Sebutkan hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan teks

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan teks petunjuk:

  1. Cantumkan hal-hal yang dianggap penting.
  2. Tuliskan petunjuk secara rinci dan runtut.
  3. Cantumkan keterangan secara lengkap dan jelas.
  4. Gunakan bahasa yang singkat, jelas dan komunikatif.
  5. Jika perlu sertakan ilustrasi pendukung seperti gambar.

paket-wisatabromo.com-Senang rasanya berjumpa lagi dengan kamu.  Apalagi kalau kamu dalam keadaan sehat dan semangat belajar bahasa Indonesia. Sampai manakah pelajaran bahasa Indonesia kamu saat ini? Oh, tentu sedang sibuk membahas jenis teks persuasi bersama teman dan gurumu.  Ada referensi  jenis teks persuasi yang kamu dapatkan di sini, yaitu hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan teks persuasi lisan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan teks persuasi lisan ini berhubungan dengan materi menulis teks persuasi. Namun, disampaikan melalui kegiatan berbicara.

Oleh karena itu, hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan teks persuasi lisan ini dibahas berkaitan aspek keterampilan berbicara. Aspek ini di dalam kurikulum 2013 tergolong ke dalam aspek keterampilan.

Teks persuasi lisan berhubungan dengan aspek berbicara. Tentu saja terdapat perbedaan antara persuasi lisan dengan persuasi tulis. Pasti kamu sudah tahu perbedaannya.

Sekarang, kamu cermati hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan teks persuasi lisan, ya.

Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan saat kamu menyajikan teks persuasi secara lisan berkaitan dengan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.

Aspek Kebahasaan
1. Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.

Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing kita mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran.

Akan tetapi, jika perbedaan dan perubahan itu terlalu mencolok sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

Pengucapan bahasa dianggap baik diantara kalimat-kalimatnya fungsional dan situasional sesuai dengan jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya tepat, ketepatan pelafalan bunyi-bunyi vokal dan konsonannya dan memiliki pola-pola intonasi yang tepat serta tekanan kata maupun kalimat yang jelas dan pasti.

Ada pendapat bahwa kesalahan dalam mengucapkan konsonan dan vokal akan menyebabkan arti yang berbeda dengan apa yang diucapkan.

Pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu berbeda.

2. Penempatan Tekanan, Nada, Jangka, Intonasi, dan Ritme

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara.

Suatu topik pembicaraan mungkin kurang menarik, namun dengan penempatan tekanan, nada, jangka, intionasi dan ritme yang tepat, maka pembicaraan tersebut akan menjadi menarik.

Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja, maka mungkin akan timbul kejenuhan pada pendengar dan keefektifan dalam berbicara tentu akan berkurang.

Bahkan tidak tepatnya penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme dapat membuat perhatian pendengar beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga topik atau pokok pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan.

3. Penggunaan Pilihan Kata dan Kalimat

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas,maksudnya mudah  dipahami oleh pendengar yang menjadi sasaran.

Pendengar akan lebih paham bila kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang lazim dikenal oleh pendengar.

Demikian pula dengan penggunaan kalimat hendaknya diperhatikan. Kamu harus perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar pada berbagai kesempatan dalam proses belajar mengajar.

Aspek NonKebahasaan

Adapun aspek non kebahasaan antara lain:

1. Sikap Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan yang kurang menarik. Padahal hal ini sangat menjamin adanya kesinambungan perhatian pendengar.

Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integrasi dirinya.

Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.

Penguasaan materi yang baik akan menghilangkan kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan.

Jika sudah biasa, lama kelamaan sikap gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang.

2. Pandangan Harus Diarahkan kepada Lawan Bicara

Ketika pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, maka pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering diabaikan oleh pembicara itu sendiri.

Pandangan yang tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.

Banyak pembicara kita saksikan berbicara dengan tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang.

3. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat orang lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya jika ternyata memang keliru.

4. Gerak Gerik dan Mimik yang Tepat

Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan dalam berbicara.

Hal-hal yang penting selain tekanan, biasanya juga dibantu oleh gerakan tangan dan mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi.

Namun, gerak gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan dalam berbicara. Karena boleh jadi perhatian pendengar terarah pada gerak gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pokok pembicaraan kurang dipahami.

5. Kenyaringan Suara

Tingkat kenyaringan suara tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar. Tetapi perlu diperhatikan bahwa diasahakan agar tidak berteriak. Aturlah kenyaringan suara agar dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas.

