Pernahkah kamu berpikir mengapa terdapat kesenjangan sosial di sekitar kita? Mengapa ada perbedaan posisi sosial antara si kaya dan si miskin? Mengapa sebagian besar individu berlomba-lomba untuk mengubah taraf kehidupannya untuk mendapatkan tempat terhormat dimata masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab melalui konsep Sosiologi yang dikenal dengan istilah mobilitas sosial. Show Realitanya pada masyarakat kita terdapat suatu sistem yang dikenal dengan istilah hirarki sosial, adapun hirarki sosial itu sendiri dapat kita ibaratkan sebagai tangga, terdapat individu-indivudu tersebar di tingkatan tangga, ada yang sudah berada di tangga atas dan ada yang masih di tangga bawah, ada pula yang berada di tengah sedang berusaha untuk berpindah posisi ke puncak tangga. Nah, para individu/kelompok yang melakukan upaya perpindahan posisi sosial disebut dengan istilah mobilitas sosial. Secara alamiah, sebagian besar individu berlomba-lomba merubah posisi sosialnya dan mencapai puncak hirarki sosial, tujuannya bisa bermacam-macam: ada yang ingin mendapatkan pengakuan oleh masyarakat luas (status sosial), ada yang ingin keluarganya dihormati, dan lain sebagainya. Apapun tujuannya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari mobilitas sosial. Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya: Nah, penting diketahui, mobilitas sosial bukan hanya mengenai hasil perpindahan posisi sosial menjadi lebih tinggi namun bisa menjadi lebih rendah (mobilitas sosial vertikal), ada pula orang yang berpindah posisi sosial namun tetap berada pada level/derajat yang sama (mobilitas sosial horizontal). Contoh lebih lanjut akan dijelaskan pada bagian bentuk dan contoh dari mobilitas sosial ya. Istilah mobilitas sosial serta hirarki sosial sangat erat kaitannya dengan istilah meriktorasi. Meriktorasi digunakan untuk menggambarkan tipe masyarakat dimana kekayaan, pendapatan dan status sosial didapatkan melalui kompetisi. Artinya, kesempatan setiap individu dalam mencapai puncak hirarki tidaklah pernah sama. Adapun kemampuan seseorang untuk berpindah posisi sosial sangat ditentukan oleh modal ekonomi, sosial dan budaya. Bagi anak yang berasal dari keluarga mampu, bersekolah di universitas ternama dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi mungkin adalah hal yang mudah, namun bagi anak yang bukan berasal dari keluarga berada, bersekolah hingga tingkatan universitas mungkin hanyalah sekedar angan-angan karena keluarganya hanya mampu membiayai ia hingga jenjang SMP. Bentuk dan Contoh Mobilitas Sosial1. Mobilitas Sosial VertikalPernahkah kamu mendengar ada berita yang cukup viral di Indonesia mengenai kisah perempuan berprestasi bernama Raeni yang merupakan anak tukang becak? Raeni yang bukan berasal dari keluarga berada dan terpandang di Semarang berhasil dikenal orang sebagai wisudawan terbaik di Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3.96. Tak selesai disitu, ia kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 melalui beasiswa LPDP di Universitas Birmingham di Inggris. Kisah hidup Raeni dengan jelas menggambarkan adanya fenomena mobilitas sosial vertikal ke atas / naik. Raeni berhasil mengubah posisi sosial dirinya serta keluarganya menjadi lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya dengan segala keterbatasan ekonomi yang ada. Meskipun ayah Raeni berpendidikan rendah dan berprofesi sebagai tukang becak namun Raeni mampu menempuh jenjang pendidikan tertinggi berkat usaha dan kerja kerasnya hingga akhirnya Raeni mampu berprofesi sebagai dosen.
