Isi Trikora – Kembali lagi dengan dosenpintar.com pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas mengenai isi tritura, latar belakang tujuan serta tokoh tritura, maka kali ini kita akan membahas artikel mengenai isi Trikora ( Tri komando rakyat) untuk menggabungkan wilayah irian barat, konflik ini berlangsung selama 2 tahun . Nah langsung aja yuk simak artikel ini beserta ulasan lengkapnya dibawah. Show
Pengertian TrikoraOperasi Trikora atau (Tri Komando Rakyat) merupakan konflik selama 2 tahun yang dilakukan oleh Negara Indonesia untuk menggabungkan wilayah Irian Barat atau (Papua). Pada saat itu, pemerintah Indonesia melakukan banyak upaya untuk mengembalikan irian barat menjadi bagian Negara Indonesia. Persiapan pemerintah adalah persiapan militer, pelaksanaan diplomasi, kebijakan ekonomi dan konfrontasi total. Pada tanggal 19 Desember 1961, Sukarno (Presiden Indonesia) mengumumkan implementasi Trikora di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Sukarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Suharto telah ditunjuk sebagai komandan. Misi dari perintah ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan dan melakukan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Sejarah TrikoraKetika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada pada tanggal 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia mengklaim bahwa seluruh bagian wilayah Hindia Belanda, termasuk juga wilayah barat (Papua) . Namun saat itu Belanda menganggap bahwa wilayah itu masih merupakan salah satu provinsi dari Kerajaan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian melakukan persiapan untuk dapat menjadikan Papua sebagai negara merdeka yang selambat lambatnya pada tahun 1970-an. Tetapi pemerintah Indonesia menentangnya dan Papua menjadi daerah sengketa antara Indonesia dan Belanda. Ini kemudian dibahas pada beberapa pertemuan dan di berbagai forum internasional. Pada konferensi meja bundar 1949, Belanda dan Indonesia gagal untuk mencapai keputusan mengenai wilayah Irian Barat (Papua), akan tetapi setuju bahwa masalah ini akan dibahas lagi dalam satu tahun. Baca Juga : Pengertian Listrik Pada pertemuan Meja Bundar (KMB) di tahun 1949, pada saat itu antara Indonesia dan Belanda tidak mencapai titik kesepakatan, akan tetapi setuju bahwa masalah ini akan dibahas lagi tahun depan. Pada tahun 1950, PBB mengeluarkan dekrit yang memberikan Papua Barat hak untuk kemerdekaan sesuai dengan isi pasal 73e Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Belanda kemudian mengundang Indonesia ke Pengadilan Internasional untuk menyelesaikan masalah tersebut, tetapi Indonesia menolak. Belanda mempercepat program pendidikan untuk mempersiapkan kemerdekaan Papua di Barat, diantaranya adalah mempersiapkan Akademi Angkatan Laut pada tahun 1956 dan tentara Papua pada tahun 1957. Indonesia juga tidak mau kalah, itu adalah yaitu aksi pembentukan provinsi Irian barat pada 17 Agustus 1956 dengan Zainal Abidin Syah sebagai gubernur pertama. Amerika Serikat khawatir bahwa Komunis akan mengambil keuntungan dari situasi ini, sehingga Amerika Serikat mengambil langkah-langkah untuk mendorong Belanda bernegosiasi ulang dengan Indonesia. 15 Agustus 1962 New York Amerika Serikat akhirnya setuju. Australia menjadi pendukung Papua sebagai bagian dari Indonesia karena tekanan dari Amerika Serikat. Pada 19 Desember 1961, Sukarno mengumumkan implementasi Trikora di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Jadi Sukarno dan teman-temannya tidak tinggal diam. Sukarno membentuk perintah mandala. Mayor Jenderal Suharto, yang diangkat dan ditunjuk sebagai kepala perang untuk melawan Belanda, merebut Irian Barat. Tugas komando ini adalah merencanakan, menyiapkan, dan melakukan operasi militer untuk menggabungkan Papua Barat dengan Indonesia.