6. Kelancaran

Seorang yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan.

Seringkali kita mendengar seorang pembicara berbicara dengan terputus-putus, bahkan bagian-bagian yang terputus tersebut diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu daya tangkap pendengar.

Misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, dan sebagainya. Namun sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyebabkan pendengar sulit menangkap dan memahami pokok pembicaraan.

7. Relevansi atau Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubunhan dan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis.

Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat hendaknya relevan dengan pokok pembicaraan.

8. Penguasaan Topik

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan yang baik agar topik yang akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara.

Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran berbicara.

Dengan demikian, penguasaan topik sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

Hal ini akan berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman. Jika pengetahuan dan pengalaman luas, maka pembicara dengan mudah menguasai topik pembicaraan yang disajikan.

Langkah-Langkah Berbicara

Dalam berbicara terdapat langkah-langkah yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang pembicara. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang baik yaitu:

1. Memilih Topik Pembicaraan

Dalam memilih topik pembicaraan harus menyesuaikan dengan kondisi sekitar terutama kondisi pendengar.

Komunikan harus pandai dalam menentukan tema pembicaraan agar apa yang disampaikan dapat menarik perhatian pendengar.

Sangat ditekankan dalam pemilihan topik, memuat informasi terbaru, terpercaya dan menarik.

2. Menentukan Tujuan

Menentukan tujuan bermakna topik pembicaraan yang diangkat diarahkan ke hal yang lebih spesifik agar topik pembicaraan tidak meluas.

Selain itu, makna menentukan tujuan bermakna kepada siapa akan disampaikan pembicaraan yang kita angkat.

3. Mengumpulkan Bahan

Berdasarkan tema pembicaraan yang dipilih maka komunikan harus memperlajari lebih mendalam tentang maksud tema pembicaraan agar menentukan bahan yang dibutuhkan. Entah bahan berupa alat peraga pembicaraan atau media penunjang lainnya.

4. Menyusun Kerangka Pembicaraan

Menyusun kerangka pembicaraan sangat dibutuhkan agar saat berbicara di depan umum alur pembicaraan terstruktur. Selain itu, kerangka pembicaraan dapat membantu kecemasan saat berbicara.

Kelangsungan kegiatan berbicara dipengaruhi oleh si pembicara sendiri itu. Pembicara harus memperhatikan beberapa hal agar kegiatan berbicara berjalan dengan baik.

Kerangka pembicaraan dalam menyajikan teks persuasi lisan harus disamakan dengan kerangka teks persuasi. Kerangka teks persuasi terdiri atas beberapa hal berikut ini.

1. Pengenalan isu, yakni berupa berupa pengantar atau penyampaian tentang masalah yang menjadi dasar tulisan atau pembicaraannya itu.

2. Rangkaian argumen, yakni berupa sejumlah pendapat penulis/pembicara terkait dengan isu yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat  argumen-argumennya itu.

3. Pernyataan ajakan, yakni sebagai inti dari teks persuasi yang di dalamnya dinyatakan dorongan kepada pembaca/pendengarnya untuk melakukan sesuatu.

Pernyataan itu mungkin disampaikan secara tersurat ataupun tersirat. Adapun kehadiran argumen berfungsi untuk mengarahkan dan memperkuat ajakan-ajakan itu.

Teks persuasi ditandai oleh kehadiran ajakan di dalamnya. Adapun yang dimaksud dengan ajakan adalah kata-kata atau perbuatan untuk mengajak atau mengundang.

Ajakan dapat pula berarti anjuran, imbauan, dan sebagainya (untuk melakukan sesuatu). Biasaya digunakan kata: harus, hendaknya, sebaiknya, usahakanlah, jangan, hindarilah, marilah, ayolah, dan sejenisnya.

4. Penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya, yang biasanya ditandai oleh ungkapan-ungkapan seperti demikianlah, jadi, dengan demikian, oleh karena itulah.

Menurut Maidar yang dikutip dalam Isnani yaitu:

(a) menguasai masalah yang dibicarakan,

(b) mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan,

(c) pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar,

(d) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat,

(e) pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu,

(f) pembicara sopan, hormat, dan melihatkan rasa persaudaraan,

(g) dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan,

(h) kenyaringan suara, serta

(i) pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara sepenuhnya

Baca: Menyajikan Teks Persuasi secara Tertulis dan Contohnya yang Tepat

Demikian penjelasan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan teks persuasi lisan. Semoga bermanfaat.