Perang saudara yang terjadi di kerajaan Majapahit disebut Perang Paregreg perang ini terjadi antara

Perang Paregreg adalah perang besar yang terjadi dalam sejarah Nusantara. Perang yang menyebabkan kerajaan paling besar di Indonesia, Majapahit runtuh. Seperti apa kejadian perang Paregreg? Berikut ulasan selengkapnya.

Berdirinya Kerajaan Majapahit Timur

Nama Kerajaan Majapahit bukan lagi kerajaan yang asing karena merupakan salah satu kerajaan yang terbesar di Indonesia. Kekuasaannya yang hampir menguasai seluruh Nusantara membuat kerajaan ini ditakuti banyak kerajaan lainnya.

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya. Sementara untuk penguasa terakhir kerajaan ini adalah Jayakatwang. Dalam kitab Pararaton, Nagakartagama, Kidung Ranggalawe dan Kidung Harsawijaya, dikisahkan bahwa Raden Wijaya membuka hutan di selatan Surabaya.

Di hutan tersebut ia mendirikan sebuah kerajaan yang mana nama kerajaan tersebut diambil dari nama buah yang didapatkan di hutan itu, buah Maja yang pahit rasanya. Pendirian Kerajaan Majapahit ini terjadi pada tahun 1293.

Silsilah Bhre Wirabhumi 

Meskipun menjadi kerajaan yang besar di Nusantara, namun sayangnya kerajaan ini justru runtuh akibat perang saudaar. Perang saudara ini lebih dikenal dengan nama Perang Paregreg.

Perang Paregreg tidak akan terlepas dari sang Bhre Wirabhumi. Siapa sebenarnya Bhre Wirabhumi ini? Dalam sejarah Kerajaan Majapahit, Bhre Wirabhumi hampir tidak dikenal. Hal ini dikarenakan ia adalah anak dari seorang selir.

Meskipun ia adalah anak seorang selir, namun dengan kelapangan dada, Rajadewi atau Bhre Daha, istri Wijayarajasa atau bibi Hayam Wuruk, mengangkatnya sebagai anak.

Bhre Wirabhumi pun menikah dengan Nagarawardhani, putri dari Indudewi atau Bhre Lasem. Bhre Lasem adalah putri dari Rajadewi dan Wijayarajasa atau cucu Rajadewi.

Penyebab Perang Paregreg

Perang saudara yang terjadi di kerajaan Majapahit disebut Perang Paregreg perang ini terjadi antara

Perang Paregreg memiliki arti perang yang berangsur-angsur atau bertahap. Penyebab terjadinya perang ini berasal dari konflik internal dalam kerajaan Majapahit wilayah timur dan barat.

Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya perang Paregreg:

  1. Adanya pembagian kekuasaan oleh Raden Wijaya
  2. Perebutan gelar Bhre Lasem oleh Kerajaan Majapahit Timur dan Kerajaan Majapahit Barat
  3. Rasa segan yang muncul di Kerajaan Majapahit Timur dan Kerajaan Majapahit Barat

Awal Meletusnya Perang Paregreg

Perang Paregreg pertama kali terjadi pada tahun 1404. Pada mulanya, terjadi perang dingin antara Kerajaan Majapahit Timur dan Kerajaan Majapahit Barat.

Ketika Hayam Wuruk meninggal, ia digantikan oleh Wikramawardhana yang juga menantunya. Sedangkan di sisi kerajaan lain yakni kerajaan timur, Wijayarajasa digantikan oleh Bhre Wirabhumi, anak angkat sekaligus suami sang cucu.

Cikal bakal perseteruan dimulai ketika Indudewi mengangkat mengangkat putrinya bernama Nagarawardhani sebagai Bhre Lasem. Sedangkan Wikramawardhana justru mengangkat Kusumawardhani, putri Hayam Wuruk sebagai Bhre Lasem.

Terdapatnya dua Bhre Lasem ini membuat kedua kerajaan semakin bersitegang.

Puncaknya, kedua kerajaan berperang di tahun 1404. Perang Paregreg tidak langsung terjadi dalam satu hari saja. Perang ini justru menghabiskan waktu berhari-hari. Pihak yang menang pun tidak tentu, kadang kerajaan Majapahit Timur, terkadang juga Kerajaan Majapahit Barat.