Tujuan TrikoraIntinya, tujuan dari Trikora adalah merebut kembali irian barat dari Belanda. Yang lebih jelas adalah isi kandungan dari Trikora yang mengagalkan pembentukan negara boneka Papua yang dibuat di Belanda. Yang kedua adalah megibarkan bendera merah putih di wilayah irian barat, yang menjadi bagian tanah air Indonesia. Yang ketiga siap membela kemerdekaan, persatuan tanah air Bangsa Indonesia. Baca Juga : Contoh Makalah Pengertian, Jenis dan Ciri Akhir dari konflikKhawatir bahwa komunis akan mendapat keuntungan dari konflik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk bernegosiasi dengan Indonesia. Sebagai hasil dari upaya ini, perjanjian New York dicapai pada 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia, yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua, juga mengubah posisinya dan mendukung merger dengan Indonesia di bawah dorongan Amerika Serikat. Isi Persetujuan New YorkPada 15 Agustus 1962, negosiasi antara Indonesia dan Belanda berlangsung di markas besar PBB di New York. Dalam negosiasi, Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi perjanjian New York adalah sebagai berikut: Belanda akan menyerahkan pemerintah Irian Barat ke Otoritas Eksekutif Sementara PBB (UNTEA), yang dibentuk oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintah ke Indonesia.
Setelah PenggabunganSetelah Irian Barat bergabung dengan Indonesia dengan nama Irian Jaya, Indonesia mengambil posisi sebagai berikut:
Baca Juga : Situs Download Drama Korea Semoga artikel mengenai isi trikora dapat dalam menambah ilmu serta wawasannya tentang sejarah bangsa indonesia, jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatannya ya. Sampai ketemu lagi di artikel-artikel selanjutnya yang pastinya lebih menarik. Baca Juga :
Isi Trikora ( Tri Komando Rakyat ) : Tujuan, Latar Belakang, Sejarah Awal Hingga Akhir – Dalam hal ini pemerintah melakukan banyak upaya dengan tujuan mengembalikan irian barat menjadi bagian dari Indonesia. Dalam Trikora banyak persiapan yang dilakukan pemerintah, mulai dari persiapan militer, melakukan diplomasi, kebijakan ekonomi dan konfrontasi total. Dari segi militer, persiapan Indonesia yaitu mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. isi trikoraDari segi diplomasi, persiapan Indonesia yaitu mendekati berbagai negara seperti Australia, India, Pakistan, Selandia Baru, Thailand, Jerman, Britania Raya, dan Perancis agar tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dari segi ekonomi pada tanggal 27 Desember 1958, Presiden Soekarno mengeluarkan undang-undang nomor 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : VOC : Sejarah, Hak Istimewa, Kebijakan, Tujuan, Dan Latar Belakang VOC LATAR BELAKANG TRIKORAKetika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun. Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB. Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua bagian barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Papua bagian barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956. Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pembacaan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 Tri Komando Rakyat (Trikora)Berbagai cara dan usaha Indonesia untuk membebaskan Irian Barat belum menunjukan hasil yang nyata. Belanda makin bersikap keras dan tidak mau mengalah. Bahkan, Belanda kemudian menyatakan bahwa Irian Barat merupakan wilayah Belanda sebagai bagian dari Nederlands. Oleh belanda, Irian Barat disebut dengan Nederlans-Nieuw Gunea. Menghadapai kenyataan bahwa berbagai cara yang ditempuh belum berhasil maka Indonesia maningkatkan konfrontasi di segala bidang. Tanggal 17 Agustus 1960 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan belanda. Perjuangan pembebesan Irian Barat selanjutnya diarahkan dengan cara militer. Untuk menghadapi konfrontasi, pemerintahan melakukan perjanjian pembelian senjata dari luar negeri, seperti dengan Uni soviet. Selain itu, Indonesia juga mencari dukungan dengan negara-negara lain. Melihat aksi Indonesia, Belanda tidak tinggal diam, Bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua. Dewan ini akan menyelenggarakan penentuan nasib sendiri bagi rakyat Irian Barat. Bahkan lebih lanjut, Belanda menunjukkan keberanian dan kekuatannya dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Dengan kenyataan itu, perjuangan pembebasan Irian Barat secara militer tampaknya tidak mungkin dihindarkan. Usaha-usaha Pemerintah Indonesia untuk mencari penyelesaian dimeja perundingan, baik dalam ikatan Uni Indonesia-Belanda maupun melalui PBB tidak berhasil, sebab Belanda ingin tetap menguasai Irian. Setelah usaha-usaha secara damai itu gagal, Pemerintah mulai menempuh jalan konfrontasi. Dalam tahun 1957 dibentuk Fron Nasional pembebasan Irian Barat. Dalam tahun itu pula perusahaan-perusahaan milik Belanda diambil alih. sejak tahun 1960 hubungan diplomatik dengan Belanda diputuskan, pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno merencanakan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang ada pada pokoknya berisi seruan untuk membebaskan Irian. Untuk meningkatkan perjuangan, Dewan Pertahanan Nasional merumuskan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang telah direncanakan, yang dibacakan Presiden Soekarno tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Berikut ini isi lengkap Trikora : Isi Trikora
