Persyaratan yang harus di miliki serbuk gergajian untuk media pertumbuhan jamur tiram

Pribady, Mahardian Anggarini (2017) Pengaruh Komposisi Media Serbuk Gergaji dengan Bekatul dan Tepung Jagung pada Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur konsumsi yang dapat dibudidayakan pada berbagai substrat. Teknik budidaya yang sering digunakan ialah baglog cultivation atau budidaya menggunakan baglog dengan serbuk kayu sengon sebagai substrat utama. Serbuk kayu sengon digunakan sebagai media utama karena merupakan jenis kayu lunak dan ketersediaanya melimpah dan mengandung sumber nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa. Jamur tiram membutuhkan nutrisi lain selain nutrisi yang terkandung pada serbuk kayu sengon. Bahan tambahan yang berasal dari biji–bijian seperti bekatul dan tepung jagung seringkali ditambahkan untuk menunjang pertumbuhan jamur tiram. Penambahan nutrisi yang terlalu tinggi dapat meningkatkan resiko kontaminasi sedangkan penambahan nutrisi yang terlalu sedikit dapat menghambat pertumbuhan dan produksi jamur tiram. Perlu dilakukan pengkajian media tanam dengan campuran bekatul dan tepung jagung dengan komposisi yang berbeda untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan dan produksi jamur tiram yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini: 1) Mempelajari pengaruh komposisi media dengan bekatul dan tepung jagung pada perkembangan (miselium) dan hasil produksi jamur tiram. 2) Mendapatkan komposisi media dengan bekatul dan tepung jagung yang tepat untuk memperoleh hasil produksi jamur tiram yang optimal. Hipotesis dari penelitian ini adalah Peningkatan komposisi bekatul dan tepung jagung sebagai bahan tambahan pada media utama serbuk gergaji kayu sengon mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jamur tiram. Penelitian dilaksanakan di kumbung jamur Dusun. Sonotengah, Desa Kebonagung, Kec. Pakisaji, Kab. Malang dengan ketinggian tempat 400 m diatas permukaan laut, pada bulan Februari hingga Juni 2017. Metode Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 15 macam perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Masing-masing perlakuan terdiri dari 6 baglog dengan 3 sampel baglog yang diamati. Sehingga total keseluruhan baglog terdapat 270 buah. Perlakuan yang digunakan adalah komposisi bahan tambahan bekatul (B) dan tepung jagung (TJ) pada media utama serbuk kayu sengon (SKS). Adapun macam perlakuannya adalah 90% SKS+ 10% B + 0% TJ, 90% SKS + 5% B + 5% TJ, 90% SKS+ 0% B + 10% TJ, 80% SKS+ 20% B + 0% TJ, 80% SKS+ 15% B + 5% TJ, 80% SKS+ 10% B + 10% TJ, 80% SKS+ 5% B + 15% TJ, 80% SKS+ 0% B + 20% TJ, 70% SKS+ 30% B + 0% TJ, 70% SKS+ 25% B + 5% TJ, 70% SKS+ 20% B + 10% TJ, 70% SKS+ 15% B + 15% TJ, 70% SKS+ 10% B + 20% TJ, 70% SKS+ 5% B + 25% TJ, 70% SKS+ 0% B + 30% TJ. Pengamatan yang dilakukan meliputi variabel pertumbuhan dan hasil. Variabel pertumbuhan yaitu : panjang miselium (cm), lama miselium memenuhi baglog (hsi) dan saat muncul badan buah pertama (hsi). Variabel yang menggambarkan hasil yaitu : Waktu panen pertama (hsi), rata-rata diameter tudung (cm), jumlah badan buah vi per baglog, total bobot segar buah (g), interval periode panen (hari) dan frekuensi panen (kali). Apabila terjadi pengaruh nyata pada perlakuan maka dilanjutkan dengan menguji perlakuan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Pertumbuhan miselium pada media dengan komposisi utama serbuk gergaji 90% dengan tambahan bekatul dan tepung jagung lebih cepat jika dibandingkan dengan komposisi media lainnya. Media dengan komposisi utama 80% serbuk gergaji kayu sengon + 5% bekatul + 15% tepung jagung mampu menghasilkan produksi dan nilai ekonomis lebih tinggi jika dibandingkan dengan komposisi media lainnya yaitu 400,13 gram per baglog dengan nilai R/C rasio sebesar 1,82.

