Bentuk teater Indonesia berdasarkan pendukungnya terbagi menjadi empat, berikut penjelasannya.
BAB 1 BEBERAPA PENGERTIAN - Arti dramaturgi - Arti teater - Formula dramaturga
BAB 2 SEJARAH TEATER DI INDONESIA
- Drama kini - Bentuk teaterBAB 3 SENI BERPERAN
- Siapakah Richard boleslovsky itu ? - Ikhtisar ajaran Richard boleslovsky
BAB 4 ARSITEKTUR TEATER
BAB 5 TATA PAKAIAN
a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewadewa . Contoh : teater Wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton . teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru , sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Siapakah Richard Boleslavsky?Richard Boleslavsky was born Bolesław Ryszard Srzednicki on February 4, 1889 in Dębowa Góra, in tsarist Russia-ruled Poland. He graduated from the Tver Cavalry Officers School. He trained as an actor at the First Studio of the Moscow Art Theatre under Konstantin Stanislavski and his assistant Leopold Sulerzhitsky, where he was introduced to the 'system'.[1]
During World War I, Boleslavsky fought as a cavalry lieutenant on the tsarist Russian side until the fall of the Russian Empire. He left Russia after the October Revolution of 1917 for his native Poland, where he directed his first movies. As his birth name was difficult to pronounce, he took the name Ryszard Bolesławski. His Miracle at the Vistula (Cud nad Wisłą) was a semi-documentary about the miraculous victory of the Poles at the Vistula River over the superior Soviet Russian forces during the Polish-Soviet War of 1919-1921. Boleslavsky was married at least three times and had a son - Jan - with his last wife, Norma.
In 1922, Boleslavsky acted in Die Gezeichneten, a German silent film directed by Danish director Carl Theodor Dreyer. In the 1920s, he made his way to New York City, where, now known as "Richard Boleslavsky" (the English spelling of his name), he began to teach Stanislavski's 'system' (which, in the US, developed into Method acting) with fellow émigré Maria Ouspenskaya. In 1923, he founded the American Laboratory Theatre in New York. Among his students were Lee Strasberg, Stella Adler and Harold Clurman, who were all founding members of the Group Theatre (1931–1940), the first American acting ensemble to utilize Stanislavski's techniques.
Offered a contract to direct Hollywood films, Boleslavsky made several significant films with some of the major stars of the day, until his death a few weeks short of his 48th birthday, on January 17, 1937. He is interred in the Calvary Cemetery, East Los Angeles.
For his contribution to the motion picture industry, Boleslavsky has a star on the Hollywood Walk of Fame at 7021 Hollywood Blvd.
Ajaran Richard Boleslavsky
1. ajaran pertama konsentrasi atau pemusatan pikiran a. pendidikan tubuh b. pendidikan intelek dan kebudayaan c. pendidikan dan latihan sukma 2. ajaran kedua ingatan emosi 3. ajaran ketiga laku dramatis 4. ajaran keempat pembangunan watak a. menelaah struktur psikis peran b. penguasaan teknis c. memerikan identifikasi 5. ajaran kelima observasiatau penghayatan 6. ajaran keenam iramaTeater Yunani
adalah kebudayaan teater yang berpuncak pada masa Yunani Klasik antara 550 SM dan 220 SM. Negara-kota Athena, yang ketika itu merupakan salah satu kekuatan militer, politik, dan budaya yang signifikan di Yunani, merupakan pusat kebudayaan teater. Di sana kebudayaan teater diresmikan sebagai bagian dari festival yang disebut Dionysia, yang diselenggarakan untuk memuja dewa Dionisos. Drama Tragedi (akhir abad ke-6), komedi (486 SM), dan sandiwara satir merupakan tiga ragam drama yang muncul. Athena menyebarkan festival tersebut ke berbagai koloni dan sekutunya untuk mempromosikan identitas kultral. Teater Athena memberikan banyak pengaruh terhadap kebudayaan teater Dunia Barat.
Teater Romawi
Sanggeus taun 200 SM, kagiatan seni pindah ti Yunani ka Roma, kitu ogé jeung drama.[1] Drama-drama Romawi kacida pentingna dina kamekaran sajarah lantaran gedé pangaruhna ka jaman Renaissance.[1] Loba panulis Renaissance nu tatapakanana tina drama-drama Yunani nu disadur kana drama Romawi, misalna waé William Shakespeare.[1]
Teater Roma mangrupa hasil adaptasi tina teater Yunani, bédana téh dina scene ditambahan témbok nu jangkung nu disebut FaÇade. Panggung mibanda pungsi minangka jalan.[2] Pamaréntah ngan saukur méré bantuan dina pintonan-pintonan, sedengkeun waragadna mah jadi tanggung jawab jalma nu baleunghar