Penyebab tumbuhnya alga atau ganggang yang tidak terkendali di perairan daerah pertanian adalah

PENCEMARAN air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.

Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit,dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Diperkirakan 700 juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena penyakit diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air hingga tingkatan tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman. Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45 persen dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen dari teluk dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.

Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.

Penyebab

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

  • Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
  • Sampah organic seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
  • Industri membuang berbagai macam polutan kedalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrient dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
  • Seperti limbah pabrik yang mengalir kesungai seperti di sungai citarum
  • pencemaran air oleh sampah
  • Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan

Dampak Pencemaran Air Di Lingkungan Sekitar

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan).Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok, yaitu :

  • Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

  • Dampak terhadap kualitas air tanah

BACA JUGA

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

  • Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :

  • Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
  • Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
  • Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri,
  • Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.
  • Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zatorganik yang dibuang kelingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

Pengendalian Pencemaran Air

Banyak hal yang bias kita lakukan sebagai cara penanggulangan pencemaran air antara lain:

  1. Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
  2. Tidak membuang sampah kesungai.
  3. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
  4. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.
  5. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar.

Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melakukan penanaman pohon.Pohon selain bias mencegah longsor, diakui mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Itu sebabnya banyak bencana banjir akibat penebangan pohon secara massal. Padahal, pohon merupakan penyerap air paling efektif dan handal.

Bahkan, daerah resapan air pun dijadikan pemukiman dan pusat wisata. Pohon sesungguhnya bias menjadi sumber air sebab dengan banyaknya pohon, semakin banyak pula sumber-sumber air potensial di bawahnya. .

Eutrofikasi adalah proses yang terjadi karena pelepasan nutrisi yang berlebihan ke badan air. Nutrisi ini bertambah karena pelepasan pupuk yang berlebihan termasuk nitrat dan fosfat, limbah - limbah industri dan rumah tangga, deterjen, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan alga yang tidak terkendali. Pertumbuhan alga yang berlebihan ini menyebabkan berbagai fenomena berbahaya. Karena alga tumbuh secara berlebihan, hal itu menghalangi penetrasi sinar matahari ke dasar badan air. Hal ini menyebabkan kematian berbagai tumbuhan termasuk alga karena kurangnya sinar matahari untuk fotosintesis. Kematian tanaman menyebabkan pembusukan mikroba. Mikroorganisme pembusuk bekerja pada materi tanaman mati yang mengubah nutrisi organik menjadi bentuk anorganik. Bahan tanaman mati yang membusuk menyebabkan pelepasan bahan beracun yang berbeda ke air. Hal ini juga menyebabkan penurunan nilai estetika suatu badan air.

Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah E.

Pencemaran air oleh pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas (blooming algae) disebut sebagai eutrofikasi. Eutrofikasi disebabkan oleh karena adanya penumpukan senyawa fosfat pada ekosistem perairan. Senyawa fosfat yang menumpuk di perairan merupakan dampak dari penggunaan pupuk yang berlebihan. Ekosistem dapat dikatakan eutrofik apabila konsentrasinya fosfatnya berada dalam rentang 35-100 mikrogram per liter. Eutrofikasi dapat meningkatkan kesuburan tumbuhan air. Karena melimpahnya tumbuhan air, maka banyak yang tidak termakan oleh konsumen dan akhirnya mati mengendap di dasar perairan sehingga menyebabkan pendangkalan. Tumbuhan air yang mati akan diuraikan oleh detritivor. Pada saat proses penguraian, detritivor akan menggunakan sebagian besar oksigen sehingga hewan air seperti ikan akan mati karena kekurangan oksigen. 

Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah C. 

Penyebab tumbuhnya alga atau ganggang yang tidak terkendali di perairan daerah pertanian adalah
Akademisi Perikanan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Azis Husen

TERNATE, BRN - Warna air laut di perairan Pulau Makian, Halmahera Selatan, Maluku Utara, tiba-tiba menjadi merah. Fenomena itu sontak membuat warga di pulau setempat geger.

Perubahan warna biru ke merah atau hijau kekuningan yang diserta ikan mati mendadak itu ada hubunganya dengan ledakan alga atau blooming alga. Ledakan alga atau istilah lainnya populasi fitoplankton ini yaitu tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di laut, biasanya terjadi perairan air laut atau danau.

Akademisi Perikanan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Azis Husen mengemukakan, blooming alga merupakan suatu peristiwa dimana jumlah alga yang berada diperairan membludak jumlahnya. Disisi lain, faktor lain penyebab air laut  berubah adalah pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga.

“Limbah yang mengalir sampai laut itu mengandung nutrient,nitrat dan ortofosfat yang bisa menstimulasi proses pembiakan alga,” kata Azis dalam keterangannya yang diterima brindonews.com, Selasa (25/22) pagi.

Ledakan populasi alga adalah suatu kondisi dimana populasi alga (umumnya alga mikroskopis) di dalam ekosistem perairan mengalami peningkatan populasi dikarenakan perubahan kondisi lingkungan. Ledakan populasi alga dapat menyebabkan perubahan warna pada ekosistem perairan dengan warna sesuai dengan jenis alga. Misal warna hijau muda dapat disebabkan oleh cyanobacteria dan warna merah disebabkan oleh dinoflagellata.

“Selain itu, ledakan alga juga terjadi  ada pemanasan global atau naiknya suhu perairan laut. Kalau suhu naik, maka aktivitas metabolisme alga jadi terpicu dan pecah sehingga warna air laut berubah dan reproduksi alga secra berlangsung lebih cepat,” lanjut alumnus mengister perikanan Universitas Brawijaya Malang itu.