Beralih ke contoh selanjutnya, masih ingat mantan ketua DPR RI, Setya Novanto yang terbukti bersalah dalam kasus korupsi e-KTP? Karena kasus korupsinya tersebut ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda 500 juta dan dicabut hak politiknya selama 5 tahun oleh pengadilan. Hal yang dialami Setya Novanto dapat kita sebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke bawah / turun. Dalam hal ini, Setya Novanto telah berpindah posisi sosial menjadi lebih rendah dibandingkan keadaannya sebelumnya. Ia yang sebelumnya memiliki jabatan terhormat sebagai ketua DPR kemudian berubah menjadi seorang narapidana dan kehilangan status sosialnya di mata masyarakat. Masih berkaitan dengan mobilitas sosial vertikal, ada yang disebut sebagai mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Penjelasannya sebagai berikut:
2. Mobilitas Sosial HorizontalDalam mobilitas horizontal, perpindahan posisi sosial individu tidak menjadi lebih tinggi ataupun lebih rendah, melainkan sejajar seperti pada posisi sosial sebelumnya. Itulah mengapa dikategorikan horizontal. Sebagai contoh, seorang guru SMA dipindah tugaskan dari Bandung ke Jakarta. Guru tersebut tergolong mengalami mobilitas sosial horizontal karena ia hanya berpindah tempat kerja namun tidak berpindah posisi sosial. Ia tidak mengalami perubahan jabatan menjad lebih tinggi atau rendah dibandingkan sebelumnya Faktor Pendorong Mobilitas SosialTerdapat beberapa faktor yang dapat mendorong serta memudahkan individu untuk melakukan mobilitas sosial, yaitu sebagai berikut:
Faktor Penghambat Mobilitas SosialTerdapat beberapa faktor yang dapat menghambat individu untuk melakukan mobilitas sosial, yaitu sebagai berikut:
Saluran Mobilitas SosialTerdapat beberapa saluran yang memungkinakan individu untuk melakukan mobilitas sosial, yaitu sebagai berikut: Tingkat pendidikan dianggap sebagai faktor penting yang dapat meningkatkan status sosial seseorang. Institusi pendidikan dimaksud bukan hanya pendidikan formal, namun juga informal dan non-formal. Sebagai contoh, sekolah dan universitas merupakan institusi pendidikan yang berperan sebagai saluran mobilitas vertikal bagi seseorang yang ingin mendapatkan pekerjaan yang mapan dan meningkatkan taraf kehidupannya. Tempat-tempat keagamaan memungkinkan orang untuk melakukan mobilisasi sosial. Seorang pemuka agama seperti seorang Ustad atau Pastor dipandang sebagai orang yang berkedudukan tinggi dan dihormati oleh masyarakat. Organisasi politik seperti partai politik merupakan saluran yang memungkinkan individu untuk melakukan mobilitas sosial vertikal. Para tokoh-tokoh politik cenderung dipandang memiliki status sosial yang tinggi dimata para pendukungnya serta masyarakat luas. Dalam hal ini organisasi ekonomi sebagai saluran mobilitas sosial dapat merujuk pada suatu perusahaan. Individu yang bekerja pada perusahaan dapat melakukan mobilitas sosial karena perusahaan memungkinkan orang untuk saling berkompetisi menduduki jabatan tertentu dan merubah status sosialnya. Hampir sama dengan institusi pendidikan, organisasi keahlian sepert Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memungkinkan orang untuk mendapatkan status sosial tertentu dan mendapat pengakuan dari masyarakat. Akademi militer merupakan saluran mobilitas yang dapat mendorong individu untuk melakukan perpindahan posisi sosial dengan cara mencapai pangkat kemiliteran tertentu. Seorang individu dapat merubah nasib dirinya dan memperoleh status sosial tertentu dengan menjalin ikatan pernikahan dengan pasangan yang memiliki status sosial tinggi dari dirinya. Dengan mengkonsumsi produk seperti pakaian rancangan desainer ternama dan barang-barang mewah, seseorang dapat memperoleh status sosial yang tinggi dimata masyarakat. Dampak Mobilitas Sosial(+) Dampak Positif
(-) Dampak Negatif
Kontributor: Sabrina Burhanudin, S.Sos. Materi lainnya di StudioBelajar.com:
|