satunya metode. Metode sebagai salah satu sarana penting dalam proses pendidikan agama juga harus dikaji dan dikembangkan. Sejalan dengan tuntutan perkembangan jiwa anak didik atau remaja agar mampu membawa dirinya dalam arena kompetisi kehidupan modern. Yaitu kehidupan yang penuh tantangan dan pertentangnan nilai-nilai sosial- sekuleristik dan nilai sosial-religius atau nilai-nilai relativisme kultural yang berubah-ubah.

Sarana-sarana lainnya bersifat fisik seperti fasilitas peribadatan dan buku-buku bacaan yang bernilai moral religius dan memotivasi perilaku susila atau sopan santun sosial dan nasional. Yaitu sarana yang mendorong terciptanya kemampuan kreatif dalam berilmu pengetahuan.

Sarana prasarana pendidikan perlu dimanajemen dengan baik agar dapat memberikan kontribusi yang optimal pada jalannya proses pendidikan di sekolah. Mulyasa (2002) mengatakan bahwa manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.

Pengertian sistem bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang satu dan lainnya saling berhubungan dan saling memperkuat. Sarana adalah sebuah alat atau media yang digunakan dalam sistem belajar atau mekanisme belajar pendidikan Islam. Sarana juga menjadi salah satu sumber dalam melakukan  pembelajaran.

Sarana lain yang tidak kalah pentingnya adalah organisasi organisasi merupakan wadah kerja sama antara sekolah dan rumah di mana pelaksanaan pendidikan agama mempunyai arti sangat penting untuk penghayatan dan pengalaman yang berkesinambungan akan nilai-nilai pendidikan di kedua lembaga.

AECT mendefenisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga mempengaruhi dan mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

B. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan-keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif perkembangan seseorang, karena bisa saja malah merusak perkembangannya.

Lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.

Seperti diketahui, setiap bayi manusia dilahirkan dalam lingkungan tertentu, yang merupakan lingkungan pendidikan terpenting sampai anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Sebelum anak menginjakkan langkah dunia ke dunia sekolah ia terlebih dahulu melewati kesehariannya di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, tidak lain halnya sesudah ia masuk sekolah maka seperti dapat dipahami bahwasannya lingkungan dalam pendidikan itu sangat penting dan selalu diperhatikan.

Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.ketiga lingkungan itu sering disebut tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Muhammad Joko Susilo (2006) dalam kutipan bukunya menjelaskan tentang lingkungan pendidikan yaitu dimensi lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik lebih cenderung dikaji dari sisi bangunan yang berada di sekitar sekolah, sedangkan lingkungan sosial dilihat dari kondisi masyarakat di sekitar sekolah.

Sehingga, lingkungan pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam perkembangan dan pertumbuhan dalam pendidikan, dari bentuk sekitar bangunan pendukung misalnya gedung sekolah, perpustakaan, dan gedung lainnya yang dapat digunakan untuk sarana dan prasarana pendidikan.

1. Fungsi Lingkungan Pendidikan

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman, pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial secara efesien dan efektif. Seperti diketahui lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Berdasarkan berpedaan ciri-ciri penyelenggaraan pendiidkan pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka ketiganya dibedakan sebagai pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya) utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang bersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Konsep yang dipakai dalam lingkungan pendidikan itu sendiri agar membantu peserta didik dalam mengikuti pendidikan yang efektif dan efesien. Dengan mengenal lingkungan sosial seorang anak akan mengalami sebuah proses yang tidak di ketahui di dalam lingkungan keluarga dan juga sekolah, namun harus juga memperhatikan batas-batas dalam bersosial.

2. Berbagai lingkungan yang mempengaruhi

Semangat atau dorongan kerja keras disamping ditimbulkan dalam diri pribadi manusia sendiri, misalnya nafsu egocentris, polemos religius, dan mungkin juga nafsu eros, juga banyak faktor lingkungan kerja yang mengandung dorongan-dorongan, baik yang positif dan negatif terhada semangat berproduksi.  Kualitas manusia, baik aspek kepribadian maupun penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan, serta  kemahiran dalam spesialisasi tertentu, merupakan hasil kerja ketiga lingkungan pendidikan.

Kemajuan masyarakat, perkembangan Iptek yang semakin cepat, serta makin menguatnya era globalisasi akan mempengaruhi peran dan fungsi ketiga lingkungan pendidikan. Manusia mengalami perubahan dalam menghadapi era globalisasi, dimana pada era teknologi maka akan menambah peran yang dilakukan oleh keluarga. Perkembangan teknologi yang mendorong manusia untuk mencukupi segala keinginan dan kebutuhannya.

3. Tripusat Pendidikan

Lingkungan pendidikan yang mula-mula terpenting adalah keluarga. Pada masyarakat yang masih sederhana dengan struktur sosial yang belum kompleks, cakrawala anak sebagian besar masih terbatas pada keluarga. Pada masyarakat tersebutr keluarga mempunyai dua fungsi yaitu fungsi produktif dan fungsi konsumsi. Pada umumnya kehidupan seorang anak didalam masyarakat tradisonal tidak jauh beda dengan kehidupan orang tuanya, di dalam masyarakat cenderung melihat sosok dan latar belakang orang tuanya dan lingkungan keluarga. Hal ini dapat menjadi dampak dan momok yang membingungkan dan membatasi anak dalam bersosial.

