Perbedaan dan manfaatnya mempelajari Makkiyah dan Madaniyah

BincangSyariah.Com – Sebenarnya tidak ada sedikit pun keterangan dari Rasulullah bahwa mengetahui perbedaan surat Makkiyah dan Madaniyah merupakan suatu keharusan. Kecuali fakta tentang pentingnya mengetahui mana yang nasikh [pengganti/yang menghapus] dan mana yang mansukh [yang diganti/yang dihapus].

Karena hal itu, banyak para ahli tafsir merasa perlu mengetahui mana ayat yang bersifat Makkiyah dan mana yang bersifat Madaniyah. Sebab pembahasan-pembahasan tentang itu memiliki banyak faedah dan manfaat.

Syaikh Manna’ al-Qaththan dalam kitabnya Mabahist fi Ulum Alquran menjelaskan setidaknya ada tiga faedah mengetahui perbedaan Ayat Makkiyah dan Madaniyah.

Pertama, untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Alquran. Sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami sebuah ayat dan menafsirkannya dengan cara yang benar. Sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafal bukan sebab khusus.

Dengan demikian, berdasarkan pengetahuan tersebut seorang mufassir dapat membedakan antara ayat nasikh dan mansukh jika di antara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Ayat yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas ayat terdahulu.

Kedua, meresapi gaya bahasa Alquran antara surat Makkiyah dan Madaniyah dapat membantu dalam metode dakwah menuju jalan Allah. Sebab setiap situasi memiliki bahasanya tersendiri dan agar dapat menyesuaikan dengan psikologi lawan bicara, menguasai pikiran dan perasaan serta dapat memberikan solusi dengan bijaksana.

Sebab setiap dakwah mempunyai topik dan polanya tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manhaj, keyakinan, dan kondisi lingkungan.

Ketiga, mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Alquran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala peristiwa yang menyertainya, baik periode Mekkah atau Madinah, sejak turunnya ayat pertama sampai ayat terakhir.

52 surat tersebut adalah Makkiyah. Sampai di sini, penjelasan as- Suyûthi. 17 Sementara az-Zarkasyi berpendapat, bahwa surat Madaniyah ada 29, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 13, 22, 24, 33, 47, 48, 49, 55, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 76, 98, 99, 110. 18