Sementara warna yang muncul, kata dia, bergantung pada pigmen atau zat warna tubuh mikroalgae yang meledak. Biasanya kejadian seperti ini (blooming alga) sangat berbahaya, karena selain bisa merusak sumber daya perikanan, bahkan juga pada manusia.

“Ini juga bisa memengaruhi arus laut sehingga pergerakan masa air tidak lagi normal, lalu terjadi ledakan alga. Alga adalah hewan mikroskopik yang menyerupai tumbuhan dan merupakan organisme yang umumnya terdapat di perairan disinari cahaya matahari,” kata Azis.

Penyebab tumbuhnya alga atau ganggang yang tidak terkendali di perairan daerah pertanian adalah
Ilustrasi - tampak perairan menyala dan berwarna biru akibat terjadinya ledakan populasi alga (Foto : Associated Press)
Red tide

Peneliti alga dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Boy Rahardjo Sidharta, mengatakan, ada dua kemungkinan terjadinya perubahan warna air laut. Kemungkinan pertama yaitu pencemaran kimiawi berupa zat warna, dan yang kedua adalah fenomena red tide.

Red tide merupakan perubahan air laut menjadi merah yang disebabkan oleh ledakan populasi alga merah, jenis alga yang sel-selnya kaya pigmen phycoerythrin. “Kalau jumlahnya sedikit, tidak kelihatan merah. Tapi, ketika terjadi blooming yang dalam 1 ml bisa berisi ribuan-jutaan sel, maka sangat jelas terlihat dengan mata telanjang,” kata Boy.

Penyebab ledakan populasi alga bisa beragam, mulai dari melimpahnya nutrien di laut atau yang disebut eutrofikasi hingga pemanasan global. Suhu air laut yang meningkat akibat pemanasan global memicu peningkatan metabolisme sel alga. Akibatnya, kecepatan pembelahan atau reproduksi alga juga meningkat.

“Kalau sudah membelah cepat, maka akan mendominasi dan perairan ‘berubah’ menjadi merah, atau hijau, coklat, atau lainnya,” kata Boy saat seperti dikutip dilaman kompas.com, Selasa sore.


Belajar dari Kasus Teluk Ambon

Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Nugroho Dwi Hananto mengemukakan, penyebab ledakan populasi alga di Teluk Ambon, Maluku 2012 silan disebabkan Eutrofikasi.

Eutrofikasi didefinisikan sebagai peningkatan unsur hara  ke level yang sangat tinggi dan melampau batas yang dapat diterima oleh alam. Peningkatan unsur hara ini merangsang meledaknya populasi alga berbahaya (Harmful Blooming Algae/HABs).

“Populasi alga yang tidak kasat mata ini dapat mempengaruhi aspek: ekonomi dan kehidupan masyarakat di ekosistem khususnya Teluk Ambon,” ungkap Nugroho seperti dilansir dilaman lipi.go.id

Nugroho menjelaskan, Teluk Ambon merupakan perairan semi tertutup (semi-enclosed bay) yang dicirikan anatara teluk bagian dalam dan teluk luar dipisahkan oleh sebuah ambang (sill) yang sempit dan dangkal. Kondisi ini menyebabkan terhambatnya sirkulasi massa air di teluk bagian dalam.

“ Retensi Teluk Ambon mencapai tujuh tahunan, menyebabkan sirkulasi massa air tidak berjalan keluar. Fenomena alam ini,  akan tumbuh  unsur hara berlebih dan berakibat pada ledakan pertumbuhan alga,” terangnya.

Profesor riset dari  Pusat Penelitian Oseanografi  LIPI, Sam Wouthuyzen menjelaskan, akibat eutrofikasi menimbulkan beberapa kejadian marak alga dari jenis mikro alga berbahaya. Diantaranya Pyrodinium bahamense var. compressum dan Gymnodinium bahamense, yang menybebabkan kematian pada manusia.  

“Ditengarai ada dua penyebab utama eutrofikasi.  Pertama, terjadi peningkatan  jumlah penduduk. Kedua, pembukaan lahan yang cepat namun tidak tertata baik dan tidak ramah lingkungan,” jelasnya.

Peneliti Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Hanung Agus Mulyadi mengatakan, kelambatan sirkulasi massa air tersebut disebabkan oleh perbedaan kedalaman penghubung yang relatif sempit dan dangkal serta kondisi pasang surut pasang surut harian ganda campuran.

“Terjadi dua kali pasang dan dua kali surut secara simultan selama 24 jam. Kondisi semacam ini berdampak terjadinya penumpukan materi  di dasar perairan yang diiringi dengan peningkatan unsur hara,” ungkap Hanung.

Di Ambon, rekam jejak fenomena HABs sudah tercatat setidaknya dekade 90-an. Pada bulan Juli tahun 1994 terjadi blooming alga jenis Pyrodinium bahamense var compressum dan dilaporkan tiga orang meninggal dan puluhan orang harus dirawat secara medis setelah mengkonsumsi biota laut. Kejadian kemudian berlanjut di tahun 2012 dengan jenis yang sama.

Sementara pada  tahun ini tercatat ada dua kejadian HABs di Teluk Ambon yaitu pada bulan Januari dan akhir bulan Agustus sampai awal September.  Terjadi blooming jenis Gonyaulax dengan luasan area yang mengalami perubahan warna mencapai 88 hektar. “Waspada terhadap perubahan warna laut menjadi kemerahan, kehijauan, atau kecoklatan yang diwaspadai  ledakan populasi alga,” ungkap Hanung. (brn)