Tetapi di dalam masyarakat modern di mana industrialisasi semakin berkembang dan memerlukan spesialisasi. Maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu kini sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Dalam keluarga pada masyarakat yang belum maju, orang tua merupakan sumber pegetahuan dan keterampilan yang diwariskan atau diajarkan kepada  anak-anaknya. Dalam keluarga  ini orang tua memegang otoritas sepenuhnya. Sedangkan dalam keluarga modern orang tua harus membagi otoritas dengan orang lain, terutama guru dan pemuka masyarakat, bahkan dengan anak mereka sendiri yang memperoleh pengetahuan baru dari luar keluarga.

Lain halnya dengan negara yang ada dalam negara barat, negara dengan materiil dan teknologi yang besar, sangat diperlukan penasehat untuk dapat menjadi pendiidkan dalam menhadapi era yang semakin maju, dan minim akan akhlak dan kebajikan. Dalam peraturan dasar perguruan tinggi Nasional Taman Siswa (putusan Kongres X tanggal 5-10 Desember 1966) pasal 15 ditetapkan bahwa :

a.   Untuk mencapai tujuan pendidikan nya, Taman Siswa melaksanakan kerja sama yang harmonis antara ketiga pisat pendidikan yaitu:

1)   Lingkungan keluarga;

2)   Lingkungan perguruan;

3)   Lingkungan masyarakat / pemuda.

b.   Sistem pendidikan tersebut dinamakan sistem “tripusat” (suparlan,1984:110). Bagi taman Siswa, di samping siswa yang tetap tinggal di lingkungan keluarga, sebgaian siswa tinggal di asrama (Wisma Priya dan Wisma Rini) yang dikelola secara kekeluargaan dengan menerapkan sistem Among. Sedangkan pada lingkungan masyarakat,taman siswa, menerapkan dengan penekanan pemupukan semangat kebangsaan. (Suparlan,1984: 119-120).

1) Keluarga

Komponen utama dalam keluarga adalah orang tua. Mereka adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping itu ada orang lain: kakek, nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain).

Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat, menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami perubahan kegiatan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umumnya tidak mampu memenuhinya. Maka dari itu tindakan yang dilakukan oleh orang tua untuk memenuhi tujuan pendiidikan maka diambil suatu langkah mengikuti suatu kegiatan di luar sekolah sepetri kursus, belajar kelompok atau pun home teaching.

Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat, dalam sisdiknas Indonesia  tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan. Tidak sulit dipahami jika orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya. Sehubungan dengan ini terdapat hadits antara lain sebagai berikut:

a).   Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Rasulullah bersabda: “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orangtuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR. Al-Bukhari)

b).   Menurut Al-Jamali,” Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).

c).   Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai contoh.

2) Sekolah/Madrasah

Di antara tiga pusat pendidikan adalah sekolah/madrasah. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya. Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan kekurangannya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan Ivan Illich untuk membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal bebas dari sekolah (deschooling society, 1972/1982).

Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan demikian sekolah seharusnya dapat secara seimbang dalam menghadapi perkembangan dan kebudayaan, aspek perbudayaan, aspek pengetahuan dan pemikiran peserta didik.

3) Masyarakat

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:

a)   Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).

b)   Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan / kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.

c)   Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility).

Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu berserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Perkembangan masyarakat sangat  bervariasi, sehingga dapat dibedakan menjadi beberapa tipe. Menurut Koentjaraningrat (dari Wayan Ardhana,1986: modul 1/71-72) menurutnya ada enam tipe sosial-budaya yaitu:

a)   Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu, dan belum mempunyai kebiasaan menanam padi.

b)   Tipe masyarakat perdesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman pokok padi. Ini disebut juga dalam stratifikasi sosial sedang.

c)   Tipe masyarakat perdesaan berdasarkan sitem bercocok tanam di ladang atau sawah dengan pokok padi.

d)   Tipe masyarakat perdesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem dasar kemasyarakatannya adalah komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak kompleks.

e)   Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan indistri yang lemah.

Menurut Muhammad Ustman Najati, selain orang tua, teman dan orang yang terdekat juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan perilaku anak, terutama pada masa remaja. Biasanya teman yang moralnya buruk kadang juga akan mempengarui orang yang sering menerimanya.pengaruh teman ini diperkuat oleh beberapa sikap studi yang menyoroti tindakan penyimpangan mereka.

Sebenarnya bila kita lihat dari penjelasan tripusat pendidikan ini, yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan masyarakat, lebih ke dalam kesibukan dan teman bermain anak itu sendiri. Lain halnya bila di sekolah, seorang murid atau peserta didik. Dia mengikuti segala ketentuan yang berlaku di sekolah tersebut, dengan perintah dan acuan seorang guru atau lembaga, sedangkan di dalam keluarga seorang anak akan melihat seberapa besar orang tua meluangkan waktu untuk mereka, ketika dalam lingkungan keluarga tidak ada keharmonisan seperti yang anak inginkan, maka ia akan mencari jalan dan kehidupannya sendiri.