Persiapan lahan dapat diartikan sebagai upaya menyiapkan lahan sehingga layak sebagai tempat dilakukannya kegiatan pembudidayaan tanaman. Kegiatan persiapan lahan ini berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman yang akan diusahakan, sistem budidaya yang diterapkan dan diproduksi tanaman yang diinginkan yang meliputi : A. Pembersihan dan Pengolahan lahan Pembersihan lahan merupakan kegiatan untuk membersihkan semak, rumput dan sisa tanaman produksi sebelumnya yang tumbuh pada lahan yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan pembabatan, penggunaan herbisida, pencabutan dan pembakaran sisa-sisa tanaman. Tujuannya adalah diperoleh lahan yang siap diolah dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa tanaman). Pengolahan tanah perlu mendapat perhatian, karena banyak tanaman bawang merah gagal sebagai akibat pengolahan tanah yang kurang baik. Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah. Pengolahan tanah merupakan tindakan yang penting untuk menciptakan kondisi media perakaran yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Perlu diingat bahwa tanaman tidak memberikan tanggapan langsung kepada alat yang digunakan dalam mengolah tanah, tetapi pada kondisi tanah yang diciptakan dari pengolahan tanah tersebut. Perlu atau tidaknya tanah diolah harus dilihat dari keadaan kepadatan tanah, kekuatan tanah dan tingkat aerasi. Kepadatan tanah umumnya ditandai dengan tingginya berat isi, sedangkan kekuatan tanah berkaitan dengan fleksibilitas tanah untuk merobah sasarannya. Pengolahan tanah diperlukan bila kondisi kepadatan, kekuatan tanah, aerasi lagi mendukung perakaran tanaman, tidak lagi mendukung penyediaan air dan perkembangan akar serta tingkat kepekaan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk : 1. Untuk mencampur dan menggemburkan tanah. Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis alat pengolahan lapisan bawah tanah yang digunakan. Penggunaan cangkul misalnya, relatif tidak akan banyak terjadinya pemadatan lapisan bawah tanah. 2. Mengontrol tanaman pengganggu dan hama lainnya Dengan mengadakan pengolahan tanah terutama pengolahan tanah sempurna akan dapat menghilangkan tanaman pengganggu dan begitu juga dapat memutus siklus hidup OPT yang merugikan tanaman bawang putih 3. Mencampur sisa tanaman dengan tanah. Dengan melakukan pengolahan tanah, sisa-sisa tanaman bercampur dengan bongkahan-bongkahan kecil dari tanah yang diolah 4. Menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar Kepadatan tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman, dengan adanya pengolahan tanah akan meningkatkan porositas tanah dan sifat-sifat hidrolik tanah sehingga mempermudah penetrasi akar dalam menyerap unsur hara di dalam tanah. (Rahman et al., 2004) menyebutkan bahwa hantaran hidrolik tanah berbanding lurus dengan pori berukuran makro, yang berarti bahwa hantaran hidrolik tanah meningkat dengan makin besarnya volume pori tanah. 5. Mendorong aktifitas mikroorganisme tanah, dan membuang gas-gas beracun dari dalam tanah. Pengolahan tanah memacu aktivitas mikroba yang ditandai oleh meningkatnya jumlah populasi dan aktifitas respirasi. Simulasi ini terjadi karena terganggunya agregat tanah dan tereksposnya bahan-bahan cepat lapuk (degradable material). Menurut Elliott (1986) agregat tanah makro merupakan tempat paling aktif terjadinya proses mineralisasi (perubahan elemen organik menjadi anorganik). Pembalikan tanah dan penghancuran bahan-bahan organik menciptakan zona aktivitas mikroba intensif di lapisan olah. Pengolahan tanah umumnya dillakukan 2 (dua) kali. Pada pengolahan pertama, tanah dicangkul atau dibajak dan dibalik sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dan selanjutnya mengalami pembusukan. Alat yang umum digunakan adalah cangkul, garpu, dan bajak singkal/rotari. Cangkul dan garpu merupakan alat sederhana yang dioperasikan oleh tenaga manusia. Pengolahan tanah dengan cangkul membutuhkan waktu sekitar 44 jam kerja/ha. Bajak singkal dan bajak rotari umumnya digunakan untuk pengolahan pertama. Tenaga penarik bajak dapat berupa traktor tangan berkekuatan 5-10 tenaga kuda (TK), traktor mini (12-12,5 TK), dan traktor besar (30-80 TK). Jumlah bajak yang dapat digandengkan ke traktor bergantung pada sumber tenaga traktor. Traktor tangan biasanya hanya menggunakan 1(satu) bajak, traktor mini 1-2 bajak dan traktor besar 3-8 bajak. Pengolahan Tanah sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat (tidak ada hujan) 2-4 minggu sebelum tanam. Pada awal musim kemarau, keadaan tanahnya mulai kering dan keras, tanah diolah dengan traktor atau pacul/bajak. Olahan tanah dibiarkan kering benar, kemudian disiram air sedikit dan tanah bedengan diratakan. Setelah tanah diratakan, yakni ± 1 minggu sebelum tanam diberikan pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 ton per hektar. Pada tanah yang berat seperti tanah alluvial, pengolahan tanah pada waktu tanah masih basah akan sulit dikerjakan (lengket) dan menghasilkan struktur tanah yang kurang menggumpal. Oleh karena itu sebaiknya pengolahan tanah dikerjakan pada waktu tanah mulai kering. Namun pada tanah ringan seperti tanah andosol/tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dikerjakan setiap saat. Pengolahan Tanah pada budidaya tanaman bawang merah di daerah lahan yang tanahnya berat dan sering banjir seperti di daerah Brebes, Tegal dan sebagainya, pengolahan tanah dilakukan dalam bentuk surjan dengan selokan dalam (lebar selokan 40 era dan dalam selokan 50 cm). Pembuatan surjan-surjan dengan selokan dalam pada bawang Putih tidak lain untuk menciptakan. Kondisi tanah menjadi bergumpal (remah), karena gumpalan tanah olahan mengalami pengeringan. Drainage cepat, karena bedengan surjan tidak terlalu lebar, sedangkan selokannya dalam (pada musim hujan). Tetapi pembuatan selokan yang terlalu dalam (lebih dari 0,5 meter) merupakan pemborosan. Selokan yang dalam dari bedengan surjan ini mempunyai 2 fungsi penting yaitu sebagai berikut: a. Sebagai tempat penampungan air yang dapat digunakan untuk pengairan apabila musim kemarau. b. Merupakan alat pembuangan air (drainage) pada musim hujan atau kelebihan air. Pada tanah berat, pengolahan tanah yang terlalu dangkal, terutama apabila pengolahan tanah dengan traktor, akan menyebabkan terjadinya lapisan keras di bawah bajak traktor, hingga mengakibatkan air tanah menjadi tergenang (tidak porus). Dengan kejadian seperti ini tanaman bawang akan kerdil tumbuhnya dan rendah hasilnya. Oleh sebab itu pembajakan tanah harus dalam (lebih dari 30 cm). Keadaan air tanah yang menggenang dapat menyebabkan hal-hal berikut. Keadaan aerasi kurang baik, akibatnya tanaman kerdil. Beberapa penyakit tanah mudah menyerang akar (leher batang) tanaman bawang. Sumber Pustaka Achmad Hidayat, budidaya Bawang Merah, Balai Penelitian Tanaman sayuran, Jakarta Agus Nurawan, 2009, Peluang Pengembangan Feromon Seks Dalam Pengendalian Hama Ulat Bawang Merah, Journal Litbang pertanian, Bogor Anonimous, 2009, Budidaya Bawang merah, Journal Litbang Pertanian, Jakarta Anonimous, 2009, Bawang Merah, Journal Litbang Pertanian, Jakarta Anonimous, 2003, Perbenihan Bawang Merah, Journal Litbang Pertanian, Jakarta Anonimous, 2005, Penyimpanan Benih dan Pembibitan, IPB, Bogor Edy Suprapto, 2007, Penekanan Hayati Penyakit moler Pada Bawang merah Dengan PGPR, Journal litbang Pertanian, Jakarta Karno, 2009, Buku Petunjuk Penggunaan Agens Hayati Pada Tanaman Hortikultura, Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Plemahan, Kediri Surojo G, 2006, Pemupukan dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk Surojo G, 2006, Penggunaan Benih dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk Surojo G, 2006, Pengelolaan Lahan dan Penyiapan Lahan Media Tanam Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk Standar Oprsional Prosedur (SOP)2015 Budidaya Bawang merah Kabupaten nganjuk Propinsi jawa timur Sumber : Bahan Ajar Kegiatan pendampingan/pengawalan pengembangan dan peningkatan produksi komoditas strategis pertanian melalui pengadaan benih/bibit Tanaman Pangan (kedelai), Hortikultura, Perkebunan, dan peningkatan kinerja SIWAB, Pengadaan Alat Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Tanaman Hortikultura dan Perkebunan serta dukungan Penelitian dan Pengembangan Perbenihan dan Perbibitan Komoditas Strategis Pertanian.yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian, Mahasiswa, Alumni STPP, Dosen, Widyaiswara, Petugas Teknis dan Fungsional (POPT, PBT, Medis Veteriner, Wasbitnak dan fungsional lainnya), Pusat Pelatihan Pertanian, BPSDMP Kementerian Pertanian RI. 2017 Artikel selengkapnya bisa diunduh disini (klik untuk mengunduh)
#Seri Strategi Pendongkrak Produksi Pertanian - Warsana dan Mulyono TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Pengolahan tanah utamanya bertujuan untuk mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah dan tekstur tanah) yang dihendaki oleh tanaman. Dahulu banyak lahan gembur, akibat penggunaan pupuk kimia dan bahan pestisida lain yang tidak terkendali, ditengarai mengakibatkan tanah menjadi padat. Tanaman padi akan tumbuh baik apabila ditanam pada daerah yang subur dan gembur. Kondisi yang demikian menjamin tersedianya unsur hara dan oksigen menjadi cukup, oleh karena itu sebaiknya tanah diolah sedemikian rupa supaya menjadi gembur. Semua tahapan pengolahan tanah secara konvensional ini, biasanya membutuhkan waktu 16-18 hari tergantung pada lahan yang akan dikelola. Dalam mengolah tanah secara konvensional sebaiknya dilakukan satu minggu sebelum masa tanam dilakukan, hal tersebut dilakukan agar dalam kurun setelah pengolahan tanah, hama dan gulma sudah mati dan mikro organisme tanah dan hara yang dibutuhkan tanaman sudah tersedia dalam tanah. Sementara itu, pengolahan tanah secara konversi biasanya terdiri dari pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dan TOT (tanpa olah tanah). Pada olah tanah ini sedikit menarik sebagian para petani karena dalam pelaksanaannya hanya dilakukan 1 tahun sekali untuk tanah yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan 2 tahun sekali apabila tanah memiliki tingkat kepadatan sedang. Tahapan pengolahan tanah bisa diawali dengan bajak, garu dan pembuatan guludan, namun dalam pengolahan tanah ini perlu memperhatikan ketepatan waktu dan ketepatan pengolahannya. Adapun langkah-langkah pengolahan lahan adalah sebagai berikut. a. Pembersihan Pembersihan ini ditujukan pada selokan-selokan agar menjadi bersih guna memperlancar aliran air irigasi yang masuk ke petak sawah. Disamping itu, jerami yang ada perlu dibabat untuk dijadikan kompos. Jerami ikut dibenamkan ke dalam tanah, lebih baik lagi jika ditaburi atau disemprot dengan pembenah tanah (decomposer) agar pembusukannya lebih cepat dan sempurna. b. Pencangkulan Pencangkulan ditujukan untuk memperbaiki pematang dan petak sawah yang sukar dibajak, fungsinya untuk memberishkan pematang dari gulma dan memperkuat pematang sehingga tidak jebol jika air yang masuk ke lahan cukup banyak, apalagi di musim penghujan. Pembersihan pematang juga berfungsi untuk mencegah hama tikus karena pematang yang bersih dengan sendirinya akan membuat tikus tidak nyaman untuk tinggal. c. Pembuatan saluran drainase Saluran Drainase digunakan untuk mengatur tinggi air dan kondisi air lahan. Lahan yang terlalu sering dialiri air/tergenang akan membuat pertumbuhan tanaman padi terhambat d. Pembajakan Pembajakan bertujuan untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah, membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput (jerami) sehingga akhirnya membusuk. Disamping itu, juga untuk mempercepat proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah dengan inkubasi selama satu minggu. e. Penggaruan Prinsip dasar pengaruan adalah meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah. Selama tanah digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar. Lumpur banyak mengandung bahan organik yang subur, jika hanyut maka akan mengurangi tingkat kesuburan lahan. Jika jumlah air yang ada di lahan terlalu banyak maka untuk mengurangi airnya dibuat saluran pembuangan pada lokasi tanah yang paling tinggi. Penggaruan yang dilakukan berulang kali, memberikan keuntungan permukaan tanah menjadi rata, jika belum rata maka dilakukan perataan secara manual, lahan yang rata sempurna akan memudahkan dalam pengaturan air serta pengendalian hama utamanya orong-orong. Pelumpuran dari kegiatan penggaruan akan membuat air yang merembes ke bawah menjadi berkurang. Sisa tanaman atau rumput akan terbenam, sehingga akan menjadi pupuk dan menghambat tumbuhnya gulma dalam jangka waktu tertentu. Adanya penggaruan, maka penanaman menjadi mudah dilakukan
Reporter : Warsana dan Mulyono |