English Abstract

White oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is an edible mushroom that can be cultivated on various substrates. The most commonly used of cultivation technique is baglog cultivation that is using sawdust of sengon wood as the main substrate. Sawdust of sengon wood used as the main media because it contains the nutrient that needed for the growth of oyster mushrooms such as lignin, cellulose and hemicellulose. Oyster mushrooms needs other nutrients in addition to the nutrients contained in sawdust of sengon wood. Additional ingredients from grains such as rice bran and corn flour are often added to support the growth of oyster mushrooms. It is necessary to study planting media with mixture of rice bran and corn flour with different composition to know the growth characteristics and yield of oyster mushroom. The purpose of this study were 1) Study about the effect of media composition with rice bran and corn flour on the growth (mycelium) and the production of oyster mushrooms. 2) Increasing the composition of rice bran and corn flour as an additive to the sawdust of sengon wood as the main media can increase the growth and production of oyster mushrooms. Hypothesis of this research is Increasing the composition of rice bran and corn flour as an additional material to sawdust sengon of wood as the main media can increase the growth and yield of oyster mushrooms. This research was conducted on February until june 2017 in kumbung jamur which was located in the hamlet of Sonotengah, Kebonagung village, Pakisaji subdistric, Malang distric. The location has a height of 400 meters above sea level. Completely Randomized Design (RAL) was used for this research with 15 kinds of treatment each repeated 3 times. Each treatment consisted of 6 baglogs with 3 samples of baglog were observed. There are 270 pieces of baglog. The treatment used was the composition of rice bran (B), corn flour (TJ) on the main media of sengon wood (SKS). The type of treatments are 90% SKS + 10% B + 0% TJ, 90% SKS + 5% B + 5% TJ, 90% SKS + 0% B + 10% TJ, 80% SKS + 20% B + 0% TJ, 80 % SKS + 15% B + 5% TJ, 80% SKS + 10% B + 10% TJ, 80% SKS + 5% B + 15% TJ, 80% SKS + 0% B + 20% TJ, 70% SKS + 30% B + 0% TJ, 70% SKS + 25% B + 5% TJ, 70% SKS + 20% B + 10% TJ, 70% SKS + 15% B + 15% TJ, 70% SKS + 10% B + 20% TJ, 70% SKS + 5% B + 25% TJ, 70% SKS + 0% B + 30% TJ. The observation include growth and yield variables. The growth variables are: length of mycelium (cm), long mycelium meet baglog (hsi) and when the first fruit body appears (hsi). The variables that describe the result are: The first harvest time (hsi), the average diameter of the cap (cm), number of fruit body per baglog, total fresh weight of fruit (g), harvest period interval (day) and harvest frequency (times). If there is a real effect on the treatment then proceed with the test of treatment using test of Tukey (BNJ) at the level of 5%. The mycelium growth faster on medium with 90% sawdust composition with rice bran and corn flour as additional nutrien than other media composition. viii Media with the main composition of 80% sawdust wood sengon + 5% bekatul + 15% corn flour capable of producing production and higher economic value when compared with other media composition of 400.13 grams per baglog with R / C ratio of 1.82.

Full text not available from this repository.

Actions (login required)

Persyaratan yang harus di miliki serbuk gergajian untuk media pertumbuhan jamur tiram
View Item


I. SYARAT TUMBUH Tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur ( Calsium carbonat ) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 – 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme

Tingkat keasamon ( pH)

Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 – 7 dengan menggunakan kapur ( Calsium carbonat )

Suhu udara


Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 – 28 OC dengan kelembabon 60 – 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara sama antara 22 – 28  ‘C untuk jamur tiram putih dan  22–30 ‘C untuk jamur tiram coklat, dengan kelembaban sama 85 – 95 %.

Cahaya
Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam, keadaan gelap/tanpa sinar, Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran ? 60 – 70 %.

II. TAHAPAN DALAM KEGIATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

  1. Persiapan Media Tanam
    Sebelum dilakukan penanaman ( inokulasi ) bibit kedalam media tanam, perlu dilakukan persiapan-persiapan antara lain: a. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan.

    b. Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, tepung jagung dan kapur sampai merata ( homogen ) kemudian diayak. Untuk lebih lengkap formula komposisi media jamur sebagai berikut:

Komposisi Media tanam (kg)

Persyaratan yang harus di miliki serbuk gergajian untuk media pertumbuhan jamur tiram

formula1

dan

Persyaratan yang harus di miliki serbuk gergajian untuk media pertumbuhan jamur tiram

formula2

c. Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 60?-65 % lalu tentukan pH-nya dengan kertas lakmus. Tandanya bahwa campuran sudah tepat yaitu saat campuran itu digenggam maka dapat mengepal tapi tidak mengeluarkan air, maka campuran sudah bagus. d. Memasukkan media tanam kedalam kantung plastik polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan karet pentil. e. Melakukan sterilisasi pada suhu 120 ‘C selama 7 – 8 jam. Itu kondisi paling aman agar baglog kita steril.

f. Mendinginkan media tanam selama 8 – 12 jam dalam ruangan inokulasi. Pada rentang waktu itu langsung dimasukkan bibit ke dalam bag log, walau media masih hangat.

2. Penanaman ( Inokulas) a. Inokulasi dilakukan setelah media tanam dingin dengan suhu antara 22 – 28 ‘C. b. Menyiapknn alat dan bahan yang diperlukan dalam proses penanaman ( inokulasi ). c. Sterilisasi semua alat dan bahan yang akan digunakan d. Membuka penutup/ kertas lilin dan memasukkan bibit dari dalam botol kedalam media tanam dengan menggunakan stik inokulasi. e. Menutup kembali penutup/kertas lilin dan mengikat dengan karet pentil. f. Memindahkan media tanam yang telah ditanami bibit tersebut kedalam ruangan inkubasi sampai tumbuh misellium jamur, Lamanya penumbuhan misellium jamur antara 35-40 hari.

g. Setelah misellium memenuhi kantong plastik dipindahkan ke ruang produksi dengan membuka tutup kontong plastik dan menyemprot air secara teratur

3. Panen

Setelah 10 – 15 hari setelah cincin dibuka, kemudian dapat dipanen untuk pertama kali, panen berikutnya setiap hari  secara teratur selama masa produktif 4 bulan ( jika perawatan bagus bisa lebih). Per log membutuhkan siklus waktu 15 hari untuk panen lagi. Jadi 4 bln x 2 kali penen / bln = 8 kali panen.

–   harga jamur dari petani/ pembudidaya jamur = Rp 10.000 (untuk Jawa Timur), tapi  bisa berbeda beda untuk tiap daerah.

Persyaratan yang harus di miliki serbuk gergajian untuk media pertumbuhan jamur tiram

kumbung jamurku

-7.650553 112.219978