Akhir Perang Paregreg 

Perang Paregreg yang terus berlangsung dan berakhir pada tahun 1406. Ketika itu, Wikamawardhana datang ke kerajaan bagian timur untuk menjalankan misinya. Bhre Tumapel yang merupakan putra dari Wikramawardhana memimpin penyerangan itu.

Bhre Wirabhumi pun melarikan diri dengan perahu, namun naas ia akhirnya dibunuh oleh Bhra Narapati atau Raden Gajah yang juga merupakan Ratu Angabhaya dari kerajaan Majapahit Barat.

Kepala Bhre Wirabhumi dipenggal dan dibawa ke istana barat sebagai bukti kemenangan. Bhre Wirabhumi kemudian diletakkan dalam sebuah candi bernama Girisa Pura yang ada di Lung.

Akibat Perang Paregreg

Perang saudara yang terjadi di kerajaan Majapahit disebut Perang Paregreg perang ini terjadi antara

Perang yang berkepanjangan antar saudara ini menyebabkan banyak akibat. Meskipun kerajaan timur dan barat telah bersatu, namun sayangnya banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri.

Pada tahun 1405, Kalimantan Barat justru jatuh ke kerajaan Tiongkok. Tak hanya Kalimantan Barat, Malaka dan Palembang juga ikut melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit dan menjadi pusat perdagangan dunia.

Brunei yang juga dulunya merupakan daerah kekuasaan Majapahit pun ikut memerdekakan diri.

Tak hanya menyebabkan semakin sempitnya wilayah kekuasaan Majapahit, tapi juga kerugian materil yang jumlahnya sangat besar. Selama perang Paregreg, 170 orang Tionghoa ikut menjadi korban.

Kerajaan Tiongkok yang dibuat geram menjatuhkan denda pada Wikramawardhana. Ia diwajibkan membayar denda sebesar 60.000 tahil. Namun hingga tahun 1408 pun, ia hanya mampu membayar hingga 10.000 tahil. 

Merasa kasihan dengan kesusahan Wikramawardhana, Kaisar Yung Lo pun akhirnya membebaskan ia dari denda tersebut.

Setelah perang usai, Wikramawardhana menjadikan putri Bhre Wirabhumi sebagai selirnya. Dari perkawinan tersebut akhirnya lahir seorang putri yang diberi nama Suhita.

Meskipun anak dari seorang selir, namun Wikramawardhana sangat menyayangi putrinya. Pada tahun 1427, Suhita menggantikan Wikramawardhana. Pengangkatan ini dikarenakan ia masih memiliki hubungan langsung dengan Raden Wijaya dan juga untuk meredakan perseteruan keluarga.

Namun kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Suhita, ia pun langsung membalaskan dendam kematian sang kakek dengan memberikan hukuman mati pada Raden Gajah di tahun 1433.

Setelah pembalasan dendam tersebut, perseteruan ternyata terus berlanjut. Suhita yang tidak memiliki anak membuat posisinya digantikan oleh saudara tirinya, Kertawijaya yang mana merupakan raja pertama yang tidak memiliki garis keturunan langsung dari Raden Wijaya.

Sejak pemerintahan Kertawijaya inilah situasi politik kerajaan semakin memanas. Akhirnya pada masa kepemimpinan Girindrawardhana, kerajaan Majapahit pun runtuh karena kerusakan dari dalam.

Perang paregreg memang telah lama usai, tetapi akibatnya terasa hingga runtuhnya kerajaan yang menguasai hampir seluruh nusantara.

tirto.id - Majapahit, kerajaan di Nusantara yang pernah menguasai hampir seluruh bagian yang kini disebut Indonesia, menyisakan penggal sejarah kelam. Terjadi Perang Paregreg sebagai salah satu awal kehancuran kemaharajaan yang berdiri sejak akhir abad ke-13 Masehi ini.

Dikutip dari Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand (2013) yang ditulis oleh Choirul Fuad Yusuf, pada masa jayanya, menurut Nagarakertagama, Majapahit membawahi tidak kurang dari 98 kerajaan di Nusantara. Wilayah kekuasaan kerajaan Hindu-Buddha ini mencakup Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Maluku.

Sebesar apapun kerajaan pasti memiliki cerita tersendiri sebelum kehancurannya, termasuk Kerajaan Majapahit. Kendati kekuasaannya meliputi banyak wilayah di Nusantara, bahkan hingga tanah seberang, kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini digerus kehancuran lantaran perang saudara.