2.1. Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Dengan menganalisis mana yang Makkiyah dan Madaniyyah beserta urut-urutan turunnya, misalnya kita akan menemukan --- sebagaimana apa yang dinyatakan dalam al-Burhân, karya az- Zarkasyi--- bahwa surat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan hingga surat al-Hijr yang berisi: Fashda’ bimâ tu’mar Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu, atau yang dikenal dengan fase dakwah pertama, yaitu fase Sirriyah rahasia adalah: 1, al-‘Alaq, 2 al- Qalam, 3 al-Muzammil, 4 al-Mudatstsir, 5 al-Masad, 6 at- Takwîr, 7 al-A’lâ, 8 al-Layl, 9 al-Fajr, 10 ad-Dhuhâ, 11 as- Syarh, 12 al-‘Ashr, 13 al-‘Adiyât, 14 al-Kawtsar, 15 at-Takâtsur, 16 al-Mâ’ûn, 17 al-Kâfirûn, 18 al-Fîl, 19, al-Falaq, 20 al-Nâs, 21 al-Ikhlâsh, 22 an-Najm, 23 ‘Abasa, 24 al-Qadar, 25 as- Syams, 26 al-Burûj, 27 at-Tîn, 28 Quraiys, 29 al-Qari’ah, 30 al-Qiyamah, 31 Humazah, 32 al-Mursalât, 33 Qaf, 34 al-Balad, 35 ar-Rahmân, 36 al-Jin, 37 Yasin, 38 al-A’râf, 39 al-Furqân, 40 al-Malaikah, 41 Fâthir, 42 Maryam, 43 Thâha, 44 al- Wâqi’ah, 45 as-Syu’arâ’, 46 an-Naml, 47 al-Qashash, 48 al-Isrâ’, 49 Hûd, 50 Yûsuf, 51 Yûnus, 52 al-Hijr, Jika kita menganalisis surat-surat Makkiyah ini, serta sejumlah pembahasan yang dikemukakannya, tentu kita akan mengetahui karakter fase tersebut, bagaimana sikap Rasulullah saw. dan aktivitas yang ditugaskan kepada beliau agar beliau laksanakan. Pembahasan-pembahasan tersebut, antara lain, meliputi: 1. Pemantapan akidah, yaitu pembahasan utama yang tidak pernah diabaikan oleh al-Qur’an dalam keseluruhan suratnya, baik menyangkut keimanan kepada Allah, dengan seluruh 17 Lihat, ‘Ali al­Hasan, Op. Cit., hal. 80. 18 Az­Zarkasyi, al­Burhân fi ‘Ulûm al­Qur’ân, juz I, hal. 194. 53 sifat ketuhannya, seperti Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha Esa dan lain-lain, keimanan bahwa ini adalah al-Qur’an, bukan merupakan kata-kata biasa sebagaimana yang dituduhkan, melainkan firman Allah, keimanan terhadap kenabian Muhammad saw., keimanan kepada para Nabi terdahulu, juga para Malaikat al-Muqarrabûn, ataupun keimanan kepada Hari Akhir, yang sekali waktu dinyatakan secara ringkas, dan di lain waktu dinyatakan secara detail sesuai dengan situasi dan kondisi. 2. Sanggahan terhadap kaum Kuffar, serangan terhadap pemikiran dan akidah mereka, celaan terhadap tuhan-tuhan mereka serta penghinaan terhadap mimpi-mimpi mereka. 3. Serangan terhadap para tokoh dan pemimpin mereka. 4. Serangan terhadap interaksi yang rusak, yang mengatur masyarakat mereka. 5. Meneguhkan hati Rasulullah dan menjelaskan bahwa apa yang dituduhkan terhadap beliau, tidak lain selain apa yang pernah dituduhkan kepada para Rasul sebelumnya. 6. Meneguhkan keimanan orang-orang Mukmin, bahwa kesulitan dan kekejaman yang mereka hadapi merupakan sunnatullah kepada ciptaan-Nya. 7. Bebarap perumpamaan untuk memperjelas isi yang disampaikan. Sebagai contoh, misalnya, dalam surat yang pertama: ] َﻖَﻠَﺧ ﻱِﺬﱠﻟﺍ َﻚﱢﺑَﺭ ِﻢْﺳﺎِﺑ ْﺃَﺮْﻗﺍ [ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Q.s. al-‘Alaq: 1 Pada akhir surat tersebut, Allah menyatakan: ] ﻰَﻬْﻨَﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ َﺖْﻳَﺃَﺭَﺃ ﻰﱠﻠَﺻ ﺍَﺫِﺇ ﺍًﺪْﺒَﻋ [ Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat? Q.s. al-‘Alaq: 9-10 54 sampai pada firman-Nya: ] ﺔَﻴ ِﺻﺎﱠﻨﻟﺎِﺑ ْﻦَﻌَﻔ ْﺴَﻨَﻟ ِﻪ َﺘْﻨَﻳ ْﻢ َﻟ ْﻦِﺌ َﻟ ﱠﻼ َﻛ ٍﺔ َﺑِﺫﺎَﻛ ٍﺔَﻴ ِﺻﺎَﻧ ٍِﺔَﺌِﻃﺎَﺧ [ Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti berbuat demikian niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Q.s. al-‘Alaq: 15 Demikian juga dalam surat yang ketiga: ] َﺃﺎَﻳ ُﺮﱢﺛﱠﺪُﻤْﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳ [ Hai orang yang berkemul berselimut. Q.s. al-Mudatstsir: 1 berisi serangan yang menusuk para konspirator, yaitu orang-orang Quraisy dan pemimpin mereka, al-Walîd bin al-Mughîrah, ketika di dalam surat tersebut dinyatakan: Saushlîhi saqar Aku akan seret dia ke neraka Saqar. Dalam surat yang keempat: ] ﱠﺐَﺗَﻭ ٍﺐَﻬَﻟ ﻲِﺑَﺃ ﺍَﺪَﻳ ْﺖﱠﺒَﺗ [ Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Q.s. al-Masad: 1 Ketika Abû Lahab bersama isterinya menganiaya Rasulullah. Dengan menganalisis surat-surat ini beserta urut-urutannya, kita akan melihat bahwa dakwah secara terbuka, menentang akidah kufur, para pemimpin kufur dan interaksi yang rusak telah dilakukan sejak awal. Dalam surat yang keduapuluh: Wa an-Najm Demi bintang, sejumlah sahabat telah lari ke Abesenia untuk mempertahankan 55 agamanya. Ketika surat tersebut dibacakan oleh Rasulullah kepada kaum Musyrik Arab, dan diakhiri dengan ayat-ayat: ] َﻥﻮ ُﻜْﺒَﺗ َﻻَﻭ َﻥﻮُﻜَﺤْﻀَﺗَﻭ َﻥﻭُﺪِﻣﺎ َﺳ ْﻢُﺘ ْﻧَﺃَﻭ ِﻪ ﱠﻠِﻟ ﺍﻭُﺪُﺠ ْﺳﺎَﻓ ﺍﻭُﺪُﺒْﻋﺍَﻭ [ Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan nya? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia. Q.s. an-Najm: 60-62 Beliau sujud, dan orang-orang yang hadir bersama beliau pun ikut bersujud karena terhipnotis dengan daya magis bacaan dan kehebatan ungkapannya. Sebagian menganggap, bahwa mereka orang-orang Quraisy telah beriman. Berita tersebut kemudian sampai ke Abesenia, sehingga sebagian sahabat kembali dari hijrahnya. Maka, bisa disimpulkan, bahwa serangan dakwah terhadap orang Quraisy merupakan kemestian mulai pertama kali dakwah, bukan hanya setelah perintah terang-terangan, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagiain orang. Karena itu, kita bisa memahami bahwa perintah terang-terangan tersebut bukanlah dakwah secara terbuka, karena Rasulullah saw. telah menyampaikan dakwah tersebut kepada orang Quraisy, melainkan perintah terang-terangan itu tidak lain merupakan pemroklamiran organisasi dan siapa saja yang menjadi anggotanya. Jika tidak, mengapa para sahabat melarikan diri ke Abesenia, jika bukan karena adanya penyiksaan yang diarahkan kepada mereka? Perlu ditegaskan, cukup dengan menganalisis surat-surat ini, dan surat-surat Makkiyah yang lain, kita akan mengetahui karakter dakwah dan fase yang telah dilaluinnya. Caranya dengan mengetahui pembahasan yang terkandung di dalamnya. Siapa saja yang ingin terikat dengan metode al-Qur’an dan metode Rasulullah saw., dia wajib menempuh tatacara yang sama, yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw. 1. Menjelaskan ajaran yang dibawanya, dengan menjelaskan akidahnya, baik keseluruhan maupun bagian-bagiannya, dasare-dasar dan derivatnya, sambil menyeru daya 56 intelektualitas manusia, untuk menarik perhatian manusia terhadap keimanan pada akidah yang disampaikan kepada mereka, dengan uslûb teknik dan gaya yang inovatif, dengan mengeksploitasi semua sarana dan prasarana yang tersedia untuk menjelaskan akidah Islam, dan menjauhkan kekaburan yang melekat padanya. 2. Menampilkan kekeliruan pemikiran yang rusak dan akidah yang batil, seperti ateis, syirik, kekufuran dan khususnya pemikiran yang kabur, yang dianggap oleh sebagian kalangan ---sebagai akibat penyesatan--- sebagai pemikiran Islam, atau digali dari semangat Islam, atau minimal tidak bertentangan dengan Islam, seperti Sosialisme, Demokrasi, Patriotisme, Nasionalisme dan lain-lain. 3. Di antara kesulitan utama adalah kepatuhan masyarakat kepada para pemimpin dan tokoh mereka, karena itu harus mengikuti metode yang ditempuh oleh Muhammad saw. dengan membeberkan dan menyerang mereka. 4. Menyerang berbagai kerusakan yang ada di tengah masyarakat, termasuk segala macam interaksinya, juga hukum-hukum yang mengatur kebobrokan dan kebatilan interaksi yang menyeret masyarakat ke dalam berbagai kesengsaraan, serta menyebabkan negeri tersebut ditimpa kerusakan dan kehancuran. 5. Menyiapkan anggota tiap organisasi kelompok yang berusaha untuk memimpin ummat agar mereka ---sesuai dengan taraf intelektual yang mereka emban--- mempunyai cara berfikir ‘aqliyyah dan berperilaku nafsiyyah yang Islami. Ini sangat global dan ringkas sekali, melalui pengamatan singkat terhadap surat-surat dan ayat-ayat Makkiyah ini, serta sejenis surat dan ayat yang lain. Inilah sejumlah pembahasan yang paling urgen yang telah dilakukan oleh al-Qur’an, dan diimplementasikan oleh Rasulullah saw. pada fase Makkah. Masing-masing pembahasannya memuat bagian-bagian atau sejumlah derivat, yang tidak menyisakan ruang untuk diperdebatkan, atau alasan bagi manusia di hadapan Allah setelah diutusnya Rasul. Dari gambaran di atas, terlihat dengan jelas betapa pentingnya pembahasan Makkiyah dan Madaniyah; batasan, ciri khas, 57 isi dan rekonstruksi visual kehidupan Rasulullah saw. dalam mengemban risalahnya. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyah, antara lain: 1. Membantu untuk menafsirkan al-Qur’an: Dengan mengetahui tempat turunnya ayat, akan sangat membantu memahami ayat dan menafsirkannya secara benar, serta mengetahui mana nâsikh dan mansûkh, misalnya. 2. Mengetahui metode dakwah: Sebab, tiap situasi dan kondisi ada ungkapan tertentu yang digunakan likulli maqâm maqâl. Ini seperti yang telah dijelaskan di atas. 3. Memahami sirah Rasulullah saw.

3. Diturunkannya al-Qur’an dalam Sab’ah Ahruf

Video yang berhubungan