Sebagai tindak lanjut dari isi Trikora, pemerintah mengambil langkah-langkah berikut.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia Menurut Ahli Sejarah Upaya Pengembalian Irian Barat
Hasil keputusan KMB dapat dikatakan sebagai puncak perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Belanda tidak mengindahkan hasil-hasil KMB. Karena sampai akhir taun 1950 sebagai batas penyerahan atas Irian Barat. Untuk mengatasi masalah Irian Bara, Indonesia menempuh berbagai cara untuk mengembalikan Irian Barat sebagai berikut. Perundingan langsung dengan belandaProgram upaya dalam rangka pengembalian Irian Barat melalui jalur diplomasi bilateral antara Indonesia dan Belanda telah menjadi ketetapan program kabinet natsir dan kabinet-kabinet berikutnya. Usaha diplomasi langsung dengan dengan Belanda ini mengalami kegagalan karena belanda tetap bersikeras menguasai Irian Barat. Bahkan, dengan persetujuan parlemen, secara sepihak Belanda memasukkan Irian Barat kedalam wilayah kerajaan belanda. Peristiwa ini terjadi pada bulan agustus 1952. Diplomasi PBBKabinet Ali Sastroamidjojo I berhasil membawa masalah Irian Barat ke forum PBB, namun tidak membuahkan hasil. Kabinet Burhanuddin melanjutkan usaha kabinet yang digantikannya dengan membawa masalah Irian Barat kesidang majelis umum PBB. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) Pihak Belanda menanggapi usaha Indonesia dengan meyakinkan sidang PBB bahwa masalah Irian barat adalah masalah bilateral antara Indonesia dan Belanda. Tentunya pernyataan belanda ini tidak diterima oleh Indonesia, sehingga pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo I seluruh persetujuan KMB dibatalkan. Pada tahun 1956, Belanda tetap bersikeras ingin menguasai Irian Barat. Oleh karena itu, Indonesia berusaha menghadapi sikap belanda secara konfrontatif melalui bidang militer dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, pemerintah Indonesia mengirimkan misi yang dipimpin Anak Agung Gede Agung untuk merundingkan masalah financial ekonomi belanda di jenewa pada tanggal 7 januari 1956. Akan tetapi, Pembentukan Pemerintahan SementaraPerjuangan pembebasan Irian Barat juga ditempuh melalui politik dalam negeri. Bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke- 11, tanggal 17 Agustus 1956, Kabinet Ali Sastroamijoyo membentuk Pemerintahan Sementara Irian Barat. Tujuan pembentukan pemerintahan sementara dalam hal ini adalah pernyataan pembentukan Propinsi Irian Barat sebagai bagian dari RI. Propinsi Irian Barat yang terbentuk itu meliputi wilayah Irian yang masih diduduki Belanda ditambah daerah Tidore, Oba, Patani dan Wasile di Maluku Utara. Pusat pemerintahan Propinsi Irian Barat berada di Soasiu, Tidore Maluku. Sebagai Gubernurnya Sultan Zaenal Abidin Syah ( Sultan Tidore ). Pelantikannya dilangsungkan tanggal 23 September 1956. Akibat dari pembentukan pemerintahan sementara Propinsi Irian Barat, antara lain Belanda makin terdesak secara politis. Selain itu Belanda menyadari bahwa Irian barat merupakan bagian Indonesia yang berdaulat. Pemogokan dan Nasionalisasi Berbagai PerusahaanSelain melalui bidang politik usaha perjuangan untuk membebaskan Irian Barat juga dilancarkan melalui bidang sosial ekonomi. Pada waktu perjuangan pengembalian Irian Barat melalui Sidang Umum PBB pada tahun 1957, Menteri Luar Negeri Indonesia, Subandrio menyatakan akan menempuh jalan lain. Jalan lain yang dimaksud Subandrio memang bukan senjata tetapi berupa konfrontasi ekonomi. Tanggal 18 Nopember 1957 diadakan gerakan pembebasan Irian Barat dengan melakukan rapat umum di Jakarta. Rapat umum itu diikuti dengan pemogokan total oleh kaum buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda pada tanggal 2 Desember 1957. Setelah itu terjadilah serentetatn pengambilalihan ( nasionalisasi ) modal dan berbagai perusahaan milik Belanda. Pengambilalihan tersebut semula dilakukan spontan oleh rakyat. Akan tetapi, kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Beberapa contoh perusahaan yang diambilalih oleh Indonesia, antara lain :
