Selain diyakini dalam hati iman juga harus

Selain diyakini dalam hati iman juga harus

Perbesar

Ilustrasi Al-qur'an (sumber: Pixabay)

Iman menjadi sah ketika dilakukan dalam tiga hal, yaitu iman yang diyakini dalam hati, kemudian diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Aspek-aspek rukun iman dalam Islam dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

1. Iman Kepada Allah SWT

Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah SWT hingga dia mengimani 4 hal:

a.  Mengimani adanya Allah SWT.

b.  Mengimani Rububiyyah Allah SWT, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.

c.   Mengimani Uluhiyyah Allah SWT, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.

d.  Mengimani semua asma dan sifat Allah SWT (al-Asma'ul Husna) yang Allah SWT telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah SWT, serta menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakan-Nya.

2. Iman Kepada Para Malaikat Allah SWT

Ada beberapa hal yang perlu diketahui, diantaranya :

a.  Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan tugas yang diberikan Allah SWT kepada para malaikat.

b.  Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya.

c.   Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya.

d.  Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu:

1)  Malaikat Jibril

2)  Malaikat Mikal

3)  Malaikat Rakib

4)  Malaikat Atid

5)  Malaikat Mungkar

6)  Malaikat Nakir

7)  Malaikat Maut

8)  Malaikat Israfil

9)  Malaikat Malik

10) Malaikat Ridwan

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Ada hal yang perlu diketahui, diantaranya :

a. Mengimani bahwa seluruh kitab Allah SWT adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat Allah SWT.

b. Mengimani bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT termasuk 4 (empat) yaitu:

1)  Kitab Suci Taurat

2)  Kitab Suci Zabur

3)  Kitab Suci Injil

4)  Kitab Suci Al-Qur'an

5)  Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci terdahulu

4. Iman Kepada Para Rasul Allah SWT

Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluk-Nya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para Nabi dan Rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada Nabi dan Rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala, dan juga wajib mengakui setiap Nabi dan Rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.

5. Iman Kepada Hari Akhir

Mengimani tanda-tanda hari kiamat artinya harus mengimani hari kebangkitan di Padang Mahsyar hingga berakhir di surga atau neraka.

6. Iman Kepada Qada Dan Qadar, Yaitu Takdir Yang Baik Dan Buruk

Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah SWT. Sebab seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat, dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.

Selain diyakini dalam hati iman juga harus

Selain diyakini dalam hati iman juga harus
Lihat Foto

THINKSTOCK.COM

Ilustrasi

KOMPAS.com - Iman merupakan kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya.

Iman diyakini dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya.

Ada beberapa pengertian mengenai iman, salah satunya menurut istilah.

Baca juga: Bendara Raden Mas Mustahar, Nama Kecil Pangeran Diponegoro

Iman menurut Istilah

Dalam buku Ensiklopedi Iman (2016) karya Syaikh Abdul Majid Az-Zandani, definisi iman menurut istilah syara' adalah iman terkadang diartikan sebagai tashdiq (memercayai) seperti makna linguistiknya.

Dalam firman Allah SWT surah Yusuf ayat 7:

Artinya: Engkau tentu tidak akan percaya kepada kami sekalipun kami berkata benar."

Al Quran menyebutkan tentang iman dengan menggunakan lafal yaqin (meyakini) yang didukung oleh bukti-bukti sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 4.

Artinya: "Dan mereka yakin dengan adanya hari akhirat."

Dalam firman Allah SWT surah lain, yakni Surah Al-An'am ayat 75.

Artinya: "Dan demikianlah kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin."

Baca juga: Latar Belakang Terbentuknya Persekutuan Uli Lima dan Uli Siwa

Jakarta -

Rukun iman merupakan dasar kepercayaan dalam Islam yang wajib diamalkan oleh orang yang beriman. Rukun iman terdiri dari 6 hal.

Rukun artinya dasar atau pokok yang harus dikerjakan. Sementara iman, artinya yakin atau percaya. Hudarrohman dalam bukunya yang berjudul Rukun Iman menjelaskan, rukun iman dituangkan dalam diri orang yang beriman melalui 3 tahap. Antara lain, iman diyakini dalam hati, iman diikrarkan dengan lisan, dan iman diamalkan dengan anggota badan.

Iman diyakini dalam hati mengandung pengertian percaya atau yakin dengan sepenuh hati bahwa alam semesta dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah SWT. Contohnya adanya siang dan malam, adanya berbagai macam makhluk baik yang nyata maupun ghoib.

Sedangkan iman diikrarkan dengan lisan, dilakukan dengan mengucap "Saya beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan saya beriman kepada ketetapan baik dan buruk dari pada-Nya.

Sementara itu, iman diamalkan dengan anggota badan yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Seperti sholat 5 waktu, puasa, zakat, tidak berbohong, dan lain sebagainya.

Merujuk pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dikatakan bahwa rukun iman berjumlah 6.

Dari Umar bin Khatthab ra. pada suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril. Kepada Rasulullah, Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku apa itu iman."

Rasulullah bersabda yang artinya: "Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, berikut rukun iman yang wajib diyakini oleh umat Islam:

1. Iman kepada Allah SWT2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT3. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT4. Iman kepada rasul-rasul Allah SWT5. Iman kepada hari akhir

6. Iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk datangnya dari Allah SWT (qada' dan qadar).

Makna rukun iman

1. Iman kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT artinya mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada (wujud). Untuk dapat mengenal-Nya, kita harus mengetahui sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Secara keseluruhan, sifat-sifat Allah ada 3 yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.