Latar Belakang Perang Paregreg

Mulai melemahnya Kerajaan Majapahit bermula dari wafatnya Mahapatih Gajah Mada pada 1364. Sosok yang terkenal dengan Sumpah Amukti Palapa untuk menyatukan Nusantara ini merupakan tandem sejati bagi Raja Majapahit kala itu, Hayam Wuruk yang bertaktha sejak tahun 1350.

Perang saudara yang terjadi di kerajaan Majapahit disebut Perang Paregreg perang ini terjadi antara

Ketiadaan Gajah Mada membuat Hayam Wuruk ikut terpuruk dan akhirnya meninggal dunia pada 1389. Wafatnya Hayam Wuruk, juga sebelumnya Gajah Mada, membuat stabilitas Kerajaan Majapahit semakin rapuh. Banyak wilayah taklukan yang mulai melepaskan diri.

Baca juga:

  • Sejarah Awal Kerajaan Gowa-Tallo Pra Islam & Daftar Raja-Raja
  • Sejarah Majapahit: Penyebab Runtuhnya Kerajaan & Daftar Raja-Raja
  • Sejarah Kerajaan Kahuripan, Lokasi, & Peninggalan Raja Airlangga

Sebagai penerus takhta Majapahit, tampillah Wikramawardhana, menantu Hayam Wuruk alias suami dari Kusumawardhani. Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk dari permaisuri.

Kepemimpinan Wikramawardhana ternyata mendapat guncangan dari kalangan internal kerajaan sendiri. Perlawanan tersebut dikobarkan oleh Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Hayam Wuruk dari istri selir.

Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005), Slamet Muljana menjelaskan mengenai perebutan posisi raja baru setelah meninggalnya Hayam Wuruk memiliki pengaruh besar dalam keruntuhan kemaharajaan ini.

Saat itu, Wikramawardhana menguasai bagian keraton barat Majapahit. Sedangkan, Bhre Wirabhumi memimpin keraton bagian timur. Pertikaian ini bersumber pada masalah perebutan kepemimpinan pemerintahan di antara para penguasa daerah atau raja-raja taklukan yang masih merupakan kerabat istana.

Tahun 1405, pecahlah polemik antara pihak Wikramawardhana melawan kubu Bhre Wirabhumi yang kemudian disebut sebagai Perang Paregreg. Perang saudara ini dimenangkan oleh Wikramardhana setelah Bhre Wirabhumi tewas pada 1406.

Menurut Pranoedjoe Poespaningrat dalam buku Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan: Dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru (2008), Perang Paregreg merupakan salah satu faktor penyebab kemunduran Majapahit.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Singasari: Kisah Ken Arok Hingga Raja Kertanegara
  • Sejarah Proses Masuknya Agama Kristen Katolik ke Indonesia
  • Sejarah Kerajaan Kanjuruhan dan Isi Prasasti Peninggalannya

Kian Melemah dan Akhirnya Musnah

Deretan penerus penguasa Majapahit setelah Wikramawardhana (1389-1429) tidak ada yang mampu membangkitkan kejayaan kerajaan yang pernah digapai pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

Dikutip dari The Name's of Hayam Wuruk Sister's (1978) karya J. Noorduyn, pusat pemerintahan Majapahit dipindahkan dari Trowulan ke Daha (Kediri) pada era kepemimpinan Girindrawardhana atau Brawijaya VI (1478-1489).

Pindahnya ibu kota tidak membuat kondisi Majapahit membaik, bahkan semakin lemah pengaruhnya. Terlebih dengan kemunculan pusat kekuasaan baru di Jawa, yakni Kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah, pangeran Majapahit, putra dari Bhre Kertabumi atau Brawijaya V (1468-1478).

Baca juga:

  • Sejarah Kutai Martapura dan Prasasti Kerajaan Tertua di Indonesia
  • Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Pengajaran Buddha
  • Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Ajaran Islam kala itu memang sedang berkembang pesat dan kian melemahkan pamor Majapahit yang mayoritas rakyatnya menganut agama Hindu atau Buddha.

Majapahit runtuh ketika terjadi serangan oleh Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Sultan Trenggana (1521-1546). Trenggana adalah penguasa Kesultanan Demak ke-3 setelah Raden Patah dan Pati Unus.

Tahun 1527, Sultan Trenggana mengirim pasukan untuk menduduki Majapahit dan mengambil-alih wilayah-wilayah taklukan yang masih tersisa. Kemaharajaan yang pernah amat besar dan perkasa itu pun akhirnya benar-benar musnah.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN MAJAPAHIT atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates