Sebutkan 3 keteladanan dari kisah nabi yaqub alaihissalam

Kastolani · Sabtu, 21 November 2020 - 07:51:00 WIB

Kisah Nabi Yakub AS, Teladan Bagi Orang Tua Dalam Mendidik Anak

JAKARTA, iNews.id - Kisah Nabi Yakub (Ya'qub) alaihisalam patut dijadikan contoh bagi para orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak.

Nama Yakub karena ia lahir dalam keadaan memegang tumit saudaranya. Nabi Yakub diangkat Allah menjadi seorang rasul. Ia juga disebut Israil, karena Nabi Yakub sering kali melakukan perjalanan di malam hari.

Nabi Yakub AS termasuk yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai, al-Karim ibnu al-Karim ibnu al-Karim ibnu al-Karim (HR al-Bukhari) ketika memuji keturunan Nabi Yusuf AS.

Karena keempat-empat nama tersebut adalah silsilah empat orang nabi yang tidak terputus. Yang Mulia anak Yang Mulia anak Yang Mulia anak Yang Mulia, Yusuf anak Yakub anak Ishaq anak Ibrahim Alaihimussalam.

Nabi Yakub merupakan putra Nabi Ishaq bin Ibrahim as.

Kelahiran Yakub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim yang terdiri atas beberapa malaikat dari istrinya Sarah. Saat itu. Para malaikat diutus untuk memberitahukan ke Nabi Luth tentang azab yang akan ditimpakan ke kaumnya karena berbuat di luar batas dengan berperilaku seks menyimpang menyukai sesama jenis.

Kisah Nabi Yakub ini terangkum dalam Alquran di antaranya Surat Maryam, Surat Hud, Surat Al Anbiya, Surat Shad, Surat Al Ankabuut, dan Surat Ash Shofat.

Allah SWT berfirman

فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۙوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا

Artinya: Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Yaqub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (QS. Maryam: 49)

Dalam surat lain disebutkan:

وَلَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُنَآ اِبْرٰهِيْمَ بِالْبُشْرٰى قَالُوْا سَلٰمًا ۖقَالَ سَلٰمٌ فَمَا لَبِثَ اَنْ جَاۤءَ بِعِجْلٍ حَنِيْذٍ

Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:"Selamat". Ibrahim menjawab:"Selamatlah," maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (QS. Hud: 69)

فَلَمَّا رَاٰىٓ اَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ اِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً ۗقَالُوْا لَا تَخَفْ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمِ لُوْطٍۗ

Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata:"Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth". (QS. Hud: 70)

وَامْرَاَتُهٗ قَاۤىِٕمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنٰهَا بِاِسْحٰقَۙ وَمِنْ وَّرَاۤءِ اِسْحٰقَ يَعْقُوْبَ

Dan isterinya berdiri (di sampingnya) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan sesudah Ishak (lahir pula) Yaqub. (QS. Hud: 71)

قَالَتْ يٰوَيْلَتٰىٓ ءَاَلِدُ وَاَنَا۠ عَجُوْزٌ وَّهٰذَا بَعْلِيْ شَيْخًا ۗاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ

Istrinya berkata:"Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku dalam keadaan yang sudah tua pula Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh". (QS. Hud: 72)

قَالُوْٓا اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ رَحْمَتُ اللّٰهِ وَبَرَكٰتُهٗ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِۗ اِنَّهُ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ

Para malaikat itu berkata; "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah". (QS. Hud: 73)

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash Shoffat: 112)

وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ

Artinya: Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (QS. Ash Shoffat: 113)

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتٰبَ وَاٰتَيْنٰهُ اَجْرَهٗ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ

Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan padanya balasan di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Al Ankabuut: 27)

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ

Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Yaqub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. (QS. Al Anbiya: 72)

وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَۙ

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (QS. Al Anbiya: 73).

Satu ketika Nabi Yakub berselisih dengan saudara kembarnya itu. Ibunda mereka berdua menasihati si bungsu untuk pergi menjauhkan diri ke tempat saudara bapaknya di Harran, Iraq.

Keluarga Nabi Ishaq AS ketika itu tinggal menetap di Palestina. Ini bermakna, Nabi Yakub pergi ke tempat asal datuk baginda, Nabi Ibrahim AS.

Tiba di Harran, Yakub muda berjumpa dengan saudara bapaknya yang bernama Laban ibn Batuil, saudara lelaki bunda beliau. Di rumah Laban, Ya’qub tertarik hatinya dengan anak perempuan bungsu Laban yang bernama Rahil (Rachel).

Yakub lalu mengutarakan hasratnya dan gayung pun bersambut dengan syarat harus bekerja dengan Laban selama tujuh tahun. Yakub menyanggupi. Maka selama 7 tahun Ya'kub bekerja di situ demi bisa memetik buah hatinya.

Tujuh tahun berlalu, hari pernikahan pun ditetapkan. Akan tetapi Laban memberi tahu Ya’qub bahwa adat istiadat di sana tidak boleh seorang adik mendahului nikah sebelum kakaknya. Jadi Ya’qub mesti nikah dengan kakak Rahil dahulu yaitu Laya (Leah).

Laban merencanakan jika Yakub mau tetap nikah dengan Rahil maka dia harus bekerja tujuh tahun lagi. Ini pun disanggupi Yakub. Ketika itu belum ada larangan menikahi adik beradik dan ini dimasukhkan oleh Kitab Taurat kelak pada zaman Nabi Musa AS.

Bahkan Yakub kemudian dihadiahi budak oleh Laya dan Rahil sehingga baginda mempunyai empat orang istri di Harran.

Bertahun-tahun kemudian, Yakub memiliki harta kekayaan yang berlimpah di negeri Harran karena selalu berpegang teguh kepada perintah-perintah Allah di mana pun berada. Nabi Yakub juga tidak mengikuti kebiasaan penduduk negeri di sekitarnya.

Nabi Yakub dalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan. Yakub mendidik anak-anaknya dengan pendidikan dan hikmah yang baik, memberikan nasihat kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka.

Nabi Yakub as memiliki dua belas  anak yang Allah sebut mereka dengan sebutan asbat (keturunan Ya’qub) dalam Alquran. Dari Rahil lahirlah Nabi Yusuf AS dan Bunyamin. Dan dari Laya lahirlah Rubil, Syam’un, Lawi, Yahuda, Isakhar dan Zabilon.

Dari budak milik Rahil lahir dan Naftali, serta dari budak milik Laya lahir Jad dan Asyir. Nabi Yakub juga mempunyai seorang anak perempuan bernama Dinah.

Dari 12 anak itu, Nabi Yakub memberi perhatian lebih terhadap Yusuf yang kelak meneruskan risalahnya menjadi nabi.

Nabi Yusuf lahir di Syam dari rahim Rahil, istri kedua Nabi Ya'qub AS. Yusuf dikenal orang yang bijaksana, tampan, dan bisa menafsirkan mimpi.

Dalam Surat Yusuf ayat 4, Allah SWT berfirman:

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Artinya: Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”

Ibnu Abbas mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Ulama tafsir telah membahas tentang makna mimpi ini, bahwa ungkapan sebelas bintang dimaksudkan adalah saudara-saudara Nabi Yusuf yang jumlah keseluruhannya ada sebelas orang; jumlah anak Nabi Yaqub ada dua belas orang termasuk Nabi Yusuf.

Takwil mimpi Nabi Yusuf ini baru terealisasi sesudah selang empat puluh tahun kemudian, pendapat lain mengatakan sesudah delapan puluh tahun. Yang demikian itu terjadi ketika Nabi Yusuf mempersilakan kedua orang tuanya untuk menduduki kursi singgasananya, sedangkan semua saudaranya berada di hadapannya.

Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf "Wahai ayahku, inilah tabir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.”(Yusuf: 100)

Rasulullah Saw bersabda:
"Setelah Yusuf melihat mimpinya itu dan ia menceritakannya kepada ayahnya Ya’qub, maka Ya’qub berkata kepadanya, "Ini merupakan suatu perkara yang berpecah belah, lalu Allah menghimpunkannya kembali sesudah itu.” Matahari adalah ayahnya, sedangkan bulan adalah ibunya.

Allah SWT berfirman:

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Ayahnya berkata "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5)

Allah Swt menyebutkan tentang perkataan Nabi Yaqub kepada anaknya yaitu Nabi Yusuf setelah menceritakan kepadanya apa yang telah dilihatnya dalam mimpinya itu. Mimpi itu berarti bahwa kelak semua saudara Yusuf akan tunduk dan menghormatinya dengan penghormatan yang sangat besar; karena kelak mereka akan bersujud kepadanya demi menghormati, mengagungkan, dan memuliakannya.

Mendengar penuturan Yusuf, ayahnya Yaqub merasa khawatir bila Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, karena mereka pasti akan merasa dengki terhadapnya, lalu mereka akan membuat tipu daya untuk membinasakannya.

Kasih sayang Ya'qub kepada Yusuf membuat iri hati saudara-saudaranya. Hal ini dikisahkan dalam Alquran.

"Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.

"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayah kalian tertumpah kepada kalian saja. dan sesudah itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik.”

Seorang di antara mereka berkata, "Janganlah kalian bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kalian hendak berbuat.”

Setelah mereka bersekongkol untuk mengambil Yusuf dan akan membuangnya ke dasar sumur lalu mereka datang menghadap ayah mereka (yaitu Yaqub a.s.) dan mereka berkata:

"Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. (Yusuf: 11)

Berkata Yaqub, "Sesungguhnya kepergian kalian bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kalian lengah darinya.”

Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Yaqub a.s. ketika melepas Yusuf pergi bersama mereka terlebih dahulu memeluk, menciumi, dan mendoakannya.

Wallahu A'lam Bishshawab.

Editor : Kastolani Marzuki

Tag: Kisah Nabi Yusuf | Kisah Nabi Ibrahim AS | Kisah nabi Yakub as