Simak juga 'Melihat Saksi dan Bukti Penyebaran Islam di Purwakarta':

[Gambas:Video 20detik]

Dalam keyakinan yang benar yaitu keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sesuai pemahaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, iman itu tidak cukup keyakinan dalam hati, tetapi harus diucapkan di lisan dan dibuktikan dalam amal perbuatan anggota badan. Jadi, ada tiga komponen di dalam iman. Jika seseorang mengucapkan laa ilaha illallah, namun tiada amalan dalam hidupnya, seperti enggan untuk shalat sama sekali, maka pengakuannya sebagai muslim hanyalah pengakuan yang dusta.

Dalam hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).

Cabang Iman

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah perkataan di lisan, keyakinan dalam hati, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.

Disebutkan dalam hadits di atas bahwa cabang iman yang tertinggi ialah kalimat ‘laa ilaha illalah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah). Kalimat tersebut adalah pokok Islam dan Iman. Kalimat tersebut merupakan rukun pertama dari Islam dan yang bisa membuat seseorang masuk Islam.

Sedangkan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, yang dimaksud di sini adalah menyingkirkan setiap gangguan apa pun. Sedangkan meletakkan gangguan di jalanan termasuk sesuatu yang terlarang. Semisal memarkir mobil di tengah jalan dan mengganggu kendaraan yang lalu lalang, ini termasuk meletakkan gangguan di jalan. Mengalirkan air sehingga mengganggu orang lain di jalan, ini pun termasuk yang terlarang. Begitu pula meletakkan batu sehingga mengganggu di jalan, ini pun terlarang. Apalagi jika sampai meletakkan bom di jalanan, meskipun disebut sebagai jihad! Jika seseorang menyingkirkan gangguan-gangguan tadi dari jalanan, itu menunjukkan keimanannya.

Malu pun termasuk cabang iman. Seseorang yang memiliki sifat malu, maka dirinya akan semakin mempesona dengan akhlaknya yang mulia tersebut. Malu ada dua macam sebagaimana dijelaskan oleh guru kami, Syaikh Sholih Al Fauzan:

  1. Malu yang terpuji: Malu yang bisa mengantarkan pada kebaikan dan mencegah dari kejelekan.
  2. Malu yang tercela: Malu yang menghalangi seseorang dair berbuat baik, dari menuntut ilmu dan malu bertanya dalam perkara yang dibingungkan.

Cabang iman sebenarnya amatlah banyak, sebagaimana disebutkan ada 60 atau 70 sekian cabang. Bahkan Imam Al Baihaqi memiliki karya tulis dalam masalah cabang-cabang iman ini, yaitu dalam kitab Syu’abul Iman dan kitab ringkasannya pun sudah ada yang tercetak (dalam versi Arabic).

Beberapa Keyakinan dalam Masalah Iman

  1. Ahlus Sunnah wal Jama’ah: Iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan dalam lisan dan amalan dengan anggota badan.
    Dalil yang menunjukkan keyakinan ahlus sunnah adalah hadits Abu Hurairah yang telah disebutkan di atas. Perkataan ‘laa ilaha illallah’ menunjukkan bahwa iman harus dengan ucapan di lisan. Menyingkirkan duri dari jalanan menunjukkan bahwa iman harus dengan amalan anggota badan. Sedangkan sifat malu menunjukkan bahwa iman harus dengan keyakinan dalam hati, karena sifat malu itu di hati. Inilah dalil yang menunjukkan keyakinan ahlu sunnah di atas. Sehingga iman yang benar jika terdapat tiga komponen di dalamnya yaitu (1) keyakinan dalam hati, (2) ucapan di lisan, dan (3) amalan dengan anggota badan. 

    Secara jelas keyakinan Ahlus Sunnah mengenai iman termaktub dalam perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah di mana beliau berkata,فَصْلٌ : وَمِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَنَّ الدِّينَ وَالْإِيمَانَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ ، قَوْلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَعَمَلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ ، وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ .

    “Fasal: Di antara pokok akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwa agama dan iman terdiri dari: perkataan dan amalan, perkataan hati dan lisan, amalan hati, lisan dan anggota badan. Iman itu bisa bertambah dengan melakukan ketaatan dan bisa berkurang karena maksiat.”

  2. Murji’ah: Iman adalah keyakinan dalam hati dan ucapan di lisan saja.
  3. Karomiyah: Iman adalah ucapan di lisan saja.
  4. Jabariyyah: Iman adalah pengenalan dalam hati saja.
  5. Mu’tazilah: Iman adalah keyakinan dalam hati, ucapan dalam lisan dan amalan anggota badan. Namun ada sisi yang membedakan Mu’tazilah dan Ahlus Sunnah. Mu’tazilah menganggap bahwa pelaku dosa besar hilang darinya cap iman secara total dan kekal di neraka. Sedangkan Ahlus Sunnah, pelaku dosa besar masih diberi cap iman, akan tetapi ia dikatakan kurang imannya dan tidak kekal dalam neraka jika memasukinya.

Pembahasan akidah berikutnya yang akan Muslim.Or.Id ulas adalah bahasan iman itu bertambah dan berkurang. Tidak seperti keyakinan sebagian kalangan bahwa iman itu hanya terus ajeg (tetap).

Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami iman dengan benar.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Referensi:

  • Syarh Al Ushul Ats Tsalatsah, -guru kami- Syaikh Sholih Al Fauzan, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1427 H.
  • Syarh Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah li Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, -guru kami- Syaikh Sholih Al Fauzan, terbitan Darul Ifta’, cetakan kedelapan, 1429 H.

@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 8 Jumadal Akhiroh 1434 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Cara Adzan, Kultum Singkat Tentang Sahabat, Hukum Bermain Gitar Dalam Islam, Apa Yang Dimaksud Amar Ma Ruf Nahi Munkar