Untuk meningkatkan gerakan dan memperkuat persatuan rakyat Indonesia tanggal 10 Februari 1958 permerintah membentuk Front Nasional Pembebasas Irian Barat Pengertian TrikoraOperasi Trikora juga disebut “Tri Komandi Rakyat” adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala, Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini ialah merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Operasi Trikora ialah operasi militer terbesar yang pernah digelar oleh Angkatan perang republik Indonesia dalam merebut Irian Barat. PERJUANGAN MELALUI DIPLOMASIUpaya Perundingan dengan BelandaMenurut ketentuan Konferensi Meja Bundar ( KMB ), masalah Irian Barat ditunda penyelesaiannya setahun kemudian. Oleh karena itu, pada waktu berlangsung upacara pengakuan kedaulatan, wilayah Irian barat tidak termasuk sebagai daerah RIS. Berdasarkan keputusan KMB, semestinya pada akhir tahun 1950 sudah ada upaya Belanda untuk mengembalikan Irian Barat kepada pihak Indonesia. Akan tetapi, tampaknya keputusan KMB yang berkaitan dengan Irian Barat tidak berjalan lancar. Belanda tampak ingin tetap mempertahankan Irian Barat. Oleh karena itulah, Indonesia berusaha mengembalikan Irian Barat melalui upaya diplomasi dan berunding langsung dengan Belanda. Beberapa kabinet pada masa demokrasi liberal juga memiliki program pengembalian Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia. Setiap kabinet mencoba melakukan perundingan dengan Belanda. Perundingan itu misalnya pada masa Kabinet Natsir, Sukiman, Ali Sastroamidjojo dan Burhanuddin Harahap. Bahkan pada masa Kabinet Burhanudin Harahap diadakan pertemuan antara Menteri Luar Negeri Anak Agung dan Luns di Den Haag. Akan tetapiperundingan-perundingan itu tidak berhasil mengembalikan Irian Barat. Upaya Diplomasi melalui PBBSejak tahun 1953 usaha melalui forum PBB dilakukan oleh Indonesia. Masalah Irian barat setiap tahun selalu diusulkan untuk dibahas dalam Sidang Umum PBB. Sampai dengan Desember 1957, usaha malalui forum PBB itu juga tidak berhasil. Sebabnya dalam pemungutan suara, pendukung Indonesia tidak mancapai 2/3 jumlah suara di Sidang Umum PBB. PERJUANGAN MELALUI KONFRONTASI1. Konfrontasi EkonomiPada waktu perjuangan pengembalian Irian Barat melalui Sidang Umum PBB pada tahun 1957, Menteri Luar Negeri Indonesia, Subandrio menyatakan akan menempuh jalan lain. Jalan lain yang dimaksud Subandrio memang bukan senjata tetapi berupa konfrontasi ekonomi. Tanggal 18 Nopember 1957 diadakan gerakan pembebasan Irian Barat dengan melakukan rapat umum di Jakarta. Rapat umum itu diikuti dengan pemogokan total oleh kaum buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda pada tanggal 2 Desember 1957. Setelah itu terjadilah serentetatn pengambilalihan ( nasionalisasi ) modal dan berbagai perusahaan milik Belanda. Pengambilalihan tersebut semula dilakukan spontan oleh rakyat. Akan tetapi, kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Pada tanggal 27 Desember 1958, presiden Soekarno mengeluarkan UU nomor 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi seperti:
Dan kebijakan-kebijakan lain seperti:
Untuk meningkatkan gerakan dan memperkuat persatuan rakyat Indonesia tanggal 10 Februari 1958 permerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Konfrontasi Politik
Di samping melalui konfrontasi ekonomi, pemerintah RI juga melakukan konfrontasi politik. Pada tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan dalam UU No 13 tahun 1956. Kemudian untuk mengesahkan kekuasaannya atas Irian Barat, maka pada tanggal 17 Agustus 1956 pemerintah Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukotanya Soa Siu. Wilayahnya meliputi wilayah yang diduduki Belanda serta daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, dan Wasile. Gubernurnya yang pertama adalah Zainal Abidin Syah. Selanjutnya dibentuk Partai Persatuan Cenderawasih dengan tujuan untuk dapat segera menggabungkan wilayah Irian Barat ke dalam RI. Pada tanggal 4 Januari 1958 pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB). Tujuannya untuk mengerahkan massa dalam upaya pembebasan Irian Barat. Ketegangan Indonesia-Belanda makin memuncak ketika Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1960. Indonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Perancis agar mereka tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Papua bagian barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun. 3. Konfrontasi Militer
Indonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba meminta bantuan dari Amerika Serikat, namun gagal. Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet, dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan. Amerika Serikat tidak mendukung penyerahan Papua bagian barat ke Indonesia karena Bureau of European Affairs di Washington, DC menganggap hal ini akan “menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh kulit coklat”. Tapi pada bulan April 1961, Robert Komer dan Mc George Bundy mulai mempersiapkan rencana agar PBB memberi kesan bahwa penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu, presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung hal ini karena iklim Perang Dingin saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat dukungan AS. Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu KRI Irian). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat. Operasi Militer dibawah Komando MandalaSebagai tindak lanjut program TRIKORA,Presiden Soekarno membentuk Mandala pembebasan Irian Barat. Yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 yang dipimpin oleh Mayor Jendral Soeharto.Pusat dari Komanda Mandala berada di Ujung Pandang untuk melaksankan Trikora. Tugas Komando Mandala adalah sebagai berikut.
Untuk melaksanakan tugas itu, Komando Mandala melakukan langkah-langkah berikut: Merencanakan,mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk membebaskan Irian Barat Mengembangkan situasi militer di wilayah Provinsi Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan di bidang diplomasi dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya di wilayah Provinsi Irian Barat dapat secara de facto diciptakan daerah bebas atau ada unsur kekuasaan /pemerintahan daerah Republik Indonesia. Dalam rangka mempersiapkan operasi militer. Komando Mandala telah tahapan perjuangan.Pada bulan Maret sampai Agustus 1962 telah dimulai pendaratan pasukan ABRI dan sukarelawan dari laut & udara, dengan mendaratkan pasukan ditempatnya, misalnya:
Pada tahapan persiapan dan infiltrasi telah terjadi insiden pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962.Pada waktu itu kapal RI motor terpedo boat Macan Tutul yang sedang patroli diserang oleh Belanda.Terjadilah pertempuran akan tetapi kapal RI Macan Tutul terbakar dan tenggelam. Dalam insiden ini meninggalah Komodor Yos Sudarso dan Kapten Laut Wiratno Gerakan infiltrasi terus dilakukan.Pasukan mulai mendarat dan menguasai beberapa daerah di Irian Barat. Berikut para sukarelawan dan sukarelawati. Bendera merah putih mulai dipancangkan di berbagai daerah. Sebelum Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan penyusupan ke Irian Barat. Pada tanggal 15 Januari 1962 ketika waktu menunjukkan pukul 21.15 di angkasa terlihat dua buah pesawat terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patroli ALRI. Diperkirakan pesawat tersebut adalah milik Belanda jenis Neptune dan Firefly. Waktu itu terlihat juga dua buah kapal perusak yang sedang melepaskan tembakan ke arah kapal Motor Torpedo Boat (MTB) yang di situ turut pula para pejabat tinggi dari Markas Besar Angkatan Laut yaitu Komodor Yos Sudarso. Dalam insiden di Laut Aru tersebut Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Pertama (Komodor) Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten (Laut) Wiratno, dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan. Sebelum gugur Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan terakhir “ Kobarkan Semangat Pertempuran.” Adapun operasi-operasi yang direncanakan Komando Mandala di Irian Barat dibagi dalam tiga fase, yakni sebagai berikut. Fase Infiltrasi (sampai akhir 1962) Memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaran- sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan ini harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalam perjuangan fisik untuk membebaskan wilayah tersebut. Fase Eksploitasi (mulai awal 1963) Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting. Fase Konsolidasi (awal 1964) Menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat. Selanjutnya antara bulan Maret sampai Agustus 1962 Komando Mandala melakukan operasi-operasi pendaratan baik melalui laut maupun udara. Beberapa operasi tersebut adalah Operasi Banteng di Fak-Fak dan Kaimana. Operasi Srigala di sekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, dan Merauke. Selain itu juga direncanakan serangan terbuka merebut Irian Barat dengan Operasi Jayawijaya. KONFLIK BERSENJATASoekarno membentuk Komando Mandala, dengan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando. Tugas komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Belanda mengirimkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman ke Papua bagian barat. Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Papua bagian barat, dan sampai tahun 1950, unsur-unsur pertahanan Papua Barat terdiri dari:
Keadaan ini berubah sejak tahun 1958, di mana kekuatan militer Belanda terus bertambah dengan kesatuan dari Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat Belanda) dan Marine Luchtvaartdienst. Selain itu, batalyon infantri 6 Angkatan Darat merupakan bagian dari Resimen Infantri Oranje Gelderland yang terdiri dari 3 batalyon yang ditempatkan di Sorong, Fakfak, Merauke, Kaimana dan Teminabuan. AKHIR DARI KONFLIK TRIKORA
|